9 Desember 2014

Genk Cabe

Mengajar sempoa aritmatika adalah program kerja individu saya saat di lokasi KKN. Saya memang sempat menamatkan kursus sempoa selama kurang lebih tiga tahun saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Meskipun sudah cukup lama, tapi saya masih mahir dalam menggunakan sempoa disebabkan operasi aritmatika (seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. 

Selama dua bulan menjalani KKN di desa Tappale, saya menerapkan materi sempoa di dua tempat yang berbeda. Di pagi hari saya mengajar di SDN 186 Tappale, dan malamnya saya membuka kursus di posko untuk adik-adik tetangga. Peserta kursus sempoa saya berjumlah sepuluh orang, dengan kisaran umur 13-16 tahun. Masing-masing dari mereka bernama Nadia, Tenri, Sarinah, Irma, Wati, Winda, Sari, Syahrul, Yayat, dan Rendi.

Kak Nunuu dan adik-adik sempoa

Di awal-awal pertemuan, kesepuluh anak ini lumayan awam dengan istilah sempoa. "Apa itu, kak?," begitulah respon mereka ketika saya bertanya, pernah melihat atau menggunakan sempoa atau tidak. Namun seiring malam berganti, beberapa dari mereka mengalami kemajuan yang kilat. Saya sampai menahan haru ketika mereka begitu ulet berlatih di luar jam kursus, bahkan menggunakan biji asam ketika tidak kebagian sempoa. 

Lambat laun, beberapa dari mereka mulai mengompakkan gaya berpakaian serta aksesoris saat akan kursus di posko. Ya, saat belajar sempoa, bando ala-ala 7 icons tidak pernah absen bertengger di kepala mereka. Bahkan, gurunya juga ikutan.......... ckck


bando lucu - cukup tiga ribu saja

Akhirnya, posko kami (re: saya dan teman-teman) tidak hanya dijadikan sebagai tempat belajar dan mengerjakan PR oleh adik-adik sempoa, tetapi juga sebagai tempat bermain, tempat ngumpul, bahkan tempat meluapkan keahlian masak-masak mereka. Saya sampai menjuluki mereka dengan sebutan "genk cabe" dikarenakan hobi mereka sering naik motor bertiga bahkan berempat, suka tertawa histeris kalo lagi ngomongin orang, dan punya gaya khas ketika sedang bertemu.

katanya, lagi bikin eci-eci.. oh, rupanya bakwan

Menjelang penarikan, saya mengadakan lomba untuk mereka dengan bersaing mengerjakan soal menggunakan sempoa maupun mental (sempoa bayangan). Dengan iming-iming yang pekerjaannya paling bagus dapat hadiah, akhirnya dari jauh-jauh hari mereka berlatih dan tidak lupa meminta bocoran soal. Pada hari yang telah ditentukan, anggota genk cabe sudah meramaikan ruang tamu posko dengan keriuhannya. Sembari menunggu saya yang saat itu masih bersiap-siap, Tenri dengan semangat bertanya, "kak Nunuuu.. apa hadiahnya kah? Lalu Yayat, si murid paling usil menimpali, "kak Nunuu, tidak minta jeka saya hadiah yang mahal-mahal, kasi meka saja sempoa ta'," dan direspon dengan anggukan oleh murid-murid yang lain. "Iya dek, nanti kalo balik ke Tappale lagi, saya bawakan sempoa nah," jawabku penuh haru.

Final test


Usai membagi-bagikan coklat sebagai hadiah atas pencapaian soal yang mampu mereka kerjakan, mereka melanjutkan malam dengan bermain kartu dan karambol bersama. Ya, sebab malam itu merupakan malam kedua dari terakhir saya di sana. Sampai akhirnya malam semakin larut, si genk cabe pun memutuskan untuk pulang dan menyempatkan menulis beberapa kalimat di karton yang biasa saya dan teman-teman gunakan untuk menuliskan agenda-agenda penting selama melaksanakan KKN. Sebenarnya, saya sempat mengabadikan tulisan-tulisan yang termuat di karton tersebut, tapi memory card saya rusak, dan alhasil semua gambarnya hilang, hikshiks. Beberapa kalimat yang masih mengena di kepala saya, yaitu:

"Kak Nunuu, terima kasih karena sudah sabar mengajari kami sempoa, terutama Winda dan Sari...."
"Kak Nunuu, jalan-jalan ki' lagi ke Tappale ajarki genk cabe..."
"Kak Nunuu, datang ki' lagi berenam sama teman-temanta"
...............................

