23 Agustus 2013

Berani Main Game Ini?

Pukul sebelas siang. Nada pemberitahuan dari mention yang bertubi-tubi membangunkanku. Baru jam segini, Maghfir sudah menyuruh saya dan beberapa kawan lainnya untuk berkumpul di rumahnya. Iya, katanya dia kelaparan dan minta dibuatkan makanan. Ada-ada saja. Segeralah kami bergegas menuju rumah Maghfir, Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea.

Karena saya dan Wantos tiba lebih dulu, kami pun segera menuju dapur dan memasak nasi. Untuk urusan masak-memasak, memang Wantos jagonya. Sedangkan saya, duh..... payah. Maghfir saja sampai berujar, "hemdedeh, Nunuu. Cewe' bedeeee...." #jleb

Kebetulan, ada sekantong cumi-cumi beku di kulkas Maghfir. Bermodalkan pengetahuan dari iklan tepung bumbu instan, saya dan Wantos membuat Cumi Goreng Tepung ala dadakan. But yeah, hasilnya tidak begitu buruk dan lumayan nikmat. Selang beberapa menit kemudian, Lhya, Afifah, dan Kak Iyda tiba. Hampir sebulan saya tidak bertemu dengan Lhya, duh kangennya... Mereka bertiga pun menggantikan posisi saya dan Wantos di dapur dengan membuat bakso yang sebelumnya memakan waktu hampir setengah jam karena beradu pendapat memilih panci, ck. 

Afifah, Nunuu, Wantos, Lhya, Maghfir

Tatkala matahari mulai tenggelam, kami memutuskan untuk berpindah tempat menuju rumah makan lesehan, tidak begitu jauh dari rumah Maghfir. Ketika sedang menunggu pesanan makanan, Kak Iyda tiba-tiba memperlihatkan kami sebuah gambar yang ia temukan di salah satu jejaring sosialnya. Gambarnya seperti ini.


Lhya dan Maghfir bergumam hampir bersamaan, "ayok deh... ayoook". Bergiliran kami mengumpulkan handphone (tentunya setelah check-in #teteeup) di bagian tengah dengan posisi layar menghadap ke bawah. Nada dering demi nada dering mulai bersahut-sahutan. Kami hanya bisa saling bergantian menertawakan siapa saja yang handphone-nya sering berisik. 

Pada dasarnya, hampir setiap orang tidak bisa lepas dengan gadget atau handphone. Ketika sedang malas, ada waktu senggang, bahkan sibuk sekalipun kita mengecek handphone kita secara terus-terusan. Sehingga, terkadang jika kita berkumpul bersama teman-teman, masing-masing dari mereka akan sibuk dengan handphone-nya. Akibatnya, pembicaraan semakin minim, kurang berbaur, dan tentunya keakraban akan merenggang. 

Hampir empat jam kami bertahan untuk tidak menyentuh handphone. Beberapa panggilan dari salah seorang teman se-jurusan tidak saya gubris. Ringtone Line milik Wantos, nada Blackberry Massenger dari handphone Afifah, semuanya hanya bisa kami jawab dengan gelak tawa. Percayalah, permainan ini benar-benar menyenangkan. Kita bisa merasakan bagaimana kembali ke zaman di mana orang-orang belum berurusan dengan gadget. Dan yang terpenting, keterikatan kita bersama orang-orang terdekat akan semakin erat.


So, wanna try it? :')


Makassar, 21 Agustus 2013