4 April 2018

Dulu dan Sekarang

Dulu
Pagi hari kusambut dengan pertanyaan, "tugas/ujian apa yang akan berlangsung hari ini?" "mau kemana hari ini?" "pukul berapa kegiatan hari ini?"
Rumah berisik ketika aku akan bepergian
Mengunjungi setiap kamar untuk mencari kaos kaki sebelah yang tercecer
Bercermin mengamati penampilan mulai dari kaca bedak hingga jendela rumah
Tidak menghabiskan sarapan yang sudah disediakan karena terburu-buru
Melanjutkan tidur di angkutan umum karena sering begadang pada malam hari

Uang saku yang aku peroleh digunakan untuk makan dan membeli cemilan
Uang tambahanku berasal dari biaya browsing tugas di cafe/warkop, biaya cetak makalah, biaya fotocopy, dan biaya transportasi kerja kelompok yang di-upping
Menandai tanggal ultah sahabat di ponsel agar bisa menabung dari jauh-jauh hari untuk patungan dengan teman yang lain dalam memberikan surprise

Pulang larut adalah permasalahanku setiap harinya
Tak ada izin untuk bepergian dengan teman hingga petang
Tak ada izin untuk nginap-nginapan di rumah sahabat
Tak ada izin untuk menghadiri acara makan-makan di malam hari

Aku cemas jika aku tertidur dan tugasku belum selesai
Khawatir jika belum belajar dan jadwal ujian semakin dekat
Takut tidak diberi izin jika ingin nongkrong selepas kuliah
Langit berasa runtuh jika mendapat nilai anjlok

Sama halnya dulu, sekarang aku pun mulai mencemaskan beberapa hal
Jodoh, karir, keturunan, bahkan kematian

Aku pernah terjebak pada hubungan yang membuat perasaanku terlanjur luluh
Ketidakpastian dan ketidakjelasan membuat kita sepakat untuk mengakhirinya
Dan itu pula yang membuat patah hati begitu menyedihkan

Aku percaya ada dua hal yang membentuk manusia, yaitu kenangan dan harapan
Kenangan terkadang membuatku marah, gundah, rindu, bahkan menangis tersedu-sedu
Namun juga mengajarkanku untuk memperbaiki diri dan belajar mengikhlaskan
Sedangkan harapan menuntunku untuk maju dan berjuang meningkatkan kepasitas diri

Masalah karir, aku sudah memutuskan mengambil pekerjaan yang sesuai bidangku
Berkutat dengan data, memvalidasi banyak hal, menganalisa, dan mengambil keputusan
Pergi pagi, pulang larut, dan jauh dari keluarga terbayar dengan aku yang kini mampu mandiri secara finansial
Namun aku masih sering bimbang dan tidak tenang
Aku diuji dengan keinginan untuk berpindah dan mencoba kesempatan lainnya

Dulu dan sekarang merupakan proses yang sama, hanya merupakan babak kehidupan yang berbeda
Aku yang dulu dan sekarang masih diliputi banyak keresahan
Jawaban dari keresahan dulu akan dijawab hari ini, begitupun untuk hari ini akan ada di masa depan
Sampai akhirnya aku akan mengerti bahwa hidup ternyata hanya harus dijalani dengan baik

24 Oktober 2016

Kado Istimewa di Bulan Oktober

Hai semua. Rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung kesini. Terakhir menulis, bulan Februari. Mau dibilang sibuk, tidak terlalu sibuk. Mau dibilang lengang, tidak juga.
Jadi???

Seperti penjelasan di tulisan sebelumnya, saya masih dalam perjalanan untuk memperoleh pekerjaan. Sejak menyadari betapa rumitnya program studi saya saat masih di bangku kuliah, saya tidak berpikir lagi untuk melanjutkan kuliah pascasarjana dengan program studi yang sama. Maka, hari di mana saya merayakan euforia kelulusan juga merupakan hari pertama saya mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan. 