Dan, tidak ada hal lain yang mampu saya lakukan kecuali, .................... terisak.

                                                                          ***

Pada saat acara perpisahan bersama warga desa Tappale, tidak ketinggalan genk cabe juga turut serta. Setelah menangkap ikan, membakar ikan, dan kemudian melahapnya sampai puas, kebanyakan anak-anak melanjutkan acara dengan mandi-mandi di sungai. Namun, saya yang notabene bukan anak-anak, malah ikutan basah kuyup disebabkan keusilan personil genk cabe, huft. Meskipun begitu, saya senang bisa membuat mereka tertawa lepas karena telah berhasil menceburkan saya dan kedua teman saya yang lain, yaitu Kezia dan Ira. 

di balik rangkulan Syahrul, ada motif penceburan yang tersembunyi

Selamat tinggal desa Tappale.. selamat tinggal adik-adik sempoaku.. tentu saja kita akan berjumpa di lain kesempatan :)

31 Oktober 2014

21

Hmm baiklah. Sebelum bulan Oktober berlalu, izinkan saya untuk menuliskan satu dua paragraf perihal satu hari yang selalu menjadi dan dibuat beda dalam hidup saya, yakni hari ulang tahun.

Ketika jam tepat menunjukkan pukul 00:00, nada dering pertanda sebuah pesan masuk berbunyi. 

"Selamat ulang tahun, Nur Rahmah Makmur."

Ya, pesan ringkas itu darinyaseseorang di luar sana yang begitu irit dalam berucap, pun merangkai kata. Keharuan pasca membaca pesan darinya tiba-tiba terhenti dengan adanya panggilan masuk. Belum sempat kujawab dengan halo, kalimat selamat ulang tahun kembali terucap darinya. Hahaha, saya tertawa dan kembali menahan haru.

Dan kejutan darinya belum terhenti sampai disitu...


Sepulang dari kampus, alangkah terkejutnya saya ketika mendapati Lhya, kak Iyda, plus kakak Uci (kakak ipar saya) bersorak "Selamat ulang tahun" dengan kencang sambil membawa kue berlilin dan balon yang berwarna-warni. Lhya dan kak Iyda adalah dua sohib saya di organisasi kepalangmerahan sewaktu SMA. Selang beberapa jam kemudian, Acik, Khatmi, Keong, dan Nindasahabat sejak SMA yang setiap tahunnya selalu bersusah-payah untuk memberi kejutan di rumah tapi selalu gagal, kembali meniatkan raganya untuk ke rumah dengan lima buah cupcake (kue mangkok) serta kantongan yang berisi jilbab.

Tepat di Sabtu sore, dengan wajah kumel baru bangun, belum cuci muka, apalagi sikat gigi, teman se-genk saya di kampus menghambur masuk ke rumah dengan sangat gaduh. Mereka menghadiahkan saya sebuah tirai kamar horor layaknya tirai kamar praktek dukun, ckck. Malam menyambut, kami bersembilan melanjutkan aktivitas dengan bermain kartu remi dan UNO hingga subuh. Ya.. kami menghabiskan Sabtu hingga Minggu waktu itu dengan bertingkah gila-gilaan.


Akhirnya, seperti itulah orang-orang di sekitar saya memperingati momen pergantian tahun saya yang ke-21. Selamat ulang tahun, Nuu. Berbahagialah.

30 Juli 2014

K K N

KKN? Apa sih KKN itu? Buat yang belum tahu, KKN yang merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu kewajiban yang diikuti oleh setiap mahasiswa perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat selama dua bulan penuh (kalau di kampus saya) dengan membuat beberapa program kerja guna membangun dan memajukan suatu desa. Ok, here's my story...

Pertengahan Mei hingga awal Juni adalah masa-masa ribetnya saya mengurus KKN. Mulai dari pendaftaran, pembekalan, pendaftaran KKN Tematik, seleksi KKN Tematik, hingga akhirnya saya tidak lolos dan diarahkan untuk mengikuti KKN reguler seperti mahasiswa pada umumnya. Setiap memikirkan KKN, saya selalu bertanya-tanya, mampukah saya jauh dari orang tua? Mampukah saya hidup di desa orang dengan kemampuan masak yang ala kadarnya? Mampukah saya menjalani hari tanpa update di jejaring sosial? Lha...

