4 Juli 2013

Jika Aku Menjadi Surveyor

Surveyor adalah orang yang melakukan kegiatan survey, yakni teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Sebelumnya telah dijelaskan pada postingan berikut bahwa beberapa hari ini aku dan beberapa teman se-jurusan diamanahkan sebuah pekerjaan untuk menjadi seorang surveyor. 

Jadi, Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas Pemilu yang kami lakukan ini, diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam menyusun strategi pencegahan dan pemberantasan korupsi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi yang melakukan kerjasama dengan beberapa dosen Statistik di jurusan. Sebelum melakukan wawancara kepada responden, terlebih dahulu kami dibekali pengetahuan dan petunjuk pelaksana (Juklak) sebagai enumerator oleh utusan dari KPK.

sedang mempelajari panduan wawancara

Hari Pertama.
Pukul delapan pagi. Ada Aidil yang sedang mengelompokkan gift yang akan diberikan kepada responden, Ashar yang sibuk menghitung jumlah blangko kuesioner untuk dimasukkan ke dalam ranselnya, aku yang sedang memilah-milah Surat Pengantar untuk dibawa ke Kelurahan, dan Pak Kresna yang sedang membagi-bagikan kami uang saku. Ketika semuanya telah siap, bersama-sama kami meninggalkan ruangan Pak Kresna yang disusul dengan kalimat penyemangat darinya. 

Tak perlulah kupaparkan bagaimana susahnya ketika aku dan Ashar harus bolak-balik Kelurahan Balang Baru - Kantor Kesatuan Bangsa demi melegalkan Surat Izin Penelitian. Pukul satu siang, kami baru menemukan banyaknya jumlah penduduk dari Kelurahan tersebut. Setelah menggunakan Tabel Randomisasi dan Rumus Penentuan Individu, maka kami harus mengambil 13 responden di RT 4 (RW 8) dan 12 responden di RT 7 (RW 6) dengan interval nomor urut rumah sebanyak tiga belas ._______.

ketika mewawancarai nenek Hajrah

Sore mulai menghampiri, aku dan Ashar tidak tega untuk meninggalkan kediaman Ibu Kori, responden keenam kami. Dia hanya tinggal berdua dengan anaknya yang seharian sibuk bekerja di salah satu Bank ternama. Saking asyiknya bercerita, kami berdua tidak sadar bahwa sebentar lagi petang akan berganti dengan malam. Ibu Kori mengantar kepulangan kami sampai di depan beranda rumahnya.

Ibu Kori & Ashar

Hari Kedua.
Pukul delapan pagi, Ashar mengejutkanku dengan kabar bahwa utusan dari KPK ingin bertemu kami di salah satu rumah responden. Gawat. Kini giliranku yang harus melakukan proses wawancara, dan syukurlah karena responden yang kutemui lumayan cerdas dan ramah. Setelah pamit kepada pemilik rumah, rupanya dua orang utusan dari KPK tadi juga ingin pamit untuk kembali mengawasi beberapa kelurahan lainnya. Aku dan Ashar juga kembali melanjutkan tugas dengan mencari nomor urut rumah berikutnya.

Secara bersamaan, arah telunjuk kami terhenti di depan rumah sederhana yang sepertinya sedang kedatangan banyak tamu. Duh, mengganggu saja kami ini, pikirku. Dan setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami, ternyata penghuni rumah begitu antusias menerima kehadiran kami.

Sepasang suami istri yang sudah berumur lanjut sedang berkumpul bersama anak-anaknya yang kini telah mapan. Salah seorang anaknya yang tampan dan single yang bernama Iksan bersedia menjadi responden kami. Setiap pertanyaan diberikan, kak Iksan selalu saja melontarkan jawaban unik yang akhirnya membuat seisi rumah tertawa. Sebenarnya, hampir setiap rumah yang kami kunjungi selalu menawarkan kami untuk makan dan minum. Tapi, keluarga kak Iksan tidak hanya melakukan hal serupa, mereka juga membungkuskan kami beberapa makanan ringan dan minuman sebagai bekal di perjalanan, katanya. Setelah itu, mereka mengajak kami untuk berfoto layaknya sebuah foto keluarga..

Kak Iksan, kedua orang tua Kak Iksan, Nunuu, Ashar, kakaknya Kak Iksan (taken by: adiknya Kak Iksan)

Hari Ketiga.
Masih tersisa sepuluh responden lagi. Aku dan Ashar tetap optimis untuk menyelesaikan semuanya pada hari ini. Berkat bantuan informasi dari Bapak Ketua RW 6, kami pun berhasil menemukan sepuluh responden dari tiga nama ruas jalan yang berbeda-beda *hoamz

Hartini, dia seumuran denganku .. :"

Pak Syamsir yang selalu tersenyum

Menjadi seorang surveyor tidak hanya sebatas menentukan lokasi, wawancara, lalu mengumpulkan data. Tapi sebuah kerja keras untuk memperoleh tontonan bahwa di luar sana banyak orang yang mampu menghargai satu sama lain, banyak orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi, dan sedikit orang yang pandai berempati atas itu...

selamat beristirahat :')

Tidak ada komentar: