29 April 2013

Bertemu Penulis Nasional

...takkan mati kejujuran itu,
takkan runtuh yang datar, takkan putus yang kendur,
takkan patah yang lentur.
(Lontara Rindu, S. Gegge Mappangewa)


sekuntum cahaya berpendaran
hidupkan segenap kesunyian malam
pohon-pohon runduk dalam sembahyang
rindu menderas menyambut salam
sempurna kuserahkan jiwa kasmaran
telaga airmata tumpah menggenang
perjalanan panjang dan melelahkan
memburumu dalam rindu yang tak padam
(Sekuntum Cahaya, Muhary Wahyu Nurba)



 teman-teman panitia dan Muhary Wahyu Nurba

"Waktu itu, aku juga merasa sudah sangat mengenalmu. Aku yakin kita pasti sudah bertemu, sangat yakin. Hanya saja aku lupa kapan dan dimana pertemuan itu terjadi. Barangkali di sajak-sajak penyair yang tak pernah selesai, atau di halaman belakang sebuah roman yang berakhir tak bahagia, atau di dalam lirik-lirik lagu yang mendentingkan sunyi di telinga, atau di alun nada musik semesta yang kudengar semasa masih di rahim ibu. Entahlah."
(Sepatu Dahlan, Khrisna Pabichara)


bersama Khrisna Pabichara

14 April 2013

Teruntuk Dia yang Berulang Tahun

Aku masih ingat malam itu. Saat kudapati diriku tengah sibuk menenggelamkan diri di depan layar kaca. Saat mataku tak berkedip menatap seorang bintang dengan segala kesempurnaannya. Saat mimpi dan harap  mulai menadah. Aku masih ingat. 

Aku masih ingat kejadian itu. Saat kau meluangkan sedikit pulsa untuk membalas pesan pendekku, dan akhirnya kita saling berbalas pesan, pesan yang semakin panjang. Kuberanikan diri untuk menghubungimu, sayangnya kau tak menyahut panggilanku. Aku masih ingat.

Aku masih ingat hari itu. Hari yang tak terduga mempertemukan kita pertama kalinya. Saat tatap sendu dengan sebuah senyuman khas sukses mengoyak pertahanan hatiku. Saat suasana gugup menyerangku tatkala kau menyapaku pelan. Saat isak hanya mampu tertahan ketika kau memberiku mikrofon untuk bernyanyi bersamamu. Aku masih ingat.

Aku masih ingat gambar itu. Bersama seorang sahabat, kau tersenyum sambil mengangkat kedua lenganmu. Tidak mungkin aku tidak melihatnya. Kau masih mengenakan benda itu, adalah pemberian dariku tiga tahun sebelum gambar tersebut diambil. Aku masih ingat. 

Aku masih ingat tanggal itu. Beberapa saat sebelum tanggal dan bulan kelahiranmu. Aku menyiapkan sebuah hadiah bersama surat yang mungkin saja kau senang jika telah menerimanya. Tapi gagal. Semuanya lenyap  (lebih tepatnya dibuat lenyap) di usiamu yang ke-23. Aku masih ingat.

Aku masih ingat lagu itu. Lagu yang kau dendangkan pertama kalinya di hadapanku, sebelum kau titipkan sebuah ucapan "selamat ulang tahun yang ke-18" kepadaku. Aku masih ingat.

Aku masih ingat tempat itu. Kita berjabat tangan, saling mempererat perjumpaan, dan berbincang perihal rencana ke depan. Malam yang semakin larut pun mengakhiri pertemuan kita. Aku masih ingat.

Biarkan aku mengingat semuanya. Biarkan aku sejenak memenggal rasa. Rasa yang tak mampu kulisankan, tak mampu kudendangkan, hanya bergolak lantang menuju ke arahmu, menghampirimu. Dan kini, kubiarkan luapan itu berderai luruh. Berpencar menjadi kata-kata, yang membuatku bicara. Teruntuk kau yang begitu jauh. Seiring bertambahnya usiamu, semoga engkau sehat selalu.

selamat ulang tahun, Adly Fayruz

14 April 2013 - #HBD26AdlyFayruz

2 April 2013

Paradigma

Perubahan adalah sebuah realitas yang harus dihadapi. Detik demi detik, hari berganti hari. Semuanya tidak dapat dielakkan. Entah, kemana kaki ini harus melangkah. Demi sebuah cita-cita yang masih menggantung di angkasa.

Ya, rasanya baru kemarin saya menangis sesenggukan hanya karena kalah bermain kelereng bersama tetangga. Rasanya baru kemarin saya merengek-rengek minta ransel bergambar "tweety" untuk dipakai ke sekolah. Rasanya baru kemarin saya berfoto bersama dia saat perpisahan Sekolah Dasar *duh *abaikan.


Waktu membawa kita berlari begitu cepat. Memaksa kita untuk menatap ke depan. Menarik kita untuk menjemput harapan. Namun terkadang, kenangan selalu mampu meredakan kerinduan. Hanya dengan menoleh sebentar saja, mengingat sedikit saja, maka senyuman pun akan mengembang.

"Hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah" - Dee.