Pada awalnya, jadwal pemberangkatan KKN ditetapkan pada akhir Juni. Namun karena masalah Pemilu dan lain hal, maka diundurlah keberangkatan kita hingga tanggal 10 Juli. Lantas, persediaan cemilan yang telah saya siapkan dari jauh-jauh hari malah ludes dalam beberapa hari hanya karena penundaan keberangkatan, hiks. 

Mendekati hari keberangkatan, tentunya saya meluangkan waktu untuk bertemu dengan mereka, sahabat-sahabat kesayangan cabang mana saja. Hihihi.

Amsky: teman SD, teman SMP, teman bimbel, teman jogging, teman ke Gramedia, teman....

(Nunu Muhlis - Nunu Anis - Nunu Ama)
Genk Nunu saat SMP

(Popi.Hilda.Khatmi.Keong.Acik.Ninda.Nunuu)
mulai bersahabat ketika masa SMA akan berakhir

Afifah - Nunuu - Lhya
dua orang paling kosong dan ajak-able di jagad raya
*gambar ini diambil saat mereka "menculik" saya di malam sebelum keberangkatan T...T

Barongsss: kelompok belajar di kampus, kelompok kuliner-an, kelompok cabe-cabean

**

Tibalah hari di mana pengumuman lokasi diumumkan. Saya ditempatkan di Incheon, Korea Kecamatan Libureng, Bone. Dan ternyata saya tidak sendiri di kecamatan itu, ada Nita dan Wawan juga, salah dua member barongs pada gambar di atas. Pada tanggal 11, hari kedua keberangkatan, saya diantar oleh Mama dan Bapak ke kampus, tak lupa berpamitan dengan kakak-kakak dan ponakan saat di rumah. Ya, ini merupakan pertama kalinya saya jauh dari keluarga, terutama orang tua. Ada rasa sedih karena harus mandiri di tempat orang, pun rasa penasaran karena akan berpuasa dengan lingkungan dan suasana yang baru. 

Sungguh. Momen di mana bus yang saya tumpangi pelan-pelan melaju meninggalkan lapangan PKM, di saat itu pulalah saya melihat ibu saya menitikkan air mata sembari melambaikan tangan. Huhu. Setelah melewati perjalanan kurang lebih empat sampai lima jam, akhirnya saya tiba di Kantor Camat Libureng dan diadakan penyambutan mahasiswa KKN untuk kecamatan tersebut.

Sebenarnya, pada malam sebelum keberangkatan, saya menerima pesan yang berisi nama desa di mana saya ditempatkan; yakni desa Mario, yang alangkah kagetnya saya saat mengetahui bahwa saya dengan Nita berada di desa yang sama, yang berarti kami seposko. Namun, ketika acara penyambutan berakhir, supervisor mengabsen nama-nama kami dan.... nama saya berada di desa Ponre-ponre. Akhirnya saya menemui supervisor dengan membawa bukti sms dari koordinator kecamatan yang mengatakan bahwa saya di Desa Mario. Dengan pertimbangan bahwa saya dan Nita se-jurusan dan kuota pada setiap posko terbatas, maka saya pun dengan tabah harus berpisah dengan Nita. Namun, kemalangan saya tidak hanya sampai disitu. Sesaat setelah saya berhasil menemui koordinator dari desa Ponre-ponre, seseorang memohon-mohon kepada saya agar saya bersedia ditukar dengan temannya dari desa lain. Ya sudah, saya kembali berurusan dengan supervisor dan ditempatkan di desa Tappale.

Dengan menaiki mobil pick up, saya diangkut menuju desa Tappale bersama lima orang lainnya. Saat di perjalanan, saya memberanikan diri untuk menanyai nama dan asal jurusan mereka. Dan wow, tidak hanya jurusan, fakultas bahkan asal daerah kami pun berbeda. Tiba di desa Tappale, rupanya kami ditempatkan di rumah kosong, tidak begitu jauh dari rumah Pak Kades. Ya, rumah kosong. Bukannya beristirahat karena lelah usai perjalanan jauh, kami malah menghabiskan sore dengan membersihkan rumah tersebut. 