Mencari pekerjaan yang sesuai dan membutuhkan jurusan kita ternyata tidak semudah mencari informasi pekerjaan yang tersedia di berbagai media massa. Ketika memperoleh informasi lowongan sebuah instansi, hanya beberapa detik rasa harap akan berubah menjadi rasa sedih tatkala jurusan matematika tak ada di bagian kualifikasi. Begitu juga ketika memperoleh informasi lowongan instansi yang kualifikasinya mencari semua jurusan. Rasa bahagia akan pupus ketika melihat jenis pekerjaan yang sangat jauh dari materi dan keseharian di bangku kuliah. 

Ketika pemikiran untuk memperoleh pekerjaan yang membutuhkan jurusan saya itu menguasai diri saya, maka saya hanya bisa berikhtiar menunggu lowongan yang sesuai dan tetap belajar di rumah. Setiap harinya saya menyempatkan diri untuk belajar. Entah itu mengulang materi TOEFL saat kursus dulu, mengerjakan soal-soal CAT, serta soal-soal sejenis perhitungan yang selalu muncul di tahapan perekrutan karyawan. Namun, ketika melihat satu-persatu kawan mendapatkan rejeki pekerjaan, seketika ideologi awal saya mengenai pekerjaan yang saya inginkan akan lenyap dan saya akan melamar pekerjaan di mana saja meskipun tidak sesuai kehendak hati. 

Target saya untuk memperoleh pekerjaan yaitu tidak lebih dari setahun sejak saya meraih gelar sarjana. Namun, sebaik-baik manusia memiliki rencana, Allah juga memiliki rencana lain terhadap hidup saya. Ada hal-hal yang ingin disampaikan-Nya melalui banyak keputusasaan saya akan pekerjaan. Ketika saya sudah melewati banyak tahapan proses perekrutan dan di tahap akhir gagal, muncul perasaan di dalam diri saya bahwa kegagalan itu merupakan teguran dari-Nya akan sikap saya yang mulai angkuh ketika melewati tahapan demi tahapan tes, atau dari do'a-do'a yang masih tidak seimbang dengan ikhtiar saya.

Saya terus mencari dan mencari di mana letak yang salah dalam diri saya, ke mana Allah menuntun jalan saya, dan berpikir apakah hidup sekedar bekerja di tempat yang baik, mendapat gaji, memiliki keluarga, memiliki anak, kemudian mati. Saya terus mencari sampai pada akhirnya saya memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan rencanaNya. 

Menjalani hidup sesuai dengan rencanaNya tidak serta merta lupa untuk berusaha dan berdoa. Gagal dengan target pertama, saya menetapkan target kedua, yakni mendapatkan pekerjaan sebelum berusia 23 tahun. Untuk mengingat batas harinya, saya sengaja menempel shedule board di kamar. Hari demi hari saya jalani dengan terus belajar, mencari lowongan, mengikuti tes di beberapa tempat, dan tak lupa berdo'a. Saya menjalaninya tanpa takut lagi dengan target yang tidak tercapai. 

Oktober datang. Ada rasa cemas, takut, tapi tetap santai. Seminggu hampir berlalu. Saya punya firasat akan mendapat kabar baik. Namun tak ada yang terjadi. Malam di tanggal 6 Oktober, saya mengecek hape bapak dan alangkah terkejutnya saya ketika membaca pesan untuk mengambil surat pengantar medical check up di salah satu instansi beberapa jam sebelumnya. Saya panik. Saya mengonfirmasi bahwa saya telat membacanya sebab pesan itu dikirimkan ke nomor bapak. Mereka menerima alasan saya dan menjadwalkan hari esok untuk melakukan tes kesehatan. 

dibaca pada pukul 20.00 -_-

Minggu, di hari kesembilan Oktober, saya mendapatkan jawaban dari keinginan yang selama ini belum tercapai. Saya lulus untuk mengikuti program Management Trainee (MT) di salah satu perusahaan pembiayaan terlama di Indonesia. Posisi saya di program MT ini adalah Credit Analyst, yang mana kualifikasinya berasal dari jurusan MIPA (Matematika dan Statistika). Tanggal 10 kemarin merupakan hari pertama saya berkantor dalam rangka Pre ICT atau persiapan sebelum pelatihan di Head Office. Saya lulus hanya berdua dengan kak Praja, namun posisi kami berbeda. Saat ini saya masih harus menjalani Pre ICT kurang lebih dua minggu lagi sebelum meninggalkan Makassar selama waktu yang tidak ditentukan. Awal November saya akan berangkat ke Tangerang untuk pelatihan beberapa bulan, lanjut OJT atau On the Job Training atau bahasa umumnya magang di kota yang ditentukan, kemudian penempatan di kota yang juga ditentukan dari kantor pusat. 

Do'a memang sesuatu yang rumit. Kapan do'aku dikabulkan, kenapa do'a mereka lebih dahulu dikabulkan, apa pertimbangan do'a orang lain cepat dikabulkan, semua menjadi tanda tanya. Namun yang patut disyukuri ialah saya belajar ikhtiar dan ikhlas dari do'a-do'a yang masih diperjuangkan. 

15 Oktober, hari di mana umurku bertambah, tak ada perayaan meriah lagi dari teman-teman. Bunyi notifikasi dari smartphone juga sudah tidak seramai tahun-tahun kemarin. Rasa syukur atas perjalanan hidup yang penuh suka maupun duka membuatku lebih berbahagia dari tahun manapun. Tapi sehari setelahnya saya dikejutkan dengan kedatangan sahabat-sahabat SMA yang memakai topeng bergambar Adly Fayruz di acara arisan saya dengan teman-teman SD. Saya memang pernah berceletuk ingin diberi kejutan menggunakan topeng Adly Fayruz, tapi saya benar-benar lupa akan itu. Beberapa hari setelahnya juga saya tidak kalah terkejut ketika Lhya, Acik, dan kak Tyar datang ke rumah yang mana setahu saya Lhya dan Acik sedang liburan di Lombok. Ternyata setibanya di Makassar, mereka langsung menuju ke rumah saya. 

foto ini di-like oleh Adly Fayruz di Instagram, heheu

wanita-wanita di balik topeng : Hilda, Keong, Ninda, Mongsky

I'm a birthday girl

Katanya sih mereka gonceng tiga ke rumah ._.

"Jangan dulu dikabulkan apa yang dia minta. Aku ingin mendengar tangisan dan permohonannya lebih lama lagi karena Aku mencintainya."

Selamat ulang tahun, Nu. Selamat menjalani kehidupan baru yang Allah izinkan terjadi dalam hidupmu...

31 Desember 2015

Sarjana, lalu?

Ah… rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung disini. Meskipun sudah tidak ada lagi kesibukan kampus yang menjadi alasan saya untuk berberat hati menuliskan beberapa tulisan, namun beban setelah lulus memaksa saya untuk tidak terlalu sering meluangkan waktu menjajaki dunia maya. Sejak tanggal 24 Juni kemarin, saya resmi berstatus “sarjana pengangguran”. Sefavorit-favoritnya perguruan tinggi, memang tidak ada yang menjamin lulusannya sukses di dunia kerja. Bahkan, serumit-rumitnya jurusan suatu universitas, jurusan tersebut pun belum tentu menjamin lulusannya mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Saya termasuk tipikal orang yang selalu terpacu dengan kesuksesan orang lain. Melihat orang-orang yang sukses di bidang akademiknya, yang diberikan kelancaran sampai meraih gelarnya, yang diberikan kemujuran hingga memperoleh pekerjaannya, dan masih banyak lagi. Namun ternyata ini tidak berlaku ketika beberapa sahabat seperjuangan saya di kampus diberi rezeki mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Saya kepikiran berhari-hari, merasa payah akan diri sendiri, dan akhirnya sakit karena membebani diri.

