11 Juli 2015

Pendamping Wisuda

Momen wisuda selalu menjadi momen yang dinanti oleh setiap mahasiswa, termasuk saya tentunya. Sejak hari di mana saya sah menyandang gelar Sarjana Sains, saya punya waktu dua pekan untuk mengurus berbagai hal demi keperluan wisuda. Mulai dari merevisi skripsi sampai benar-benar rampung, sampai membagikan cetakan skripsi beserta CD yang berisi file skripsi dan jurnal ke beberapa pihak: kedua dosen pembimbing utama dan pertama, perpustakaan jurusan, perpustakaan fakultas, perpustakaan pusat, dan beberapa tempat lagi. 

Ketika urusan pempublikasian skripsi saya telah rampung, saya diberikan nomor beserta kalung wisudawan serta undangan yang ditujukan untuk kedua orang tua. Kebahagiaan saya menjelang wisuda lantas lenyap ketika sesampainya di rumah ibu saya mengatakan tidak dapat hadir dikarenakan harus jagain Azimah, ponakan saya yang paling bontot, karena ibunya (kakak saya) tugas di luar kota. Akibatnya, saya ngambek selama beberapa hari yang ternyata tidak berefek apa-apa. Kesal saja ketika mengingat ibu dan bapak dapat hadir di wisuda kakak-kakak saya, sedangkan saya yang notabene adalah anak bungsu, dibiarkan wisuda tanpa didampingi orang tua yang lengkap. 

Hari wisudaku tiba. Meskipun hanya berdua bersama Bapak, saya tetap bahagia dan mensyukuri bahwa dari sekian banyak orang, tidak semuanya dapat berkuliah, dari sekian banyak yang kuliah, tidak semuanya dapat kuliah di kampus ini, dan dari sekian banyak yang kuliah di kampus ini, tidak semuanya berakhir dengan wisuda. Sebelum memasuki auditorium Baruga A.P. Pettarani, saya menyempatkan diri untuk singgah berfoto dulu di depan latar rak buku ala-ala wisuda bersama Bapak. 

Ibu, Bapak, anak bungsumu sudah sarjana :)

Satu lagi peristiwa penting yang saya lalui selama bulan ramadhan selain ber-KKN tahun lalu, yakni wisuda. Mengikuti prosesi wisuda saat berpuasa membuat suasana di dalam Baruga sedikit lebih sakral. Sekitar pukul 11.30, tibalah giliran saya untuk berbaris, naik ke panggung, dan menyalami dekan dan rektor yang sekaligus memindahkan tali toga saya sebagai simbol saya telah lulus dan siap mengabdi di masyarakat sesuai dengan bidang yang saya pelajari saat kuliah. 

Hari sudah siang. Matahari tertutup mendung mengantarkan saya meninggalkan auditorium yang menjadi lokasi penyambutan saat saya berstatus mahasiswa baru. Di tengah ribuan wisudawan-wisudawati, saya sibuk mencari Bapak yang berada di antara kerumunan tamu undangan. Setelah bertemu, kamipun bergegas menuju jurusan saya, jurusan Matematika, yang mana telah dipersiapkan acara ramah tamah di sana. Di tengah perjalanan, saya mendengar suara yang memanggil-manggil nama saya. Ah, sahabat-sahabat semasa SMA saya ternyata datang. Karena saya buru-buru, maka kami mengambil gambar bersama dengan buru-buru pula. 


Saat akan menaiki tangga untuk ke lantai tiga di mana jurusan saya berada, saya mendapat telepon dari Bayo, koordinator desa saat KKN. Alangkah terkejutnya saya ketika melihat teman-teman seposko juga datang, meskipun minus Ira dan Abu. 


Selepas acara ramah tamah di jurusan, saya menemui mereka yang telah rela dan sabar menunggui saya sekian jam. 

yang bela-belain datang di tengah kesibukan kerjaan dan kampusnya. Untuk Hilda yang masih berjuang di Bandung, semangat!

sohib dan senior saat di PMR. bersama saya, kami tidak pernah absen mengunjungi wisuda masing-masing. habis ini, kita ke wisudanya siapa lagi ya? :|

sahabat dan kelompok belajar yang lulusnya hampir berbarengan. selamat wisuda untuk kita, Aidil, Asdar, Riza, dan Wawan. terima kasih untuk bunganya, Nita. meskipun Ainun, Ulfah, dan Akra tidak sempat hadir, tapi semangat dan dukungan dari kalian selalu hadir.

Wisuda kali ini memang tidak seriuh wisuda yang biasanya. Cuaca mendung bahkan gerimis, tidak ada acara makan-makan sebab bulan ramadhan, tidak begitu ramai sebab sudah libur panjang, dan euforia yang tidak begitu besar. Awalnya, saya merasa tidak ada bedanya dengan acara wisuda tersebut. Sepi. Ibu di rumah, kakak-kakak pun sibuk dengan urusannya, tidak ada yang istimewa dari kelulusan saya. Padahal wisuda seharusnya menjadi hal yang paling membanggakan dan ditunggu-tunggu. Begitu juga dengan orang-orang yang mendampingi saat wisuda, tentunya orang-orang spesial. Untungnya kehadiran dari mereka; teman, sahabat, mampu mengobati kesedihan saya yang merasa terpuruk sebab tidak dapat menikmati momen keberhasilan dengan kedua orang tua. 

Sebaik-baik pendamping wisuda adalah orang tua. Namun, didampingi orang-orang terkasih di hari bahagia pun tak kalah membahagiakannya :)

24 Juni 2015

4 komentar:

jejen mengatakan... Balas

selamat atas keberhasilannya.. semoga ilmunya jadi bermanfaat dan orangnya juga bermanfaat

cumi-cumi! mengatakan... Balas

@jejen: Terima kasih ya Jejen, do'a yang sama untukmu :)

Unknown mengatakan... Balas

hmm rasanya saya gabakal jauh beda, anak tunggal,ortu tinggal nyokap dan katanya sih gabisa dateng kalo wisuda.

yaudah nikmatin aja :(

cumi-cumi! mengatakan... Balas

@alfian melodic: Iyaa hehe. Btw salam kenal yaa (: