29 Mei 2012

Yeay, I'm Free

Final Metode Statistika yang berlangsung pukul 14.50 hari ini menjadi penutup dari segala aktivitas menyibukkan selama kuliah di semester dua. Tak terasa dua semester telah berlalu. Corat-coret seragam di depan gerbang sekolah rasanya baru kemarin berlangsung. Namun, beberapa bulan ke depan tampak segerombolan maba (mahasiswa baru) dengan atribut yang menandakan jurusan mereka masing-masing akan berjalan di area kampus dengan wajah polos dan penuh tanda tanya. Agak rindu juga dengan masa-masa itu. Masa-masa dimana kami sibuk memberi salam kepada siapa saja yang kami temui, masa-masa dimana pengumpulan adalah rutinitas wajib sepulang kuliah, dan masih banyak lagi. 

Berbeda dengan sekarang, kami sudah punya tanggung jawab lebih. Tak hanya masalah akademik yang mesti kami urusi, berbagai prosesi untuk adik-adik baru akan menjadi urusan kami pula. Tes masuk PTN saja belum dimulai, tapi kami sudah sibuk dengan kepanitiaan. Setidaknya, saat ini urusan perkuliahan sudah rampung. Tinggal menunggu hasil yang terbaik. Untuk urusan ingin tes PTN lagi atau tidak, ah tidak usah. Saya sudah cukup nyaman disini, meskipun beberapa mata kuliahnya cukup memuyengkan. Setahun ini sudah banyak pelajaran yang dapat dipetik untuk bisa lebih baik di semester berikutnya. 

Semoga liburan kali ini menyenangkan, terisi dengan kegiatan yang bermanfaat, sehingga jarum timbangan bisa turun dikit #teteeeup. Well, thanks God, I'm freee \\^^//


27 Mei 2012

Berkunjung ke Graha Pena

"Sekolah Menulis" yang merupakan kegiatan dari pelaksanaan TOWR (Training Of Writing Recruitment), berlangsung cukup lama hari ini. Selain diisi oleh dua orang pemateri, kita juga melakukan kunjungan redaksi ke Graha Pena Makassar guna berbagi ilmu dan pengalaman dari orang-orang yang telah berpartisipasi dalam pembuatan koran harian Fajar setiap harinya. 

Kegiatan ini cukup mengasyikkan karena kita bisa melihat langsung bagaimana redaktur-redaktur di berbagai rubrik pada koran tersebut bekerja dan mengedit berita. Saya cukup terpukau melihat mereka dengan cekatannya menulis dari satu berita ke berita lainnya. Kita juga sempat berdiskusi agak lama dengan kak Una, redaksi koran Fajar yang menangani rubrik Keker, Entertainment, dan Akademik. Kak Una menjelaskan bagaimana tips dan trik agar tulisan kita bisa dimuat di media (utamanya koran Fajar), bagaimana kode etik seorang penulis, dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman yang ia bagikan kepada kami. 

Selain berbincang-bincang bersama kak Una, kita juga diberi kesempatan untuk bertanya kepada redaktur-redaktur lain. Mereka cukup ramah dan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kami lontarkan meskipun jari-jari mereka tidak berhenti untuk terus menuliskan berita-berita yang akan disuguhkan ke masyarakat. Setelah puas berbincang-bincang, kami pun diantar ke ruang belakang, yaitu ruang percetakan pusat koran harian Fajar. Katanya, percetakannya dimulai kira-kira pukul 21.00 dan selesai pukul 02.00 pagi. Hanya seorang operator mesin cetak yang sempat kami temui tadi. Dia juga sedikit memberi penjelasan kepada kami mengenai fungsi dari beberapa alat pada ruangan itu. Namun, karena jumlah kami yang cukup banyak sehingga saya kurang mendengar penjelasan kakak itu. 

bareng Jihan, Shiera, Ayu, dan Lita

ciyeeeh ciyeeeh

bagian editor


mas(lupa nanya siapa namanya) yang menangani rubrik metro

mas Dian, rubrik Olahraga

kak Nursyam, wartawan, juga anak FLP

bagian percetakan


26 Mei 2012

Sekolah Menulis FLP Pekan ke-2

Seperti yang teman-teman baca di postingan saya sebelumnya, DISINI, saya telah bergabung di Forum Lingkar Pena Ranting Unhas. Sebanyak tiga kali kami memperoleh pembinaan yang dinamakan "Sekolah Menulis" dalam rangka kegiatan TOWR (Training Of Writing Recruitment).

Pada pekan pertama, kami memperoleh materi "Motivasi Menulis" oleh Mas Gege, seorang penulis bergiat di Forum Lingkar Pena wilayah Sulsel, dan baru saja menuliskan sebuah novel berjudul "Lontara Rindu" dan dinobatkan menjadi Novel Terbaik Lomba Novel Republika 2012. Mas Gege menceritakan bagaimana perjuangannya dari tahun ke tahun ketika tulisannya selalu ditolak di berbagai media. Sampai akhirnya di tahun kesembilan ia menulis, cerpennya dimuat pertama kali di majalah ternama dimana cerpen itu berisi curhatan teman KKNnya. Inti dari semua penjelasannya, ada sebuah kalimat yang selalu terngiang ketika saya putus asa untuk menulis. "Tidak ada bakat, MINAT pun jadi". Jadi, dengan ketekunan dan keseriusan untuk terus menulis, Insya Allah semua yang kita upayakan pasti berbanding lurus dengan apa yang dihasilkan.

Selain Motivasi Menulis, juga ada materi "Dakwah dan Pena" yang dibawakan oleh kanda Uswatun Hasanah. Intinya, bagaimana cara kita membuat tulisan dimana tulisan itu membawa kebaikan bagi yang membacanya. Saya juga baru tahu, ternyata penulis adalah satu-satunya profesi yang menjadi nama surah di dalam Al Qur'an. Selain itu, pena juga menjadi satu-satunya benda yang menjadi nama surah di dalam Al Qur'an. Gejolak untuk terus menulis rasanya terus terbakar ketika berada dalam ruangan itu dan mendengar materi dari semua pemateri.

Pada pekan ini, kami kedatangan pemateri yang sangat spesial dari Surabaya. Namanya Sinta Yudisia. Sudah cukup banyak novel yang ia tulis. Bagi teman-teman yang sudah sering mengonsumsi novel-novel, mungkin sudah tidak asing lagi saat mendengar namanya. Ya, dialah penulis novel the Road to the Empire, Existere, Lafaz Cinta, Reinkarnasi, Sebuah Janji, Pink, The Lost Prince, dan masih banyak lagi. Sepertinya saya belum pernah membaca satupun dari semua karya-karya mbak Sinta ini. Selain penulis novel, dia juga sebagai ketua FLP di wilayah Jawa Timur. Riwayat pendidikannya juga membanggakan. Dia lulusan STAN Jakarta dan Psikologi UNTAG. I'm so proud to her ...

Sama seperti mas Gege, mbak Sinta juga memberikan materi "Motivasi Menulis". Bedanya, mbak Sinta lebih menceritakan kisah penulis-penulis yang jika ingin dibandingkan fisiknya ataupun dasar pengetahuannya dengan kita, kita masih lebih beruntung dari mereka. Jadi, jangan hanya kita melihat hasil karya yang meledak dari seorang penulis. Tapi, kita harus tahu dibalik itu semua terdapat perjuangan dan berbagai kegagalan yang pernah mereka hadapi.

