30 Juni 2013

#MIWF2013 dan Benzbara

Semalam, sekitar pukul 20.00 WITA, Closing Ceremony MIWF (Makassar International Writers Festival) 2013 dilaksanakan. Dan jika ditanya, apa atau siapa yang paling saya rindukan dari MIWF, maka dengan mantap saya akan menjawab Bernard Batubara :))

Mengapa benzbara, nuu?
Jadi, selama lima hari berturut-turut mengikuti pelaksanaan MIWF di Fort Rotterdam, ketika saya dan beberapa teman saya memilih untuk memasuki sebuah ruangan dari beberapa pilihan ruangan, selalu saja kami dipertemukan dengan Bara. Awalnya, saya lumayan kegirangan ketika mendapati dia memilih kursi yang lumayan dekat dari kursi saya. Tapi, lama kelamaan namanya menjadi bahan bercandaan saya dan beberapa teman ketika kami seruangan lagi dengannya.
"Eh, eh, ada mi sede' benzbara", "idih, ngetwit mi seng", "ih, kenapa kayak naikuti ki' itu si batubara?" dan beberapa kalimat lainnya.

Hal yang memalukan bersama benzbara?
Oh... andai saja saya mampu menghilang secara tiba-tiba ketika dipertemukan dengan Bara, maka sudah pasti akan saya lakukan. Mengapa? Yaaa karena beberapa moment yang tak mengenakkan sempat terjadi ketika Bara seruangan dengan saya. 

Contohnya saja ketika materi my poet-way with Joko Pinurbo sedang berlangsung di room II. Bara menempati kursi tepat di depan saya, dan selama Joko Pinurbo membawakan materi, dia tak henti-hentinya tertawa. Saya menoleh ke arah Ainun dan Jihan, dan kami menjadi bingung karena sepertinya tidak ada kalimat yang begitu lucu ._. Sampai akhirnya Joko Pinurbo mengucapkan sebuah kalimat yang direspon oleh Bara dengan tawa yang sangat keras sambil menepuk kursi di sebelahnya sebanyak tiga kali. Saya kembali menoleh ke Ainun dan Jihan, lalu berkata "seperti Arya Wiguna". Beberapa saat setelah itu, Bara tidak pernah lagi tertawa #deg.

Juga ketika Launching Sastra and Sarabba di room I. Lagi-lagi Bara duduk di depan saya, tepatnya di sebelah kanan kak Fiqah. Saat acara dimulai, saya, kak Fiqah, dan Ainun terkadang berceloteh tentang apa saja, dan alangkah kagetnya saya ketika pada saat yang bersamaan saya menemukan ini.

jadi kita dikira sedang baca puisi? -_____-

Sempat berfoto bersama benzbara lagi?
Tentu saja. Pada hari yang telah dijadwalkan untuk Temu Penulis & Book Signing, (lagi-lagi) saya menemui Bara di salah satu Gramedia di Makassar. Maklum, saya belum memiliki satupun buku-buku dari Bara. Setelah membeli #Milana, saya pun berdiri di barisan yang ingin meminta tanda tangan darinya. Duh, sebenarnya saya sangat malas untuk melakukan ini. Di sekeliling saya begitu banyak gadis-gadis yang menjadi penggemar setia dari Bara, sementara saya sendiri hanyalah seseorang yang selalu ingin menghindar ketika melihat Bara. Dan, tibalah giliran saya. 

Bapak kamu, tukang rujak ya? | kok tau? | karena kau telah mengulek hatiku...


tiga puluh menit kemudian

zzz

muucih eaah aa' benz | oke sist.. :3


#Milana

Tiba di rumah, segeralah saya membuka halaman pertama dari buku tadi.

Buat Nunu, "jangan ragu untuk menunggu" | duh x))))))))

hari terakhir #MIWF2013 

"Banyak hal indah memang hanya berlangsung untuk sementara" - Milana

* terima kasih untuk Ainun, Kak Fiqah, Faisal, Jihan, Jojo, Unhy, Yulia, Abrar, Jeihan, Rahman, Widya, dll.. Sampai bertemu lagi di #MIWF2014 \o/

27 Juni 2013

Sapardi dan Hujan Bulan Juni di Bulan Juni

aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
(1989)

Sebelumnya, puisi ini seringkali saya temukan pada undangan-undangan pernikahan. Saya pun kurang paham mengapa puisi ini begitu laris, padahal jika kita menelaahnya secara saksama, bukankah puisi tersebut lebih merujuk kepada puisi patah hati? Ehehe, entahlah. 

Selain puisi di atas yang berjudul Aku Ingin, Sapardi Djoko Damono, merupakan pujangga Indonesia terkemuka, juga masih mempunyai puisi keren lainnya, yakni Hujan Bulan Juni dan Pada Suatu Hari Nanti. Yaaah meskipun harus merogoh kocek yang dalam, setidaknya saya puas ketika buku kumpulan puisi Hujan Bulan Juni berada di genggaman. 

edisi soft cover

bersama Sapardi Djoko Damono. Wow!

.... tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni, dibiarkannya yang tak terucapkan, diserap akar pohon bunga itu - Sapardi Djoko Damono (1989)

25 Juni 2013

@benzbara_ ?

Bernard Batubara. Penulis yang akhir-akhir ini memang sedang menjadi topik pembicaraan di social media, khususnya twitter. Awalnya, saya tidak begitu tahu mengenai pemuda yang sehari-harinya menggunakan username @benzbara_ ini, sampai suatu hari salah seorang sahabat saya jaman Sekolah Dasar (re: Nita) membuat tweet tentang Bara dan akhirnya saya tahu bahwa salah satu bukunya yang berjudul Radio Galau FM (2011) diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama. 

Melihat maraknya selebtwit yang ujung-ujungnya menjadi seorang penulis dadakan, saya mengira bahwa Bara juga termasuk salah satu dari mereka. Ya sudah, tidak ada niat rasanya untuk mengikuti akun twitternya apalagi untuk membeli buku-bukunya. Tidak lama setelah itu, Bara menyelesaikan buku terbarunya yang berjudul Kata Hati (2012). Tepat pada tanggal 14 Februari 2013, film Kata Hati ditayangkan di seluruh bioskop Indonesia dan alangkah kagetnya saya ketika mengetahui bahwa salah satu pemainnya adalah Anjani Dina, kekasih Adly Fayruz saat ini. Pada saat itu, saya terpaksa menonton film horor yang berjudul Mama hanya karena saya tidak ingin menyaksikan film Kata Hati tersebut. 

Sebulan yang lalu, Bara kembali menyelesaikan bukunya yang berjudul Milana (2013). Entah karena saya tertarik dengan judulnya atau karena si Nita makin hobi memenuhi beranda dengan tweet tentang Bara, maka saya akhirnya mencari tahu lebih banyak tentang Bara. Oh... dugaan saya ternyata salah. Bara mulai giat menulis sejak pertengahan tahun 2007, bahkan sebelum orang-orang sering berkicau di twitter. Akhirnya, saya tidak pernah lagi mengecap si Bara sebagai selebtwit ^.^v

Hari ini saya menghadiri Makassar International Writers Festival (MIWF) yang sudah saya nanti-nantikan sejak setahun yang lalu. Maklum, pada MIWF tahun kemarin, saya hanya sempat hadir pada hari terakhir. Agenda pertama tadi adalah Diskusi 'Poetry and Photography' oleh Agustinus Wibowo dengan moderator kak Muhary Wahyu Nurba. Diskusinya cukup menarik, dan saya juga sempat mengajukan sebuah pertanyaan kepada si pemateri *kebelet eksis* Setelah meninggalkan ruangan pada saat diskusi berakhir, wah.. ternyata saya melihat Bara sedang duduk sendirian di ruang tunggu. Dia memang menjadi salah satu pemateri pada acara MIWF, tapi setahu saya dia sedang melakukan interview di Prambors Makassar pada saat itu. Ha! Dengan percaya diri akhirnya saya putuskan untuk menyapa si Bara.

Kak benzbara kan? | *menoleh* oh, iyaaa | kenalin kak, saya Nunuu dari Makassar (ya iyalaah dari Makassar ._.) | oh, iya.. iya.. | boleh foto bareng? | ..............

mau dong dirangkul :p


kiwkiwww :3

bersama Agustinus Wibowo

Main Stage, Fort Rotterdam #miwf2013

Umm.. harga buku Milana berapa yaaah? :')

24 Juni 2013

Sebelum Berpisah





(ki-ka) salam, asri, ade, nuni, nunuu, kak dani, imha, ilha, kak nita

Desa Biroro, Kelurahan Bontolerung, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Tentang Malam Ini


Makassar

Hiruk-pikuk keramaian pada tempat ini seperti mengingatkanku akan suatu hal, entah apa. Himpunan cahaya yang menerangi lampu kota, malam yang lumayan sejuk dibandingkan dengan ibukota, dan orang-orang baru yang tidak pernah bosan untuk kutemui. Terima kasih untuk kalian yang telah meramaikan suasana malamku, semoga masih ada kesempatan pada malam-malam berikutnya untuk mengunjungi kota ini, khususnya tempat ini. 