Ah, ya. Saya bersyukur mendapatkan teman-teman posko yang tidak hanya baik dan unik, tapi mereka juga hobi menonton drama Korea seperti saya, ngahaha. Alhasil, waktu senggang di posko selalu kami gunakan dengan menonton drama atau film bersama. Kelima orang ini bernama: Bayo (Teknik Geologi), Kezia (Ilmu Hukum), Try (Ilmu Ekonomi), Abu (Kehutanan), dan Ira (Perikanan). Karena kami menempati rumah kosong, maka kami dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Tidak jarang kami selalu melakukan apa saja secara bersama-sama; mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencuci piring dan gelas, berbelanja ke pasar, shalat berjamaah di masjid, menghadiri acara buka puasa dari dusun ke dusun, bahkan kesiangan sahur. 

Tanggal 25 kemarin, kami kembali ke Makassar untuk menikmati libur hari raya selama sepekan. Saat tiba di rumah masing-masing, masih saja kami menghabiskan waktu entah itu dengan teleponan, atau saling berbalas pesan. Bagaimana tidak, hidup serumah secara sederhana dan menghadapi berbagai situasi sulit bersama-sama membuat keterikatan di antara kami semakin kental, layaknya keluarga. Maka dari itu, saya selalu berharap, sekembalinya kami ke posko, enam kepala dengan watak dan ego yang masing-masing berbeda, mampu melebur jadi satu demi melalui hari-hari berat ke depannya serta mewujudkan program kerja yang telah kami rancang. Aamiin!

(Try ~ Ira ~ Nunuu ~ Bayo ~ Abu ~ Kezia)
berfoto bersama di depan posko

observasi (?)

bersama adik-adik dari SD 186 Tappale

 usai seminar desa.. hurraaaaay!!!

29 Juli 2014

Perihal Saya yang Jarang Menulis Lagi

Dalam sebuah acara kepenulisan kira-kira sebulan yang lalu, saya bertemu Batara, teman yang paling gemar mengirimkan info apa saja melalui pesan. Kami mengobrol tidak begitu lama, dan beberapa saat setelah kami berpisah, ia kembali memanggil, "oh iya, Nuu. Sering-sering ko menulis, nah!", yang kemudian dibalas dengan nyengiran khas ala Nunuu.

Tidak lama setelahnya, saya melihat kak Tyar, senior sekaligus blogger lucu nan unik, dari kejauhan. Saya pun menghampiri kak Tyar dan memutuskan untuk berbincang-bincang sembari memperhatikan suasana panggung yang masih bising disebabkan acara pembukaan yang baru saja berakhir. Jika sudah bertemu dan bercakap dengan kak Tyar, semua ragam topik akan kami bahas. Dan pada akhirnya, masing-masing dari kita akan bertanya, "apa kabar, blog? terakhir posting kapan?" hixhixhix..

Saya sadari, dua bulan terakhir ini, saya sangat jarang menulis. Kalaupun menulis, hanya sekedar status di beberapa jejaring sosial. Tetapi intinya, saya masih menulis. Hm, mungkin hal ini dikarenakan menulis di jejaring sosial terkesan lebih mudah dan mengalir begitu saja, beda halnya saat hendak menulis di blog ini, saya harus lebih berhati-hati dalam merangkai kata, pun memikirkan bagaimana pendapat orang lain saat membacanya.

Saat ini, saya sedang menghabiskan waktu libur KKN selama seminggu di Makassar, dan saat membuka blog ini, mungkin jika blog saya diibaratkan rumah, tidak jauh beda dengan rumah kosong yang sepi tak berpenghuni; dipenuhi debu, serta sarang laba-laba di berbagai penjuru. Tapi, rumah adalah rumah. Tempat segala sesuatunya tersimpan. Yah, semoga saya selalu diberi kemudahan untuk rutin berbagi disini, rumah ini. 

18 Mei 2014

Sebab Temu Pemusnah Rindu

14 Mei, lab Radio KOSMIK
"Nunuuuu, dari mana ko selama ini? Nunuu toh jahatnyaaa....," ucap kak Isma tergopoh-gopoh sembari berjalan cepat menghampiri saya. 

14 Mei, obrolan pada aplikasi Whatsapp
"Nunuu, pokoknya harus ki' ketemu. Banyak mau kuceritakan :D," kata Ahmad (yang lebih akrab disapa Cekidot) membuat saya haru. "Iya, Ceki. Bangeeet!"

