31 Agustus 2013

Karena Terburu-buru

Kau tahu, semua ini karena terburu-buru
akulah yang terburu-buru
tersinggung
berlalu dengan angkuh
meninggalkan tanpa ragu

Akulah yang terburu-buru
marah
berlindung pada tiang-tiang penyangga
mengunci desah tawa
hingga lelah

Akulah yang terburu-buru
menutup diri rapat-rapat
bersembunyi di balik petang
tersenyum indah penuh riang
sementara kegundahan kian datang

Maka di sinilah, aku terjaga
melayangkanmu beberapa sajak
sementara udara
mengawasimu yang kerap tabah
mengulang kecewa

Sebab kutahu
hari mendatang akan hujan
dan aku, tinggal kenangan

Sajak ini pun hadir dengan terburu-buru
sebongkah kata
yang akan menjadi sampah
sia-sia
semoga saja kau memahaminya

23 Agustus 2013

Berani Main Game Ini?

Pukul sebelas siang. Nada pemberitahuan dari mention yang bertubi-tubi membangunkanku. Baru jam segini, Maghfir sudah menyuruh saya dan beberapa kawan lainnya untuk berkumpul di rumahnya. Iya, katanya dia kelaparan dan minta dibuatkan makanan. Ada-ada saja. Segeralah kami bergegas menuju rumah Maghfir, Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea.

Karena saya dan Wantos tiba lebih dulu, kami pun segera menuju dapur dan memasak nasi. Untuk urusan masak-memasak, memang Wantos jagonya. Sedangkan saya, duh..... payah. Maghfir saja sampai berujar, "hemdedeh, Nunuu. Cewe' bedeeee...." #jleb

Kebetulan, ada sekantong cumi-cumi beku di kulkas Maghfir. Bermodalkan pengetahuan dari iklan tepung bumbu instan, saya dan Wantos membuat Cumi Goreng Tepung ala dadakan. But yeah, hasilnya tidak begitu buruk dan lumayan nikmat. Selang beberapa menit kemudian, Lhya, Afifah, dan Kak Iyda tiba. Hampir sebulan saya tidak bertemu dengan Lhya, duh kangennya... Mereka bertiga pun menggantikan posisi saya dan Wantos di dapur dengan membuat bakso yang sebelumnya memakan waktu hampir setengah jam karena beradu pendapat memilih panci, ck. 

Afifah, Nunuu, Wantos, Lhya, Maghfir

Tatkala matahari mulai tenggelam, kami memutuskan untuk berpindah tempat menuju rumah makan lesehan, tidak begitu jauh dari rumah Maghfir. Ketika sedang menunggu pesanan makanan, Kak Iyda tiba-tiba memperlihatkan kami sebuah gambar yang ia temukan di salah satu jejaring sosialnya. Gambarnya seperti ini.


Lhya dan Maghfir bergumam hampir bersamaan, "ayok deh... ayoook". Bergiliran kami mengumpulkan handphone (tentunya setelah check-in #teteeup) di bagian tengah dengan posisi layar menghadap ke bawah. Nada dering demi nada dering mulai bersahut-sahutan. Kami hanya bisa saling bergantian menertawakan siapa saja yang handphone-nya sering berisik. 

Pada dasarnya, hampir setiap orang tidak bisa lepas dengan gadget atau handphone. Ketika sedang malas, ada waktu senggang, bahkan sibuk sekalipun kita mengecek handphone kita secara terus-terusan. Sehingga, terkadang jika kita berkumpul bersama teman-teman, masing-masing dari mereka akan sibuk dengan handphone-nya. Akibatnya, pembicaraan semakin minim, kurang berbaur, dan tentunya keakraban akan merenggang. 

Hampir empat jam kami bertahan untuk tidak menyentuh handphone. Beberapa panggilan dari salah seorang teman se-jurusan tidak saya gubris. Ringtone Line milik Wantos, nada Blackberry Massenger dari handphone Afifah, semuanya hanya bisa kami jawab dengan gelak tawa. Percayalah, permainan ini benar-benar menyenangkan. Kita bisa merasakan bagaimana kembali ke zaman di mana orang-orang belum berurusan dengan gadget. Dan yang terpenting, keterikatan kita bersama orang-orang terdekat akan semakin erat.