Malino
Di sebuah ruangan pada rumah panggung sederhana, Musyawarah Anggota kembali dilanjutkan. Dingin malam menusuk tulang. Tak kuasa menahannya, aku dan beberapa kawan memutuskan untuk berbagi selimut dan sesekali bergantian untuk memijat punggung masing-masing yang mulai terasa pegal. Seharian kami rapat namun permasalahan belum juga beranjak dari pembahasan Anggaran Dasar. Karena dibelenggu oleh rasa bosan, akhirnya kuputuskan saja untuk bergosip dengan Monik.

Satu yang amat sangat kusesalkan. Takdir tidak menuntun kita untuk bertemu malam ini. 

Malino, 23 Juni 2013
- setelah menerima kabar bahwa Adly baru saja meninggalkan Makassar

21 Juni 2013

Kesayangan

UAS telah berakhir, beberapa nilai yang mengenaskan sudah terpampang nyata di Portal Akademik, dan libur panjang telah menyambut. Huh, sebenarnya saya sangat tidak menyukai libur yang terlalu lama. Mengapa? Ya karena uang jajan harus dihentikan, waktu tidur saya sungguh berantakan, dan saya menjadi manusia yang cengeng karena setiap harinya mengonsumsi drama korea dan bacaan mellow. Yaaah setidaknya saya patut bersyukur karena tidak harus dibebani dulu dengan bangun pagi dan rumus-rumus unyu... :’3

Meskipun libur, saya masih sering menyempatkan diri untuk ke kampus. Sekedar mengecek nilai atau paling tidak menyelesaikan beberapa urusan. Tujuan utama saya sejujurnya hanya ingin bertemu teman-teman di kampus. Maklumlah, sebagai mahasiswi yang tidak mau rugi, saya wajib menuntut hak saya sebesar 2.5% dari setiap beasiswa yang teman-teman peroleh saat ini #maunyah. Kebetulan, beberapa sohib saya (Riza, Ainun, Auliah) habis gajian, jadi kemarin mereka ditagih untuk mengadakan syukuran kecil-kecilan oleh kami huahahaha.

Biasanya sih kami berdelapan, hanya saja Ulfah telah lebih dulu kembali ke kampung halamannya, *miss you Ulf. Karena tiga orang tersangka telah menuntaskan kewajibannya dengan menyediakan bahan-bahan makanan, selanjutnya dapur Yulia menjadi sasaran untuk kami obrak-abrik. Dan seperti biasa, Nunuu Celalu Dicakiti. Tidak kuliah, tidak libur, mereka masih saja menjadikan saya sebagai orang yang teraniaya. Iya, bukannya disuruh ikut memasak, saya malah disuruh berjaga-jaga menunggu peralatan yang kotor untuk segera dicuci. Fufufu.

Ijah

Melihat kecekatan mereka di dapur kecuali Auliah :p, sepertinya sudah pantas bagi mereka untuk berumah tangga. Saya juga bingung mengapa mereka mampu membuat makanan yang entah-apa-namanya itu tanpa panduan resep. Atau jangan-jangan hanya saya yang tidak mengetahuinya? T-T

katanya harus direbus dulu biar enak *padahal semua orang tau*





jengjeeeeeeeeeng 

this is it!

Perut sudah kenyang, dan lagi-lagi mereka membebani saya pekerjaan yang satu ini..

Chef Marinka sedang mencuci piring

Terkadang beberapa hal yang sederhana mampu membuat kita tersenyum bahagia bahkan tertawa sekencang-kencangnya bersama orang-orang tersayang, semoga cukuplah jika saya mengabadikannya dalam tulisan yang juga sederhana ini.



19 Juni 2013

Bersih-bersih

"Saat ini, mata kita saling menatap. Saling mencari sesuatu yang mulai terlupa, yakni bayangan wajah kecil kita ketika bertemu di tempat ini, ..."