Beruntung saja, sebulan setelah menganggur saya ditawari oleh senior untuk menjadi mitra kerja di BPS (Badan Pusat Statistik) Makassar. Selama setengah bulan saya membantu mengentri data dan alhamdulillah penghasilannya memuaskan ehehe. Honor tersebut saya gunakan untuk memperbaiki susunan gigi saya yang sangat berantakan dan tadaaaa

Anabel = Anak Berbehel

Setelah pergi pagi pulang petang dan duduk di komputer selama berhari-hari, terasa singkat ketika saya kembali menganggur dan hanya sesekali belajar di rumah. Namun apapun kondisi yang diberikan, sepatutnya saya syukuri. Sejak tidak disibukkan dengan apapun, saya jadi lebih sering berkumpul dan bercengkrama dengan sahabat-sahabat saya sejak SMA. Disebabkan rumah Popi yang tidak begitu jauh dari rumah, jadilah saya selalu mampir kesana. Oleh ide yang dicetuskan Keong, kami sepakat untuk menjadikan pertemuan-pertemuan kami lebih bermanfaat. Tidak hanya bertemu, ketawa ketiwi, dan sebagainya, tetapi kami akan membuat suatu usaha agar kami tidak lagi menengadahkan tangan kepada orang tua untuk meminta uang saku.

Berdasarkan gaya hidup kebanyakan orang saat ini yang pada momen-momen tertentu memberikan bunga untuk orang yang dikasihinya, kami belajar dari internet untuk membuat buket bunga cantik dari kain flanel. Awalnya kami hanya mempromosikannya dari kenalan-kenalan saja, namun banyaknya permintaan membuat kami memutuskan untuk turun langsung di beberapa lokasi wisudahan serta mempublikasikannya di internet. Tidak hanya itu, proposal usaha kami yang dibuat oleh Keong lulus seleksi dan diutus ke Jakarta untuk mengikuti tahap selanjutnya. Tapi sayangnya Keong tidak berhasil lolos dan tidak menimbulkan kekecewaan sedikitpun untuk kita berenam.

Sebenarnya kami bersahabat sebanyak tujuh orang, tetapi karena Hilda masih berkutat dengan skripsinya dan berkuliah di Bandung, dia tidak bisa bergabung. Sedangkan kami berenam sudah pada menyelesaikan kuliah dan hanya Acik yang mempunyai pekerjaan tetap. Sembari menjemput rezeki (pekerjaan, berkeluarga, atau melanjutkan sekolah) kami di masa mendatang, kami berenam akan tetap melanjutkan usaha ini sebisa mungkin. Jika dikatakan banyak sarjana yang malu untuk berjualan, itu tidak berlaku untuk kami. Sebab malu yang sesungguhnya yakni ketika kita tidak melakukan dan menghasilkan apa-apa :)

Sebelum berjualan

Setelah berjualan wkwk

mau pesan atau sekedar tanya seputar buket handmade lucu dari kami? follow instagram ge's florist dan klik link di bio aja yaa
*GE merupakan singkatan dari Girls Entrepreneur

11 Juli 2015

Pendamping Wisuda

Momen wisuda selalu menjadi momen yang dinanti oleh setiap mahasiswa, termasuk saya tentunya. Sejak hari di mana saya sah menyandang gelar Sarjana Sains, saya punya waktu dua pekan untuk mengurus berbagai hal demi keperluan wisuda. Mulai dari merevisi skripsi sampai benar-benar rampung, sampai membagikan cetakan skripsi beserta CD yang berisi file skripsi dan jurnal ke beberapa pihak: kedua dosen pembimbing utama dan pertama, perpustakaan jurusan, perpustakaan fakultas, perpustakaan pusat, dan beberapa tempat lagi. 

Ketika urusan pempublikasian skripsi saya telah rampung, saya diberikan nomor beserta kalung wisudawan serta undangan yang ditujukan untuk kedua orang tua. Kebahagiaan saya menjelang wisuda lantas lenyap ketika sesampainya di rumah ibu saya mengatakan tidak dapat hadir dikarenakan harus jagain Azimah, ponakan saya yang paling bontot, karena ibunya (kakak saya) tugas di luar kota. Akibatnya, saya ngambek selama beberapa hari yang ternyata tidak berefek apa-apa. Kesal saja ketika mengingat ibu dan bapak dapat hadir di wisuda kakak-kakak saya, sedangkan saya yang notabene adalah anak bungsu, dibiarkan wisuda tanpa didampingi orang tua yang lengkap. 