So, wanna try it? :')


Makassar, 21 Agustus 2013

KRS Oh KRS

KRS merupakan singkatan dari Kartu Rencana Studi yang berupa kartu berisi daftar mata kuliah yang akan diambil oleh setiap mahasiswa dalam satu semester. Pengurusan KRS di kampus saya memang cukup rumit. Sebelum memilah mata kuliah, kami diharapkan berkonsultasi kepada dosen Pembimbing Akademik (PA) terlebih dahulu agar mudah untuk menentukannya. Setelah itu kami dibebani dengan berbagai pilihan kelas yang akan kami masuki. Ditambah lagi waktu yang kami gunakan untuk berburu dosen PA. Berbasa-basi sedikit, meminta persetujuannya, dan akhirnya KRS dikumpul. Kemudian setelah itu teman-teman di kampus malah memutuskan untuk pindah kelas. Huuuuuuft.

Senin kemarin, saya dibuat terlunta-lunta di jurusan karena KRS. Tiba di kampus pukul sepuluh pagi, mendapati teman-teman yang memasang tampang sedih di koridor akibat galau menentukan mata kuliah, memeluk satu-satu teman terdekat, kemudian dengan santainya menuju Ruang Diskusi Analisis, ruangan PA saya. Setelah melihat keberadaan saya, Pak Loeky segera menggeser kursinya dan mempersilakan saya masuk. 

Pak Loeky salah satu dosen tersabar yang pernah saya temui. Dia selalu sabar ketika menghadapi kelas yang begitu gaduh, sabar ketika kami lupa mengerjakan tugas, dan sabar jika kami tidak mengerti dengan penjelasannya ._. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan saya, Pak Loeky pun menawarkan saya untuk mengambil mata kuliah di semester tujuh. "Pak, di semester tiga saja otak saya sering kusut, bagaimana mau ambil semester tujuh?" batin saya. 

Cukup lama saya bertanya ini-itu kepada Pak Loeky. Curhat colongan juga tak lupa saya haturkan.
"Bagusnya ambil Matematika Biologi saja untuk semester ini"
"Duh, Pak. Saya kurang pintar di Biologi..."
"Matematika Terapan juga bagus..."
"Hehe, tidak bisaka' kayaknya Pak"
"Ekstra Kurikuler juga enak, bisa ambil mata kuliah dari fakultas lain"
"Ngngng, jangan mih juga itu deh Pak..."
*kemudian diusir*

Enam mata kuliah telah saya centang di portal. Tak lupa saya memamerkannya kepada teman-teman terdekat, seolah-olah hanya saya yang sukses bertemu dengan dosen PA #haks. Setelah dilihat dengan seksama, rupanya tidak seorang pun dari mereka yang memilih sebuah mata kuliah yang saya ambil di semester tujuh. Sedangkan selembar hasil print out KRS telah berada di genggaman saya, okesyip. Setelah menimbang, mengingat, dan memutuskan dengan waktu yang tidak singkat, juga setelah mencetak KRS entah untuk yang keberapa kalinya (iya, nama file KRS terakhir di flashdisk saya "KRS Nunuu Fix Fix Sekaliyya"), akhirnya "KRS sementara" selesai juga. 

Beberapa saat setelah itu, saya harus mondar-mandir Jurusan-Ruangan Pak Loeky lagi untuk meminta sedekah berupa 1 SKS karena IP saya yang sangat mengenaskan di semester lalu. Pak Loeky ini memang benar-benar sabar. Meskipun kehadiran saya sebenarnya membuat dia terusik karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya, dia masih bisa tersenyum dan bersikap ramah kepada saya. 
"Jadi, apa yang harus saya lakukan supaya SKSmu bertambah?"
"Kalau bisa ditulis pernyataan di KRS sementara saya, Pak"
Pak Loeky kemudian menulis, "Tolong tambahkan 1 SKS untuk Nur Rahmah Makmur agar menjadi 21 SKS." Tahan tawa saya membacanya. 