16 Mei, Perpustakaan Pusat Lt. 1
Bersama Kak Jum dan Cekidot, saya menghabiskan waktu senggang usai jumatan dengan menceritakan banyak hal. Mulai dari rencana saya dan Ceki yang ingin mendaftar KKN di kota yang sama, hingga kegalauan Kak Jum yang akan menghadapi Ujian Meja.

17 Mei, Pelataran Gedung IPTEKS
Tiba lebih awal, saya memilih untuk bersender di tembok dan sesekali mengecek ponsel. Tampak kejauhan saya melihat Batara dan kak Syahrir sedang melambaikan tangan dan berdadah-dadah. Duh... habislah saya, pikirku. Iya, tidak lama lagi saya akan menerima omelan atas ketidaknampakan saya untuk beberapa bulan terakhir. Iseng mengawasi sekitar, ups saya menemukan kak Fiqah sedang asyik berbincang di kerumunan. "Nunuuuuu, lama ta' tidak ketemuuu...," sambutnya. Memang benar, kak. Saking lamanya, banyak cerita yang kemudian kita pertukarkan dan banyak rindu yang sungguh malu saya ucap.

Deg deg. Batara muncul. "Bahas apa ko berdua? Ikut dule..," sapanya. "Nunuu, bahagiaku datang meko. Mauko tau, selama ini galau ka' kodong tidak ada sekretarisku...," entah saya harus bahagia atau sedih mendengarnya. "Deh Nunuu, hampirmi bubar band ta' gara-gara tidak ada ko..," tambah kak Syahrir ngawur.

---

Teruntuk kalian, teman-teman dan kakak-kakak yang selalu saja dirindukan meskipun terpisah jurusan dan angkatan, terima kasih karena kalian tetap melebarkan kesabaran atas ketidakhadiranku di setiap kesulitan. 

Ya, aku pulang!

15 Mei 2014

Mengapa Saya?

Rasa-rasanya, beberapa daripadaku mulai jarang terlihat. Entah itu dari keantusiasan saya menghadiri beberapa kegiatan penting, pun gairah untuk sekedar menuliskan beberapa hal dalam blog ini. Saya pun begitu mempertanyakan bagaimana mungkin perputaran waktu mampu mengubah suasana hati manusia dengan begitu cepat. Entah siapa yang harus saya salahkan; lengahnya diri ini untuk berubah, atau justru alam semesta yang begitu payah untuk menyadarkan.

Hmm, sungguh ketidak-karuan hidup ini sangat menyulitkan. Moga saja segala rencana untuk berubah yang sebelumnya hanya sebatas niat dapat terealisasikan, dan pada detik berikutnya kedewasaan mampu melumpuhkan. :)


Seseorang yang sedang berusaha pulih
(sore hari, di teras Himatika)

6 April 2014

Berkunjung ke Bulukumba. Lagi.

Tidak seperti biasanya, hari ini saya berniat rajin. Kamar yang berbulan-bulan tidak pernah dibersihkan oleh si empunya (yang ceritanya sibuk), selalu menjadi penyebab saya dimarahi Ibu. Alhasil saya memutuskan untuk tidak bepergian kemana pun, dan dengan terpaksa tulus berbenah kamar. 

Semenjak saya kewalahan dengan segala rutinitas, saya jarang tidur di kamar. Seharian di luar, pulang, melempar pakaian di sebarang tempat, dan terlelap di depan TV. Tak usah ditanyakan bagaimana repotnya saya ketika akan bergegas ke kampus. Telat bangun, bingung membedakan antara pakaian bersih dan kotor sebab semuanya bercampur, bolak-balik menjumpai cermin setiap kamar hanya untuk memastikan tingkat kerapian jilbab, dan terakhir; kaos kaki hilang sebelah. Bahkan beberapa hari yang lalu saya terpaksa meminjam kaos kaki Riza dikarenakan hal serupa. 

Tatkala beberes tadi, saya menemukan ransel hitam di belakang pintu ditemplok banyak debu. Ransel tersebut jarang saya pakai, hanya ketika akan bepergian jauh dan memerlukan banyak pakaian. Saat membukanya, saya terheran-heran melihat banyak pakaian dan barang di dalamnya. Astaga. Terakhir kali saya kenakan, bulan lalu; sepulang dari Bulukumba.

*

Ini merupakan kedua kalinya saya bertandang ke Bulukumba. Tiga tahun yang lalu, bersama sepuluh orang teman, saya melakukan penelitian untuk mata kuliah WSBM di sana. Hm, Bulukumba memang terkenal dengan pantainya yang indah. Tidak jarang beberapa tempat wisata Bulukumba banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun asing.

Di sela-sela riuhnya perkuliahan, dari jauh-jauh hari saya dan beberapa sobat kampus berencana untuk melepas penat dengan bersama-sama ke Bulukumba. Kebetulan ada rumah Aidil di sana. Usai mengikuti kuliah Analisis Riil pada hari Jumat, segeralah kami berangkat dengan mengendarai motor. Bersama Ainun, Nita, Riza, Ilha, Aidil, Akra, Asdar, Afhy, dan Wawan, kami melakukan perjalanan ketika hari mulai gelap. Dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam dikarenakan letak rumah Aidil yang sangaaaaat jauh, keluhan demi keluhan pun mengudara saat kami tiba hingga kami tertidur pulas.

CABS YUK!!
(Aidil - Wawan - Ainun - Nunuu - Ilha - Akra)

Esok harinya, kami menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar sebelum mengunjungi beberapa tempat wisata di sana. Whoaaaa...

@ Monumen Balangtaroang Bertani

Berpetualang ke Bulukumba tentu tidak afdal jika tidak mengunjungi Pantai Tanjung Bira, pantai dengan sejuta pesona alam. Karena cuaca masih terik, sesampainya di sana kami melancong ke Pulau Liukang dengan menyewa kapal + banana boat. Pada Pulau Liukang, terdapat pusat penangkaran penyu terapung dan pembibitan teripang. Tapi, kami lebih memilih untuk menyantap bekal makan siang yang dibuat oleh Ibu Aidil ketimbang menyelam untuk melihat penyu.

Yeaaaay

(kiri-kanan) Ilha - Nunuu - Nita - Riza - Ainun - Akra - Aidil - Asdar - Wawan


Sekembalinya kami ke Bira, di tengah perjalanan saya mengalami sedikit kecelakaan. Hmm, apa masih bisa dikatakan sedikit jika sudah tenggelam? Iya, tenggelam :(( Tak perlulah saya paparkan bahwa di tengah perjalanan Liukang-Bira yang berjarak sepuluh menit, saya kecemplung di tengah laut, memakai baju pelampung yang kondisinya tidak begitu erat, dengan kapal yang ditumpangi teman-teman yang tetap melaju, tidak menyadari kemalangan saya. Ah, membayangkannya saja membuat saya kembali bergidik ngeri.

Sebelum......... T^T

Masih dengan suasana pasca jatuhnya saya dari banana boat, rupanya saya belum jera menyambangi laut. Usai dari Bira, kami ke Pantai Bara. Pantai Bara belum setenar Bira sebab jarak yang lumayan jauh membuat pantai ini jarang didatangi pengunjung. Tapi, bagi kalian yang menyukai ketenangan, Pantai Bara merupakan tempat yang cocok. Menjelang sore, kami bersiap-siap untuk kembali ke rumah, tak lupa mampir dan berfoto-foto cantik di Kebun Karet.

duh! #IYKWIM


Saya pernah membaca buku dari seorang travel writer, Agustinus Wibowo. Kutipannya seperti ini: "Ada orang yang pergi ke ratusan negara, sampai sudah tak ingat lagi mana-mana saja yang pernah didatangi, selain bukti foto-foto dan cap di paspor yang menjadi piala kebanggaan. Juga ada orang, yang berjalan perlahan-lahan, mendalami negeri-negeri, menyelami manusia, menganalisa sejarah, mempelajari budaya, dan mencatat setiap cerita." - Titik Nol

Selamat berakhir pekan!!

19 Maret 2014

Selamat wisuda, @planetyar !!!

"Guys, kuis Aljabar diundur besok.. karena ada prosesi wisuda," tulis Ainun di grup Line. HURRAAAAAAY!!!

Sembari berleyeh-leyeh dan melanjutkan tontonan drama yang tertunda, saya berencana untuk tidak ke kampus hari ini. Namun, beberapa menit kemudian Lhya mengirimi saya pesan. Pesan yang berisi ajakan untuk menemaninya menemui salah satu senior favorit saya, kak Tyar. Iya, pemilik blog Planet Kertasium itu, loh!