Hari wisudaku tiba. Meskipun hanya berdua bersama Bapak, saya tetap bahagia dan mensyukuri bahwa dari sekian banyak orang, tidak semuanya dapat berkuliah, dari sekian banyak yang kuliah, tidak semuanya dapat kuliah di kampus ini, dan dari sekian banyak yang kuliah di kampus ini, tidak semuanya berakhir dengan wisuda. Sebelum memasuki auditorium Baruga A.P. Pettarani, saya menyempatkan diri untuk singgah berfoto dulu di depan latar rak buku ala-ala wisuda bersama Bapak. 

Ibu, Bapak, anak bungsumu sudah sarjana :)

Satu lagi peristiwa penting yang saya lalui selama bulan ramadhan selain ber-KKN tahun lalu, yakni wisuda. Mengikuti prosesi wisuda saat berpuasa membuat suasana di dalam Baruga sedikit lebih sakral. Sekitar pukul 11.30, tibalah giliran saya untuk berbaris, naik ke panggung, dan menyalami dekan dan rektor yang sekaligus memindahkan tali toga saya sebagai simbol saya telah lulus dan siap mengabdi di masyarakat sesuai dengan bidang yang saya pelajari saat kuliah. 

Hari sudah siang. Matahari tertutup mendung mengantarkan saya meninggalkan auditorium yang menjadi lokasi penyambutan saat saya berstatus mahasiswa baru. Di tengah ribuan wisudawan-wisudawati, saya sibuk mencari Bapak yang berada di antara kerumunan tamu undangan. Setelah bertemu, kamipun bergegas menuju jurusan saya, jurusan Matematika, yang mana telah dipersiapkan acara ramah tamah di sana. Di tengah perjalanan, saya mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya. Ah, sahabat-sahabat semasa SMA saya ternyata datang. Karena saya buru-buru, maka kami mengambil gambar bersama dengan buru-buru pula. 


Saat akan menaiki tangga untuk ke lantai tiga di mana jurusan saya berada, saya mendapat telepon dari Bayo, koordinator desa saat KKN. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat teman-teman seposko juga datang, meskipun minus Ira dan Abu. 


Selepas acara ramah tamah di jurusan, saya menemui mereka yang telah rela dan sabar menunggui saya sekian jam. 

yang bela-belain datang di tengah kesibukan kerjaan dan kampusnya. Untuk Hilda yang masih berjuang di Bandung, semangat!

sohib dan senior saat di PMR. bersama saya, kami tidak pernah absen mengunjungi wisuda masing-masing. habis ini, kita ke wisudanya siapa lagi ya? :|

sahabat dan kelompok belajar yang lulusnya hampir berbarengan. selamat wisuda untuk kita, Aidil, Asdar, Riza, dan Wawan. terima kasih untuk bunganya, Nita. meskipun Ainun, Ulfah, dan Akra tidak sempat hadir, tapi semangat dan dukungan dari kalian selalu hadir.

Wisuda kali ini memang tidak seriuh wisuda yang biasanya. Cuaca mendung bahkan gerimis, tidak ada acara makan-makan sebab bulan ramadhan, tidak begitu ramai sebab sudah libur panjang, dan euforia yang tidak begitu besar. Awalnya, saya merasa tidak ada bedanya dengan acara wisuda tersebut. Sepi. Ibu di rumah, kakak-kakak pun sibuk dengan urusannya, tidak ada yang istimewa dari kelulusan saya. Padahal wisuda seharusnya menjadi hal yang paling membanggakan dan ditunggu-tunggu. Begitu juga dengan orang-orang yang mendampingi saat wisuda, tentunya orang-orang spesial. Untungnya kehadiran dari mereka; teman, sahabat, mampu mengobati kesedihan saya yang merasa terpuruk sebab tidak dapat menikmati momen keberhasilan dengan kedua orang tua. 

Sebaik-baik pendamping wisuda adalah orang tua. Namun, didampingi orang-orang terkasih di hari bahagia pun tak kalah membahagiakannya :)

24 Juni 2015

9 Juni 2015

Akhirnya Saya Sarjana!