***

Portal Akademik saya telah membaik. Berkat Pak Sutamin, saya bisa menambahkan satu mata kuliah lagi. Bersama Auliah, Riza, Ainun, Nita, Asdar, Ade, Wawan, dan Frederix, kami berembuk memilih kelas yang sama sesuai dengan mata kuliah yang telah kami ambil sebelumnya. Oh, mereka masih sempat-sempatnya mengerjai saya. Dengan sengaja mereka memilih kelas A untuk mata kuliah Analisis Riil, setelah itu pindah secara berjamaah ke kelas C. Sementara saya, lagi-lagi KRS saya telah dicetak rapi dan masih menempati kelas A, errghhh...

Saya termasuk beruntung dibandingkan mereka, teman-teman yang belum sempat bertemu dengan dosen PAnya. Bahkan Ade, teman saya yang mengutuk dirinya sebagai "anak PA tena dijampangi", mengikut saja untuk mengambil mata kuliah yang kebanyakan diambil oleh teman-teman lainnya. Di samping itu, KRS saya akhirnyaaaaaah rampung. Saatnya meminta tanda tangan dari dosen PA. Tapi, ada yang terlupa ...........

mekanisme untuk tanda tangan seharusnya dimulai dari saya -_-

Tadi pagi, saya mendapat kabar bahwa ada perubahan jadwal pada portal. Ya, dua mata kuliah saya jadwalnya bertabrakan. Atas saran dari beberapa teman, saya harus menggantinya dengan mata kuliah lain agar tidak bentrok. Duuuuuuh :((

Pak Loeky, sepertinya saya akan merepotkanmu lagi.........

16 Agustus 2013

Anti Durian

Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa durian adalah buah yang kontroversial. Dari sekian banyak orang yang menyukainya, banyak juga yang muak akan aromanya yang begitu menyengat. Saya termasuk golongan orang-orang yang sangat tidak menyukai durian.

Ketika saya masih balita, saya menaiki bus di mana salah seorang penumpangnya membawa durian yang begitu banyak. Bayangkan saja bagaimana tersiksanya kami sebagai penumpang karena tak kuat menahan aroma durian yang sudah menguar ke seluruh penjuru bus. Ditambah lagi udara yang begitu panas dan pengap, suasana pun semakin riuh akibat keluhan dari setiap penumpang. Alhasil, sepanjang perjalanan saya mabuk berat. 

Semenjak kejadian tersebut, saya sangat anti dengan bau durian. Menghirup aromanya sedikit saja membuat kepala saya pening bahkan ingin muntah. Ya, sama halnya ketika mencium bau mobil angkutan antar daerah. Terkadang, jika ada orang yang menyebut kata "panther" saja, perasaan saya menjadi tidak enak. Duh, malah bahas panther ._. *kemudian muntah*

yags -.-

Saya pernah mencicipi durian itu pun setelah dipaksa-paksa oleh sahabat saya, Ainun dan Anti. Waktu itu kami hanya bertiga di rumahnya Anti, sedang melepas rindu setelah satu semester tidak bertemu dengannya. Karena banyak durian dan mereka berdua doyan durian, ya sudahlah saya mendekat saja menyaksikan mereka menikmati buah itu. Dan karena mereka usil, mereka meletakkan seonggok-benda-lembek tersebut di telapak tangan saya. Saya mencoba mencicipinya (tentunya sambil menutup hidung), mengemutnya perlahan, kemudian menjadi bingung dengan rasanya. Entahlah, rasanya aneh tak terhingga dan tak terdefinisi, halah.

Terkadang saya juga menjadi korban keusilan Auliah, sahabat saya di kampus. Jika musim durian telah tiba, dia tiba-tiba memberikan saya tumpangan di motornya dan setelah itu sengaja melewati kios-kios pedagang durian sambil memperlambat kecepatan agar saya bisa berpapasan dengan buah-buah tersebut. Huh. 