Setibanya saya di halte, sudah ada Lhya yang menunggu sambil membawa buket bunga. Tidak hanya itu, kami juga membawa balon gas berbentuk Ipin dengan penuh percaya diri. Setelah acara wisuda berakhir, kami pun menemui kak Tyar di fakultasnya. Dan alangkah leganya saya ketika melihat letak poni kak Tyar masih dalam keadaan baik-baik saja. Fiuh.

Okesip!

Lhya - kak Tyar - Nunuu


Selamat wisuda, kak Tyar! Selamat memasuki dunia kerja. Doakan tahun depan giliran saya!

26 Februari 2014

Yang Menyibukkan Saya Beberapa Bulan Terakhir Ini

Tampaknya, saat ini saya begitu sibuk. Sibuk dengan urusan kampus. Sibuk dengan segala rutinitas dan pekerjaan. Bahkan seringkali saya tidak punya waktu untuk diri sendiri; istirahat, menenangkan pikiran, dan melupakan deadline

Saat semester empat, angkatan saya - Polinom 2011, mengadakan rapat angkatan dan memutuskan siapa saja yang akan menjabat sebagai panitia inti serta koordinator divisi untuk event terbesar kami setiap tahunnya, Mathematics Event. Pada saat itu, saya tidak hadir. Dan alangkah kagetnya saya ketika Kholiq, sang ketua angkatan, mengirimi saya pesan,
"Nuu. Kamu divisi danus ya. Semangat ^^"
lalu saya membalas "oke, Kholiq. Kalo boleh tau koordinatornya siapa?"
"kamu, nuu"

Deg. Saya benar-benar tidak terima dengan keputusan teman-teman. Tanpa mengonfirmasi saya terlebih dahulu, menanyakan pendapat saya apakah bersedia atau sebaliknya, mereka mengambil keputusan tanpa sepengetahuan saya. Bukannya tidak ingin diamanahi tanggung jawab, saya hanya merasa tidak mampu untuk menangani segala urusan yang berhubungan dengan usaha pencarian dana, apalagi untuk kali ini Mathematics Event diadakan dalam skala besar, yaitu se-Indonesia. 

Setelah dibujuk oleh beberapa teman, saya pun mengiyakan permintaan tersebut. Tak apalah, hitung-hitung pengalaman, pikir saya. Dan pada akhirnya, sejak pertengahan semester lima, setiap harinya saya tidak hanya disibukkan dengan tugas dan perkuliahan, tapi juga menjual. Iya, menjual. Menjual apa saja yang kebanyakan mahasiswa butuhkan saat keadaan mendesak. Menjual sarapan (roti bakar, kue jajanan box, dan nasi kuning) di pagi hari, snack dan nugget di siang hari, bubur ketan saat akhir pekan, minuman, berbagai macam aksesoris, pakaian bekas, dan masih banyak lagi. 

Ketika menjual, saya selalu dibantu oleh beberapa teman. Teman-teman dari prodi Statistika apalagi. Kebanyakan dari mereka selalu ada selagi saya kewalahan, memberi tumpangan ketika saya ingin bermalam untuk menjual di akhir pekan, dan menenangkan saya jika dongkol akibat bosan.

Terkadang, saya selalu ingin menuliskan setiap proses yang telah saya alami tentunya dengan segala keluhan, kekesalan, dan tumpahan perasaan yang menumpuk ingin dikeluarkan. Ketika saya dituntut untuk terus-menerus menjajakan usaha dan menghadiri berbagai rapat yang menunjang pelaksanaan kegiatan kami hingga dini hari, ketika saya menyebabkan orang tua saya selalu was-was karena sering pulang larut bahkan tidak pulang berhari-hari, ketika saya membuat beberapa sahabat saya kecewa karena sering menolak ajakan mereka untuk bertemu, dan ketika saya mendapati mereka yang notabene adalah orang-orang terdekat saya, justru tidak mendukung bahkan meringankan beban saya.