Alhamdulillaahirobbil 'aalamiin... Hanya ucapan tersebut yang dapat menggambarkan betapa bersyukurnya saya saat ini. Jika mengingat kembali bagaimana proses pengerjaan skripsi saya yang begitu rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sangat mustahil jika saya mampu mengikuti wisuda untuk periode Juni. Awalnya, setelah menyelesaikan perkuliahan di semester tujuh, tepatnya di awal tahun ini, saya menemui dosen Pembimbing Akademik saya untuk konsultasi perihal tugas akhir yang akan saya kerjakan nanti. Beruntungnya saya karena dosen PA saya ini menawarkan diri untuk menjadi pembimbing utama tugas akhir saya. Jadilah saya mengambil skripsi tentang Aljabar-Koding yang sama sekali tidak saya mengerti sebab kuliahnya pun belum saya ambil.

Kurang lebih dua bulan saya (belajar dari nol) bimbingan skripsi dengan Pak Loeky, pembimbing utama sekaligus dosen PA saya. Dengan ikhlas dan sabar Pak Loeky meluangkan waktu dan tenaga untuk mengarahkan saya dalam menyusun proposal. Sampai akhirnya saya memberanikan diri untuk tampil seminar pada tanggal 27 Maret. Di jurusan saya, waktu yang diberikan untuk melakukan seminar hanya pada hari Jumat, dari pukul 09.00 sampai pukul 12.00. Pada hari pelaksanaan seminar proposal, saya mendapat giliran kedua, yaitu dari pukul 09.45 sampai 10.25. Namun apa yang terjadi, waktu yang saya gunakan di luar batas kewajaran untuk orang-orang yang melaksanakan seminar proposal. Saya diserang banyak pertanyaan mengenai materi dasar, dan hampir semua pertanyaan dasar tersebut hanya mampu saya jawab dengan seulas senyum tipis. Analoginya, bagaikan mahasiswa jurusan Biologi yang tidak mampu menjelaskan secara lengkap bagaimana proses fotosintesis itu terjadi. Ya, hari itu saya tidak mampu menjelaskan dengan baik bagaimana keterkaitan ruang vektor, barisan, dan lapangan berhingga yang termuat di dalam skripsi saya. 

Dilibas saat seminar sebenarnya hal lumrah bagi mahasiswa di jurusan saya, namun bagi saya itu tidak wajar. Selama dua minggu saya mogok ngampus dan tidak melakukan apa-apa di rumah. Saya malu, trauma, frustasi, dan ingin nikah saja #lhaa. Tepat hari ke-14 pasca seminar proposal, Pak Loeky mengirimi saya pesan
Kenapa ya, anak bimbingan saya yang satu ini tiba-tiba malas konsul. Besok siang ke ruangan saya, ya.
Dengan perasaan malu akhirnya saya memberanikan diri untuk ke kampus. Saya merasa kotor tatkala berjalan menyusuri koridor dan ditatap oleh teman-teman yang mungkin merasa aneh karena saya baru muncul lagi. Bertemu dengan Pak Loeky rupanya membuat semangat saya kembali mencuat. Dia telah lupa dengan peristiwa yang menimpa saya dan kembali bersemangat melanjutkan pengerjaan skripsi saya. 

Hari berlalu minggu, minggu berlalu bulan, tapi tak kunjung selesai skripsi ini, begitupun dengan keberanian saya untuk kembali tampil pada seminar hasil. Teman seperjuangan saya, Asdar, memberikan saya batas waktu untuk seminar pada tanggal 22 Mei, sebab batas akhir pengumpulan berkas sidang yaitu pada tanggal 27 Mei. Berkat segala usaha, ketekunan, serta do'a yang tiap hari saya panjatkan, saya mampu menyelesaikan skripsi tepat pada pekan ketiga Mei. Surat kesiapan seminar, lembaran persetujuan, serta undangan seminar kembali saya siapkan pada hari Senin. Tapi apa yang terjadi, Pak Loeky tiba-tiba melarang saya untuk seminar dengan alasan masih ada yang harus ditambahkan dalam bab Hasil dan Pembahasan saya. Pupuslah sudah semangat yang menggebu-gebu ini. Saya batal seminar dan sudah pasti saya tidak dapat mengumpulkan berkas pada waktu yang ditentukan. 