Beberapa minggu yang lalu, bersama teman-teman genk (Lhya, Afifah, Kak Iyda, Cupsky, Wantos), kami bermaksud ingin menonton film "The Conjuring" setelah sebelumnya menghadiri acara buka puasa bersama. Karena kehabisan tiket dan kelaparan, akhirnya kami memutuskan untuk makan lagi di salah satu rumah makan sekitaran pantai. Berkumpul dengan mereka yang notabene adalah makhluk-makhluk yang tidak bisa diam, untuk memesan makan dan minum saja butuh waktu yang sangat lama karena kebanyakan komentar. Tak lama, menu makanan yang kami pesan akhirnya satu persatu berdatangan. Komentar juga mulai berdatangan. "Eh, kenapa begini bentuknya bakso ikan?" "Astaga, belumpa' makan sakitmi sariawanku" "Bisaja' habisi ini kah?" zzzz -_____-

Beberapa menit setelahnya, kami pun disuguhi minuman yang telah kami pesan sebelumnya. Cupsky memesan jus terong belanda yang sangat tidak mainstream, dan kami semua bergiliran mencobanya. Sedangkan Afifah memesan jus tomat yang terlihat pucat dari luar, lalu kami pun secara bergiliran mengendusnya. Oh ya, masih saja meja kami dipenuhi dengan komentar. Tak lama setelah itu, jus sirsak saya datang. Saya gembira menyambutnya. Mengambil ancang-ancang untuk meminumnya, tetapi ada aroma aneh yang membatalkan niat saya. "Cup, jus terongmu bau durian ya?," sambil mengambil tisu untuk menutup hidung. "Dari gelasmu kayaknya, Nuu," ucap Wantos sok tahu. Lalu saya mendekatkan gelas jus sirsak tadi ke hidung saya, dan...... "JUS DURIAAAAN, HUAAAAAH."

*nemu dari google*

Postingan ini diketik sembari merindukan Lhya, Afifah, Kak Iyda, Cupsky, dan Wantos. Tapi tidak sedang rindu dengan durian.

Makassar, 16 Agustus 2013

14 Agustus 2013

Ketika Salah Kostum

Beberapa hari yang lalu, Hilda, sahabat saya sejak SMA yang baru beberapa minggu ini menginjakkan kaki di Kota Makassar, mengajak saya dan beberapa kawan lainnya untuk menghadiri acara syukuran di rumah barunya. Hilda melanjutkan kuliahnya di Unpad, Bandung. Jadi, saya hanya bertemu Hilda ketika libur semester telah tiba.

Karena acara syukurannya dilaksanakan setelah dhuhur, maka saya sempatkan saja ke kampus terlebih dahulu untuk membayar SPP sekaligus menemui dosen PA (Pembimbing Akademik). Setelah semua urusan tidak rampung, saya pun menghubungi Acik, sahabat saya juga. Sambil menentukan tempat dan pukul berapa kami akan berkumpul terlebih dahulu, Acik juga mengirimi saya pesan untuk memakai dress. Katanya, Ninda dan Khatmi (sahabat saya lainnya) juga akan mengenakan dress ke acara tersebut. Saya pun bertanya, "Cik, sebenarnya ini acara apa? Saya tidak salah terima undangan, kan?". "Haha, tidak kok nuu. Cuma Ninda dan Khatmi nya saja yang lagi pengen pake dress". Jleb. Saya pun panik. Bagaimana tidak, saya masih sibuk berkelana di kampus, hanya mengenakan kaos dan cardigan, sedangkan jarak antara kampus dan tempat kami untuk berkumpul lumayan jauh. Ya sudahlah, akhirnya saya menyuruh Acik untuk mengenakan kaos juga :))

Saat tiba di rumah Khatmi, saya begitu terkejut ketika melihat Acik dan Khatmi yang sudah sangat rapi. Acik meminta maaf karena membatalkan niatnya untuk menemani saya memakai kaos, katanya dia dipaksa untuk mengenakan pakaian-cetarrr-membahana juga. Duh.... mereka benar-benar membuat saya merasa ingin pulang saja *nangis*. Setelah berpamitan dan bersalam-salaman dengan orang tua Khatmi, kami pun berangkat menuju rumah Ninda. Hiaaaaat, yang benar saja, Ninda menyambut kami dengan busana ala-ala kondangan berwarna kuning dan jingga yang membuat kami bertiga kompak tertawa. 