Beberapa menit yang lalu, saya merapikan beberapa file yang berserakan di sekitar folder yang bergambarkan icon privasi pada notebook saya. Saya tergerak untuk membuka kembali dokumen-dokumen di dalamnya. Saat menemukan sebuah tulisan yang riuh akan masa-masa kasmaran, sungguh malu rasanya diri ini membacanya. Apalagi ketika melihat sejumlah kata pengharapan yang iyuwh-banget, saya kembali membayangkan betapa malangnya saya pada saat itu.

Ah ya, kalimat di atas saya temukan pada dokumen lainnya. Hmph, hanya sekedar mengingat si pembawa sejuta kenang, mungkin. Semoga tidak ada asa yang terserak lagi setelahnya.

16 Juni 2013

Super Heru

Sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu saya sudah berencana untuk menuliskan ini. Cuma yaaa begitulah, berhari-hari saya mengalami hibernasi usai merampungkan Ujian Akhir Semester beserta remedial-remedialnya yang benar-benar memancarkan pesona tiada tara :| #bukanbuaian #bukankhayalan #bukanhalusinasi #bukanfatamorgana #bukanSyahrini. Jadi, tanggal 10 kemarin MNCTV menayangkan sebuah sinetron yang berjudul Super Heru yang diproduksi oleh MD Entertainment. Sinetron ini dimainkan oleh my-one-and-only Adly Fayruz, Mikha Tambayong, Harland Chaniago (drummer The Adly's), Nizam Hasan, serta aktor dan aktris lainnya. 


Heru (Adly Fayruz) adalah seorang pemuda yang perilakunya menyerupai anak berumur 10 tahun. Ia tinggal bersama Ibu yang sangat menyayanginya, namun ayahnya sangat membencinya. Heru juga memiliki seorang teman yang biasa ia sapa Kak Tari (Mikha Tambayong) yang selalu melindunginya. Saat mengetahui bahwa Adly akan main sinetron lagi, tentunya saya sangat senang. Namun, tidak sempat terpikirkan di benak saya bahwa sinetron ini bergenre fantasi dan fiksi, mengingat sinetron-sinetron Adly sebelumnya yang kebanyakan bergenre drama percintaan. Ya, semangat saya untuk menyaksikan sinetron terbaru Adly seketika menurun drastis saat melihat teaser-nya.

dly ..................................

Ternyata dalam sinetron itu juga ada sebuah makhluk aneh yang bernama Jampang yang berjanji akan selalu menolong serta membantu Heru dalam menghadapi setiap masalah yang menimpanya. Oh Adly, sebegitu susahnya kah saya untuk melihatmu tampil di layar kaca lagi sampai-sampai saya harus menyaksikan sinetron yang telah mengambil jam tayang dari animasi Shaun the Sheep ini? Belum lagi saya harus mendengar kalimat ejekan dari Bapak, "Oh, begini mi kah mukanya calon menantuku?" saat melihat penampilanmu seperti ini.

Helu gak boyeh cedih :'(

Saat menjelang penayangan episode pertama dari sinetron ini, saya masih semangat mempromosikannya  kepada teman se-prodi dengan berteriak kencang saat suasana kelas sedang hening. Tidak hanya itu, saya juga mempromosikan kepada dua orang keponakan saya yang hobinya menyembunyikan remote tv. Cara terakhir yang saya lakukan yaitu dengan berkata bahwa pemain dari sinetron tersebut adalah calon Om mereka *amiiin, dan akhirnya mereka pun luluh. 

Baru setengah jam saya menyaksikan sinetron ini, saya malah ketiduran. Dan tidak seperti kebiasaan saya yang sangat takut jika tertinggal sedetik saja untuk melihat wajah Adly, kali ini saya malah santai dan berencana untuk tidak menontonnya lagi. Saat itu juga saya teringat akan tulisan Seno Gumira Ajidarma pada kumpulan cerita Linguae, yang bertuliskan "...apakah cinta yang abadi itu sebenarnya memang ada, ataukah hanya seolah-olah ada dan dipercaya begitu rupa sehingga mengelabui para peminatnya?