Ketika sesi pemotretan bersama mbak Sinta, kebetulan saya memperoleh tempat yang strategis, yaitu tepat di sebelah kanan mbak Sinta. Senangnya bisa melihatnya secara dekat, bahkan bersalaman dengannya. Beruntunglah salah satu teman seperjuangan saya di FLP, Jihan, bersedia mengambil gambar saya berdua bersama mbak Sinta. Rasanya senang sekali. Semoga bisa terkena percikan ide-ide tulisan yang hebat darinya ...

novel Lontara Rindu karya mas Gege


saat mbak Sinta menghadiri bedah buku the Road to the Empire & Reinkarnasi 

 Sinta Yudisia & Existere

bersama mbak Sinta Yudisia ... 

Bergabung di Forum Lingkar Pena

Sejak kecil saya suka membaca apa saja yang ada di sekeliling saya. Entah itu koran, majalah, bahkan pembungkus makanan ringan. Saya senang sekali ketika melihat sisipan percakapan dalam suatu bacaan. Saya selalu memperbesar volume suara saya ketika membacanya. Mimik dan ekspresi ketika membacanya pun terkadang saya praktekkan.

Ketika saya masih menginjak bangku Sekolah Dasar, dua kakak perempuan saya sudah mengecap bangku kuliah. Tak heran saya juga sering mengonsumsi bacaan-bacaan mereka. Habisnya, bacaan di buku pelajaran SD pasti itu-itu saja. Alhasil, novel-novel dan majalah islami yang mereka bawa dari kampus sering juga kubaca. Bukan main bahagianya saya ketika melihat begitu banyak kutipan percakapan tokoh-tokoh dalam bacaan itu yang semakin membuat minat baca saya bertambah.

Dari sebagian novel-novel itu saya melihat ada logo bertuliskan FLP di setiap sudutnya. Saya tidak tahu FLP itu apa dan mengapa logonya selalu disimpan di beberapa novel. Sampai akhirnya saya tahu bahwa FLP itu adalah singkatan dari Forum Lingkar Pena, yaitu sebuah wadah bagi para penulis, yang ingin menjadi penulis, dan berminat pada dunia kepenulisan. Sempat terbersit keinginanku saat itu "aku ingin menjadi anggota FLP".

Dengan kegemaran membaca itu saya selalu menulis di setiap saat bahwa hobi saya adalah membaca. Sampai akhirnya saya bertemu guru Bahasa Inggris saya ketika menginjak kelas 3 SMP, Mrs. Damaris, dia mengatakan "Membaca itu bukan kegemaran maupun hobi. Membaca itu adalah suatu kewajiban". Semenjak saat itu saya selalu teringat kata-katanya. Ya, membaca memang suatu kewajiban. Kewajiban bagi mereka yang ingin menguasai dunia dengan ilmu. Oleh karena itu, kita harus membiasakannya dengan menjadikan membaca sebagai suatu kegiatan penting dalam aktivitas kita setiap harinya. 

Ketika masih SMP, saya sempat menonton film "Virgin", dimana pada tahun 2004 sempat mengalami pencekalan dan penghentian penayangan di Makassar, karena katanya jauh dari nilai-nilai budaya orang Makassar dan dikhawatirkan memberi pengaruh negatif bagi yang menontonnya. Ketika selesai menontonnya, saya lumayan memikirkan adegan demi adegan di film itu beberapa hari setelahnya. Apalagi, saya yang masih berumur sekitar dua belas tahun waktu itu agak syok juga melihat film itu yang mempertontonkan bagaimana kerasnya kehidupan di Ibukota dan realita cara pergaulan yang berkembang disana. Hingga akhirnya saya tertarik dengan salah satu akting pemainnya, Bian, yang diperankan oleh Ardina Rasti. Setiap harinya dia menulis semua kejadian manis-pahit yang dialaminya bersama sahabat-sahabatnya. Sampai akhirnya tulisan-tulisan itu menyelamatkannya dari sebuah kejadian yang seharusnya merenggut kesuciannya. 

Saya termotivasi untuk menulis karenanya. Bukan karena memikirkan bakal menjual tulisan itu juga seperti yang dilakukan oleh Bian. Tapi, saya suka dengan aktivitas yang dilakukannya setiap hari. Sesibuk apapun dan sebanyak apapun masalah yang diperolehnya, dia tetap menyempatkan diri untuk menyalakan komputernya dan menulis sepuasnya. Berhubung saya belum memiliki komputer waktu itu, jadi saya hanya membeli diary dan menulis disana sebelum memejamkan mata tiap harinya. Awalnya sangat mengasyikkan. Namun, pada akhirnya kesibukan mengalahkan segalanya.

Sekarang, saya sudah menjadi seorang mahasiswi di Universitas Hasanuddin. Beruntunglah karena saya memperoleh informasi dari salah seorang senior saya di SMA, kak Adityar, bahwasanya di kampus ada komunitas FLP. Dengan memberanikan diri, saya bergabung di FLP demi mewujudkan keinginan saya ketika kecil dulu. Selain itu, saya ingin belajar banyak mengenai cara menulis yang baik. Mengenai hasil karya berupa novel atau cerpen, itu urusan belakangan. yang jelas saya mampu menulis dengan kosakata yang baik dan bisa bermanfaat bagi pembacanya :')


logo yang dulu sama sekali tak kumengerti


Majalah Annida, salah satu bacaan favorit ketika masih kecil

25 Mei 2012

Kembali Lagi

Kehidupan memang seperti roda. Roda yang terus berputar. Tak pernah sedikitpun aku membayangkan bakal seperti ini. Semuanya mungkin sudah terencana, atau juga ada unsur keikutsertaanku atas semua ini. Dulunya kututup telinga dan mata ini atas apa yang menyibukkan mereka. Aku tak mau tahu, bahkan ikut campur. Tapi satu yang harus kuakui, aku ingin sibuk bersama mereka. 

Awalnya semuanya berjalan dengan baik. Aku bersama kehidupanku dan begitupun mereka. Tapi, hati tak bisa mengelak. Aku rindu akan kesibukan itu. Kesibukan yang menyatukan mereka. Akhirnya, benteng kegengsian rapuh juga. Secara perlahan ku buka lagi mata dan telinga ini, kembali mendengarkan ajakan mereka dan kembali bergabung bersama mereka. 

Cercahan dan sindiran memang sepatutnya kuterima. Atas apa yang kuperbuat dahulu. Tapi itu tak perlu dibuat susah, karena kenyamanan telah kuperoleh. Selamat datang kesibukan yang positif. Selamat datang kebersamaan dan persaudaraan.

"Bersama Memberikan yang Terbaik"




18 Mei 2012

12 Mei 2012

Sabtu, 21 Mei 2011


Hari ini adalah hari yang sangat spesial untukku. Untuk keempat kalinya saya bertemu dengannya dan untuk pertama kalinya saya berbincang-bincang cukup lama bersamanya. Tidak mengenal dia selebritis dan saya hanya pelajar biasa, kami bercerita dengan sangat akrabnya. Sempat dia bertanya seperti ini :

"Nu, kalau udah lulus nanti kamu mau lanjut dimana ?"
"Insya Allah STAN kak, hehe. Doain yaa.."
"STAN yang di Tangerang itu yaa ? 
"Iya kak .."
"Wah, kamu harus lulus ya, biar nanti bisa dateng di acara launching album kedua kami .."
"Memangnya launchingnya kapan kak ?"
"Insya Allah tahun 2012,,,"
"Pasti kak, aku usahain biar bisa lulus disana :') "
Dan mulai detik ini saya akan berusaha agar bisa kuliah disana ...


Kamis, 29 September 2011

Langit seakan mau runtuh ketika melihat pengumuman di layar komputer. Saya harus menerima kenyataan pahit ini. Ya, saya tidak lulus di sekolah yang saya idam-idamkan. dan otomatis saya tidak akan kuliah di luar kota. Saya akan tetap berada di Makassar.