Selama di perjalanan, ternyata mereka juga panik membayangkan bagaimana suasana syukuran di kediaman Hilda. Apakah acaranya ramai, atau justru tidak ada kerabat yang diundang sama sekali. Karena alamat rumah Hilda sangat jauh dan memusingkan, akhirnya kami tiba setelah Hilda menjemput kami di depan jalan. Dan, apa yang membuat saya sangat bersemangat saat melihat suasana rumah Hilda dari kejauhan? Yap, tamu-tamunya sudah banyak yang pulang sehingga saya tidak perlu terlalu sungkan untuk melangkah masuk ke dalam rumah. Lalu, apa yang membuat ketiga sahabat saya ini begitu ragu-ragu dan pesimis menuju rumah Hilda? Seperti dugaan saya sebelumnya, hampir semua tamu di rumah Hilda hanya mengenakan busana kasual, hakhakhak.

"Dear Zaskia Adya Mecca, Fatin Shidqia Lubis, dan Nuri Maulida, Adiba Khanza masuk duluan yaaah.....*peluk Ninda, Khatmi, dan Acik*

(ki-ka) Hilda, Ninda, Nunuu, Khatmi, Acik

bersama Zaskia A. Mecca, Nuri Maulida, dan Fatin Shidqia -__-

9 Agustus 2013

Lebaran Tahun Ini

Tak terasa, sebulan penuh kita berpuasa melawan lapar dahaga serta segala cobaan. Kini, gema takbir bersemilir di angkasa, semesta gembira menyambut hari raya, serta pintu maaf hadir sebagai pelebur dosa. Dua tahun terakhir selama ramadhan ini, saya menikmati sahur hingga berbuka puasa serta menunaikan shalat Ied hanya bertiga bersama kedua orang tua. Ketiga kakak saya telah berkeluarga, sehingga hari-hari saya lalui sebagai anak kesayangan sekaligus tumbal omelan #becanda. 

Wajar saja saya selalu kena marah. Di bulan puasa yang seharusnya menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, saya malah sering keluar rumah hingga larut guna menghadiri berbagai ajakan buka puasa bersama dari teman. Ditambah lagi dengan kasus jam tidur saya yang benar-benar tidak normal, setiap harinya ibu saya hanya bisa mengurut dada melihat tingkah laku anak perempuannya yang mirip kelelawar (tidur di siang hari, mencari makan di malam hari -_-).

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dan keluarga tidak bisa berlebaran di kampung halaman, Kabupaten Watansoppeng. Mungkin minggu depan kami baru sempat untuk berkunjung kesana. Susahnya mengompakkan waktu luang kakak-kakak saya salah satu kendalanya. Sedangkan saya, libur atau sibuk tidaknya saya tidak pernah dipertimbangkan, hiks #SaveAnakBungsu.

Kemarin, setelah melaksanakan ibadah shalat Ied di masjid, kakak pertama saya dan suaminya datang ke rumah. Beberapa menit setelahnya, kakak kedua saya bersama suami dan kedua anaknya juga turut meramaikan suasana rumah yang sebelumnya cukup hening. Keponakan kedua saya yang berumur empat tahun, Azzam, memang menjadi pusat segala perhatian tercurah dikarenakan celotehannya. Dengan polosnya dia mencetuskan dirinya sebagai pria dewasa hanya karena kini dia memakai *maaf pakaian dalam berwarna gelap serta sudah pernah terkena air hujan (jangan tanyakan mengapa). Setelah itu, suasana semakin ramai setelah kami bertemu istri, anak, serta keluarga dari istri kakak saya yang ketiga. Sayangnya, kakak saya yang bernama Wawan itu tidak hadir, dia masih berada di Malino huhu. Dan tidak seperti keluarga-keluarga lainnya yang mengabadikan momen lebaran dengan berfoto bersama, saya dan keluarga jarang melakukannya. Mungkin karena semua saudara saya sudah dewasa dan agak jaim, sehingga tidak ada yang berinisiatif untuk itu.