Huaaah, maafkan saya Adly, maafkan saya yang tidak bisa menerima perubahanmu dalam karakter lain. Tidak seharusnya kesenjangan fisik malah menghalangi pandangan saya terhadapmu. Memang begitu banyak godaan kepada siapa saja yang mengusahakan kesetiaan. Demikianlah perasaan ini selalu diuji, apakah memang begitu kuat, atau hanya sekedar perasaan yang begitu-begitu saja. Namun, seiring bertambahnya episode, saya yakin kesetiaan ini akan utuh kembali. Ya, jika keadaan Heru mungkin sudah mulai membaik. Itu pun jika Heru masih sempat memikirkan apa yang saya pikirkan. 

dini hari. sambil menyantap makanan sahur.

12 Juni 2013

Belum Berubah

Ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan yang menyangkut dengan penilaian, maka saat itu juga pola pikirku dengan mudahnya akan dirasuki oleh emosi. Menjauhkan diri dari keramaian dan keceriaan, mengkerutkan dahi pada setiap manusia, melirik sinis pada keadaan sekitar, oh... betapa buruknya aku ini.

Aku pun sadar, bahkan teramat sadar bahwa kebiasaanku ini akan membuat setan-setan berbahagia dan berpesta pora. Namun, aku harus berbuat apa? Kupikir malaikat pun juga ogah untuk mendekat, melihat aku yang telah dibelenggu oleh limpahan ego dan kekesalan. 

Ketahuilah sobat, tak ada yang salah dari kalian. Tak ada yang perlu kalian cemaskan. Hanya aku, aku yang harus di tuntaskan. Aku yang hanya butuh sekian menit untuk merapuh, melepaskan semua yang terhambat, serta mengibarkan semua yang tertahan.

Ya, inilah aku, yang tega mengabaikan celoteh kalian, yang tak peduli kepada siapa saja yang memperhatikan, dan tak berdaya akan emosi yang menikam. Terima kasih karena kalian tidak pernah membiarkanku sendirian....

*untuk teman-teman terhebat dimanapun kalian berada..

5 Juni 2013

Selamat Ulang Tahun, Kak Muhary

Ketika sedang menuju kasir bersama Ams untuk menanyakan berapa jumlah harga dari buku-buku yang kami ambil, tiba-tiba saya melihat dia, adalah seorang penulis yang belum lama ini saya temui pada acara Pekan Literasi. Dia adalah Muhary Wahyu Nurba. Sontak saya menjabat tangannya dan memperkenalkan diri sebagai panitia dari kegiatan Pekan Literasi tersebut. 

Kak Muhary : Bikin apa disini?
Saya : Beli buku, Kak.
Kak Muhary : Oh, ini lagi temani anak cari buku juga *menengok ke arah anaknya* Hei, "Balada Ching-Ching" juga bagus *sambil melihat sebuah buku yang telah diambil sebelumnya oleh Ams* Menulis?
Saya : Ya?
Kak Muhary : Menulis?
Saya : Ng..ng, i..ya
Kak Muhary : Yaiyalaaah harus menulis, kan anak FLP *jleb. Tau kalau nanti ada acara Mimbar Penyair?
Saya : Tidak tahu kak, hehe
Kak Muhary : Tunggu, tunggu, siapa tadi namanya?
Saya : Nunuu, kak.
(Dengan terburu-buru Kak Muhary meraih smartphone pada saku celananya, lalu membuka aplikasi Facebook).
Kak Muhary : Nama akun facebook nya siapa?
Saya : Nur Rahmah Makmur..
Kak Muhary : Loh, belum berteman yaa?
Saya : Oh iya di' hehe
Kak Muhary : Nanti saya kasi masuk di grup Mimbar Penyair yaa, biar tau informasinya
Saya : Oh iya, makasih kak.
Kak Muhary : Kamu harus bangga loh, permintaan pertemanan saya sudah sangat banyak tapi belum sempat saya terima, nanti kamu pamer ke mereka ya kalau sudah di-add sama saya, hahahahahaaa
Saya : Ehehehe --" ..............................

Beberapa jam yang lalu saya menerima permintaan pertemanan dari Kak Muhary, agak terharu pastinya. Pada kronologi profilnya saya melihat enam buah foto dari anaknya yang tadi sempat saya jumpai, namanya Zayyan. Saya kembali membuka beranda facebook, dan menemukan...


Seindah dan senyata apapun sebuah kebetulan atau ketidaksengajaan, di balik itu semua pasti ada penyebabnya~ Selamat Ulang Tahun, Kak !:)

2 Juni 2013

(photopost) Menjelang Pagi

lalu lintas yang sepi...