Kini, hari yang kami nanti sudah dekat. Pada tanggal 28 besok, Mathematics Event diselenggarakan (setelah mengadakan seleksi regional di beberapa kota). Semoga suksesnya kegiatan ini sebanding dengan segala usaha, waktu, dan tenaga yang telah didedikasikan penuh oleh teman-teman panitia pelaksana. Dan setelah itu, saya akan meluangkan waktu untuk diri saya sendiri, entah itu sejam, sehari, seminggu, bahkan sebulan. Saya akan bergegas pulang ke rumah tatkala perkuliahan usai, akan menemui beberapa sahabat dan menghadirkan obrolan panjang, dan tentunya akan kembali rutin menuliskan beberapa paragraf di tempat ini, blog ini. 

Ah ya. Saya menantikan waktu itu. Secepatnya.

@ Himatika Park

04:00 dini hari
diketik usai Rapat Akbar Teknis ME XIV

3 Januari 2014

One Day One Episode

Obrolan yang berawal dari aplikasi BBM semalam bersama Lhya berujung dengan pertemuan dadakan sore tadi. Kami memutuskan untuk menonton kembali drama Princess Hours yang telah menjadi dalang candu kami akan drama korea. Kami menyebutnya "One Day One Episode".

Berteduh sembari menyeruput kopi tampaknya asyik, pikirku. Akhirnya, kami pun bergegas menuju kedai kopi terdekat bermodalkan payung cantik gratisan.
"Cum, mau ko minum apa?," tanya Lhya setibanya kami di sana.
"Ngng.. Americano ah, biar kayak di drama-drama korea"
"zzzz, pahit sekali do' "
"biarmi deh Lhy, ceritanya kita lagi di Mango Six.." (Mango Six merupakan cafe terkenal dan populer di Korea karena sering menjadi tempat lokasi syuting drama, iklan, MV, dan lain-lain).

menuang empat bungkus gula dan teteup... paiiittt :((
Okesip, saya menyesal sebab tidak mendengar perkataan Lhya yang notabene berpengalaman dengan segala hal yang pahit, termasuk kenangan. Iya deh Lhy, iyaaa.... :|

Usai mendownload beberapa soundtrack drama dan bertukar film, tibalah waktunya untuk gregetan menyaksikan akting Joo Ji Hoon oppa :3. Karena kami menargetkan satu episode dalam sehari, setelahnya kami beralih ke Youtube dan kembali gemas saat menonton behind the scene-nya The Heirs serta beberapa video K-Pop. Dan seperti biasa, Lhya menyebarkan virus-virus SHINee agar saya menjadi seorang Shawol, errr.

Malam semakin larut, dan kopi saya masih utuh.


2 Januari 2014

New Year's Eve

Hampir setiap tahun saya melewatkan pergantian malam tahun baru bersama keluarga. Bahkan ketika saya kembali mengingat-ingat, moment tahun baru yang saya lalui tanpa kedua orang tua hanya dapat dihitung jari. Tiga tahun yang lalu saya menikmati perayaan tahun baru di lapangan Gasis, Kabupaten Soppeng. Berjalan seorang diri, ikut nimbrung menyaksikan kembang api yang bersahut-sahutan, lalu pulang. Dua tahun yang lalu saya bermalam di rumah salah satu teman kampus guna berlatih yel-yel kelompok sebelum mengikuti pengaderan jurusan. Nyaring bunyi terompet serta pendaran kembang api membuat kami, GB Logistik, menghentikan latihan dan bersama-sama menuju balkon. 

Saya termasuk kawanan orang-orang yang memilih untuk melewati malam pergantian tahun dengan biasa-biasa saja. Kumpul bersama keluarga di rumah, menyiapkan beberapa hidangan, dan menyegerakan diri untuk tidur ketika mendengar dentuman-dentuman yang menandakan bahwa satu babak dalam hidup baru saja terlewati. 

Terlepas dari segala kebiasaan saya setiap tahunnya, akhirnya semalam saya dapat berkumpul bersama teman-teman terdekat dan berbaur dengan lautan manusia di pusat perayaan malam pergantian tahun Kota Makassar, Pantai Losari. Whoaaaaaaw, DAEBAK!!!



Nunuu - Khatmi - Nurul - Acik - Lhya - Keong
Khatmi Lhya Keong Nunuu Fifi


Selamat tahun baru! Semoga tahun ini dipenuhi dengan segala hal yang baik dan berkesan. Tak lupa, terima kasih untuk 365 hari yang lampau. Hwaiting!! ^^