Jika ada perilaku atau tingkah yang menoreh luka, mohon dimaafkan dengan segala keikhlasan. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin :') - Nur Rahmah Makmur dan keluarga

huehehe~

4 Agustus 2013

Merindukan Lhya

Delapan tahun yang lalu, saya dan Lhya bertemu di sebuah organisasi kepalangmerahan sekolah. Saking akrabnya, kami berdua sepakat untuk melanjutkan pendidikan di SMA yang sama, tentunya dengan kembali bergabung di dalam organisasi kepalangmerahan di sekolah tersebut. Syukurlah, harapan kami untuk diterima sebagai siswa di sekolah yang sama benar-benar terwujud. Selain itu, saya dan Lhya juga disambut dengan baik oleh beberapa kakak kelas yang sebelumnya telah mengenal kami di organisasi palang merah. Selama enam tahun saya dan Lhya tidak pernah ditakdirkan untuk mengikuti proses belajar di dalam ruangan yang sama (re: sekelas), namun hubungan pertemanan kami melebihi dari itu. Karena organisasi pada hakikatnya adalah sebuah keluarga, maka dari itulah keterikatan diantara kami cukup kuat.

Jika bertemu Lhya, rasanya berat untuk berpisah. Topik pembicaraan yang kami hadirkan selalu beragam. Dari yang paling serius, sampai hal-hal yang sangat konyol. Tak jarang kami juga menciptakan istilah atau nama-nama samaran yang kami rahasiakan saat berbincang di keramaian. Lhya sangat bersemangat dalam melakukan apapun, terutama saat berbicara. Saking semangatnya, saya sering tidak paham dengan apa yang dia ucapkan. 

saat dihukum oleh guru BK karena terlambat 

Ketika saya berulang tahun, Lhya selalu hadir sebagai orang pertama yang memberikan saya ucapan dengan pesan berlembar-lembar. Selain itu, hanya dengan Lhya saya mampu menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk ngobrol di telepon rumah, YM-an hingga larut, serta webcame-an saat ramadhan tiba. 


Selama liburan semester ini, saya sering bertemu Lhya. Bahkan, selama dua hari saya menginap di rumahnya. Menghabiskan waktu di malam hari dengan menonton video klip boyband korea sambil ngemil hingga waktu sahur tiba, dilanjut dengan menonton film, sesekali bercanda sambil merencanakan kegiatan yang akan kami lakukan di pagi hari. Seketika semuanya buyar karena kami ketiduran. 

Kemarin malam, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Sedangkan Lhya sedang asyik mengunduh beberapa video reality show korea yang katanya akan dia tonton saat tiba di kampung halamannya. Beberapa saat setelah itu saya mendengar dia sedang cekikikan sambil menempelkan telepon genggamnya di wajah saya. Saya terbangun dan kebingungan. Masih sambil tertawa, dia menjelaskan bahwa selama saya tidur, saya mengigau sambil menyebut-nyebut nama Laura Basuki dan beberapa tokoh dari serial drama Princess Hours. Hm, rupanya dia berniat untuk merekamnya.

***

Tadi pagi, Lhya memberi kabar kalau dia telah tiba di Palopo. Dia ingin berlebaran disana katanya. Tiba-tiba saja saya sangat rindu padanya. Apalagi pesannya tiba ketika saya sedang menyaksikan episode terakhir dari Princess Hours. Iya, Princess Hours merupakan serial drama favorit kami berdua. Seketika wajah ini kuyup dengan air mata. Saya terenyuh ketika melihat adegan Shin Chae-Gyeoung berlari mengejar mobil yang membawa Shin Goon untuk disomasi. Di sisi lain, saya juga sangat merindukan Lhya. Setiap menonton atau mendengarkan soundtrack dari drama korea, saya pasti teringat Lhya. Itu disebabkan karena kami berdua mulai tergila-gila dengan drama korea ketika umur kami hampir menginjak angka dua puluh. Ya, anggap saja kami telat alay.....................

Lhya itings, cepat pulang. Bogoshipeo ~~~

- 03 Agustus 2013
sayup-sayup terdengar Perhaps Love (Sarang In Ga Yo)