Tepat hari Jumat, saya kembali menemui Pak Loeky untuk memperlihatkan skripsi yang telah saya ubah entah untuk keberapa kalinya. Ketika saya sedang menyalakan notebook, Pak Loeky membuka percapakan,

"apa kata orang tuanya rahmah pas gak jadi seminar hari ini?"
"tidak apa-apa pak, hehe"
"kalo mau, seminar saja hari senin. coba tanya pak Nur..."
"oh iya, pak".

Pak Nur memegang jabatan sebagai koordinator pelaksanaan seminar sekaligus sekretaris penguji skripsi saya. Setelah menyampaikan maksud bahwa saya ingin seminar pada hari Senin karena dikejar deadline, Pak Nur mengiyakan. Tetapi, kegembiraan saya tidak berlangsung lama. Saya kembali takut dan gelisah sebab harus seminar seorang diri, ditonton banyak dosen, ditonton banyak orang. Walaupun tertatih-tatih, saya berhasil melawan rasa takut saya untuk tampil kedua kalinya di depan orang-orang guna memaparkan hasil skripsi saya. 

Senin, 25 Mei 2015 - Seminar Matematika II

Dibantu oleh Asdar, saya mengumpulkan berkas map merah (sidang) sehari sebelum batas pengumpulan. Esok harinya, saya melihat teman-teman seperjuangan yang telah seminar hasil sibuk mondar-mandir jurusan untuk mengurus persiapan sidang. Sedangkan saya, saya diserang kemalasan untuk mengurus berbagai hal dan merasa bahwa Seminar Hasil adalah pencapaian terbaik saya. Beberapa hari berlalu, saya masih bermalas-malasan di rumah. Tanggal 5 Juni adalah tanggal yang ditetapkan oleh fakultas sebagai hari terakhir untuk melaksanakan ujian sidang. 

Juni hari pertama. Iseng ke Science Building, ternyata Surat Keputusan (SK) Sidang saya sudah keluar dari rektorat. Saya bingung. Berkas yang paling ditunggu-tunggu oleh teman-teman yang bakal sidang sudah saya terima, tapi di sisi lain saya belum mau untuk ujian lagi, belajar lagi, dan mengurus administrasi lagi. Saya pun bertanya ke Pak Suardi, pegawai fakultas yang paling akrab dengan mahasiswa,

"Pak, kalau saya tidak bisa ujian sampai tanggal 5, SK-nya bagaimana Pak?"
"Loh, kenapa pesimis sekali? Masih ada 4 hari, dek" (Pak Suardi terbilang masih muda, makanya lebih memilih memanggil adek kepada semua mahasiswa).
"Ngngng..."

Sesampainya di jurusan, saya diomeli oleh teman-teman seperjuangan sebab ingin menyia-nyiakan SK dan kesempatan selama beberapa hari ke depan. Sejak seminar hasil, saya memang berniat untuk istirahat dulu, lalu ujian sidang kapanpun selama pembayaran SPP belum dibuka, dan wisuda pada periode selanjutnya. Tetapi, setelah mencurahkan keinginan tersebut kepada teman-teman, saya habis dicerca dengan kalimat-kalimat yang mengatakan bahwa saya bodoh, tolol, dan sebagainya. Dari sekian banyak omelan, kalimat dari Ainun tiba-tiba membuat saya mempertimbangkan keputusan saya. Katanya, saya harus melakukan apapun yang dapat saya usahakan, kalau memang bukan rejeki saya untuk meraih gelar pada periode ini, pasti ada saja hambatan yang saya peroleh. Akhirnya, bergegaslah saya menemui Pak Loeky dan mengatakan bahwa saya ingin mengusahakan untuk sidang minggu ini. Pak Loeky mengizinkan, dengan catatan saya harus bekerja keras untuk memperbaiki beberapa pembuktian teorema dan membuat bahan presentasi dalam semalam. 

***

Malam sebelum sidang, saya tidak bisa tidur. Perasaan takut dan cemas menyelubungi saya. Sebelumnya, Asdar mendapat kesulitan saat ujian sidang; berkasnya ditahan oleh ketua penguji dan nilai sidangnya ditunda. Jadilah semalaman saya mencemaskan hal-hal buruk. 

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Detak jantung bergerak lebih hebat dari biasanya. Sejak pagi sampai waktu shalat jum'at tiba, saya terus mengulang materi dan membayangkan apa yang akan terjadi beberapa jam kemudian. Pukul 13.15. Saya sudah siap menampilkan bahan presentasi di dalam ruangan sidang yang ukurannya cukup sedang. Ketiga dosen penguji saya masuk, disusul Pak Loeky selaku pembimbing utama dan Bu Era sebagai pembimbing pertama. Prof. Amir yang notabene adalah ketua penguji, membuka ujian sidang dan mengatakan bahwa proses ujian ini akan dibagi sebanyak tiga sesi; presentasi, tanya jawab, dan penentuan nilai. Selama lima belas menit saya mempresentasikan semua bab dalam skripsi saya. Selanjutnya, sesi tanya jawab. Dengan wajah yang lumayan seram, Prof. Amir berkata, "cari spidol dan penghapus sekarang". Deg. Pertanyaan apa yang bakal saya terima, pikirku sembari berlari mencari spidol di ruang kelas. 

Sekembalinya di ruang sidang, saya diminta untuk menjelaskan salah satu Lemma dalam skripsi saya. Tiga puluh menit berselang. Seisi ruangan bingung. Lemma yang saya peroleh dari jurnal seorang peneliti rupanya memicu kebuntuan. Mau tak mau, waktu terus berlalu. Solusi dari Pak Loeky mulai diterima. Ada beberapa kalimat pada Lemma yang mesti diubah, begitupun dengan pembuktiannya. Dan beban itu tentu saja menjadi tugas saya, hiks. Selanjutnya, beberapa pertanyaan dari Prof. Amir kembali diberikan. Saya diberikan waktu untuk menjawabnya.

Tak ada yang lebih lega dari mendengarkan kalimat "baiklah, karena waktu untuk tahap kedua telah selesai, selanjutnya kita melangkah pada sesi penentuan nilai. Saudari Nur Rahmah dipersilakan meninggalkan ruangan sidang". Fiuhhh. Di luar ruangan, satu persatu teman seangkatan menyalami saya sembari berkata "cieeh S.Si". Beberapa menit kemudian, Pak Nurdin, salah satu dosen penguji, memanggil saya untuk masuk ke ruangan. Prof. Amir kembali memegang peran untuk mengumumkan nilai saya. Setelah melakukan shock therapy alias kebohongan dengan maksud mengerjai, Prof. Amir mengatakan bahwa pada tanggal 5 Juni 2015, saya dinyatakan lulus dan memperoleh gelar Sarjana Sains dengan nilai "Sangat Baik". 

Saya tersenyum. Dosen-dosen terkekeh dan mulai menikmati konsumsi yang disediakan. Sesungguhnya, saya benar-benar mensyukuri segala kelancaran dan kemudahan yang saya peroleh. Semua yang saya cemaskan tidak terjadi. Saya benar-benar bahagia. Saya akhirnya paham bahwa tidak ada yang sia-sia dari usaha dan do'a. Selamat tinggal, kampus. Terima kasih atas semua pembelajaran dan kenangan berharga selama 3,8 tahun ini. 

YEAY!!!

Nur Rahmah Makmur, S.Si

Kenalan pertama di kampus. Sahabat. Temen gosip. Temen seperjuangan sampai akhir. Asdar, S.Si

Asdar, Nita, Akra, Wawan (member Barongs) + Ilha, Yuli, Fafah (sohib-sohib sewaktu maba yang udah pindah jurusan dan kampus sejak semester tiga)

(Keong, Khatmi, Ninda) sahabat-sahabat sejak SMA yang juga sekampus tapi beda-beda jurusan. Lekas nyusul yaaa!

Lhya. Saya tidak pernah mendengar kabarnya dalam waktu yang lama dan tiba-tiba dia muncul... :(