Sabtu, 12 Mei 2012




Pukul 08.00 pm, launching album kedua The Adly's berlangsung. Suasananya sangat ramai. Sahabat-sahabat artis, fans, bintang tamu, semua bernyanyi bersama-sama dan berbahagia pada malam ini. Tapi, ada yang kurang pada acara ini. Iya, kurang aku ...

9 Mei 2012

Dear Adly ...

dear Adly
rasanya tak pernah bosan aku memikirkanmu
kamu pun jangan pernah bosan untuk tetap berada di fikiranku
karena itu tidak akan menguras energimu

dear Adly
entah sudah berapa banyak orang yang menganggapku sakit
karena telah menaruh harapan lebih padamu
padahal itu sah-sah saja, bukan ?

dear Adly
aku tidak suka dengan penilaian orang terhadapmu
yang menuding dirimu cepat berpindah hati
dari wanita satu ke wanita lain
padahal aku tahu
kamu sangat berusaha untuk setia
namun ada saja penghalang dari setiap hubunganmu
sama halnya denganku
yang sangat berusaha menunggumu
namun ada saja orang-orang yang mematahkan semangatku

dear Adly
tidak ada yang lebih membahagiakan daripada melihatmu berbahagia
meskipun kamu bahagia dengan wanita lain
itu sudah pasti
dan aku tetap dengan kehidupanku

dear Adly
satu hal yang perlu kamu tahu
aku akan tetap seperti ini
tetap di sampingmu
mendukungmu
mengagumimu
mendoakanmu
menyayangimu ...





- pukul 03.00 WITA, usai menyelesaikan laporan Fisika dan kefikiran untuk menulis ini
  sayup-sayup terdengar : The Adly's - Mengagumimu

4 Mei 2012

Suara itu ...

     beberapa hari terakhir ini saya menjadi manusia yang agak mellow. penyebab utamanya sih seperti biasa, dikarenakan lagu. tapi parahnya, tidak hanya lagu sedih dan lagu yang mengiris hati yang menyebabkan air mata saya ingin jatuh, tetapi juga lagu enerjik dan bersemangat. intinya sih bukan dikarenakan lagunya, tetapi penyanyinya. yap, bisa ditebak kan saya nangis karena suaranya siapa ? Iya, suaranya Adly Fayruz.!

     teman-teman yang sudah sering membuka blog ini dan jejaring sosial saya pasti sudah kebal dan sudah biasa ketika melihat saya sangat berlebihan membahas seorang Adly. saya tidak malu kok mengidolakan aktor Indonesia yang juga berprofesi sebagai vokalis band (bahkan saya yakin sebagian besar dari kalian belum mengenal band tersebut). saya tetap saya yang dahulu, saya yang sejak kelas VIII SMP untuk pertama kalinya jatuh cinta ketika melihat Adly di layar kaca. saya tidak mau ikut-ikutan mengidolakan seseorang yang sedang naik daun. selain karena sebagian besar fans-fans yang merajalela kebanyakan ababil, orang yang diidolakan itu mungkin keeksisannya hanya sesaat.

     saya percaya suatu saat Adly bakal mencapai kesuksesannya. itu karena dia giat berlatih, berusaha, dan berdoa. tidak seperti kebanyakan artis yang hobi mencari sensasi hanya untuk mendongkrak karirnya. dan saat ini Adly telah merilis album keduanya. tidak henti-hentinya dia melakukan promo melalui akun jejaring sosialnya. dia juga lumayan sering meng-upload videonya menyanyikan lagu-lagu sambil memainkan gitar.

     saya pun tak pernah bosan untuk terus mendengar lagu-lagunya. suaranya yang sudah sangat khas untukku dengan mudahnya membuat perasaan saya yang awalnya biasa saja menjadi sedih dan ingin mengingat-ingat kembali kejadian yang menyedihkan di masa lalu. saya suka lagu-lagu ciptaan Adly. saya suka mendengar suara Adly. dan saya suka semua mengenai Adly ...

dan inilah beberapa video yang sukses membuat saya menitikkan air mata (sekalian promosi). cekidot ;))