Jalan Batua Raya \m/




sekolahku tersayang :')

bulat!


mampir ke rumah kakak

Azzam dan teman sepermainannya

pagi telah kembali

Hey, SELAMAT PAGI.... !:)

- diambil dengan menggunakan kamera Symbian Smartphone

Dua dan Berdua

Rapat hari ini ditunda. Cukup sedih rasanya, mengingat sudah sebulan lebih saya tidak pernah berjumpa lagi dengan teman-teman FLP. Saya dan Ainun pun bingung harus ke mana dan melakukan aktivitas apa. Terkurung terik matahari, akhirnya kami berdua memutuskan untuk duduk sejenak di teras depan Gedung Pusat Kebudayaan UNHAS (Sekretariat FLP).

Dimulai dari beberapa pertanyaan saya yang ingin mengetahui bagaimana kondisi terbaru dari permasalahan yang baru-baru ini menimpanya, rupanya Ainun merespon dengan sangat bersemangat. Ainun mulai menjawab pertanyaan saya, dan saya kembali melontarkan pertanyaan lainnya. Begitulah seterusnya hingga si Batara muncul dengan setelan topi dan rompi yang agak aneh *ups. Kemudian Batara dan Ainun memanfaatkan waktu dengan membahas LPJ Pekan Literasi yang masih belum rampung. Sedangkan saya, huahahahaha, saya menemukan beberapa rekaman lagu hasil ciptaan Batara sendiri pada ponselnya, dan itu membuat saya semakin yakin akan keunikan makhluk satu ini. Heyy Batara, lagumu yang berjudul "You look the moon" benar-benar catchy :3

Setelah berpisah dengan Batara di tikungan jalan, saya dan Ainun melanjutkan perjalanan ke salah satu Mall terpadat di Makassar. Rencananya sih hanya ingin melihat-lihat lalu membeli buku. Namun, perut yang keroncongan memaksa kami untuk segera memesan makanan semurah dan sebanyak mungkin #MentalMahasiswa. Saat mengambil nomor pesanan, secara kebetulan kami memperoleh nomor yang sama, nomor 02.

Terlepas dari semua itu, di sela-sela kami mencicipi makanan penutup (cieilah), Ainun melanjutkan pembahasan yang tadinya sempat terputus karena kehadiran Batara di sekret. Kali ini dia lebih serius dan terlihat sedih. Sambil mengunyah pempek, saya mulai mengerti dengan permasalahan Ainun yang dulunya saya tanggapi dengan begitu santai. Makanan habis dan Ainun masih bercerita dengan lantangnya. Sempat butiran-butiran kecil menggelayut di pipi kami berdua. Itu wajar baginya. Tapi tidak, untuk saya ._. Tanggapan serta solusi sesat mulai saya timpalkan. Ainun menyimaknya dengan saksama. Oh, ketahuilah kawan, kamu sedang meminta pendapat dari orang yang sangat tidak berpengalaman :))

Di akhir pembahasan, Ainun balik mengemukakan pendapat mengenai saya. Saya cukup dibuat tersanjung awalnya, namun setelah itu, ihik, mungkin ada baiknya juga jika saya mengurangi ke-ceplas-ceplos-an saya. Biar saya dapat jodoh, katanya -_- Dua jam berlalu dan kembali ke tujuan awal kami, yaitu melihat-lihat buku. Yap, sekedar melihat-lihat :') *cium dompet*. Rencana tinggallah rencana. Sebuah buku yang tampaknya mampu menjadi solusi dari kegundahan Ainun beberapa hari terakhir ini, kini telah berada di genggamannya. Ainun mantap untuk membelinya, dan saya mantap untuk meminjamnya *eh. Ah, ya, dan saat kami menyimpan tas di tempat penitipan barang, lagi-lagi kami memperoleh nomor 02. "Ada apa dengan angka dua ya, Nuu?", tanya Ainun.

Hari semakin gelap, saatnya untuk pulang. Eh, rupanya ada pameran Pakaian & Aksesoris di lantai dasar. "ayok liat-liat di dalam," ajak Ainun. Selang beberapa menit kemudian, kami sudah menenteng kantongan yang berisi masing-masing dua potong pakaian. Hati senang, uang saku melayang ~

Ainun - Nunuu