26 Mei 2012

Bergabung di Forum Lingkar Pena

Sejak kecil saya suka membaca apa saja yang ada di sekeliling saya. Entah itu koran, majalah, bahkan pembungkus makanan ringan. Saya senang sekali ketika melihat sisipan percakapan dalam suatu bacaan. Saya selalu memperbesar volume suara saya ketika membacanya. Mimik dan ekspresi ketika membacanya pun terkadang saya praktekkan.

Ketika saya masih menginjak bangku Sekolah Dasar, dua kakak perempuan saya sudah mengecap bangku kuliah. Tak heran saya juga sering mengonsumsi bacaan-bacaan mereka. Habisnya, bacaan di buku pelajaran SD pasti itu-itu saja. Alhasil, novel-novel dan majalah islami yang mereka bawa dari kampus sering juga kubaca. Bukan main bahagianya saya ketika melihat begitu banyak kutipan percakapan tokoh-tokoh dalam bacaan itu yang semakin membuat minat baca saya bertambah.

Dari sebagian novel-novel itu saya melihat ada logo bertuliskan FLP di setiap sudutnya. Saya tidak tahu FLP itu apa dan mengapa logonya selalu disimpan di beberapa novel. Sampai akhirnya saya tahu bahwa FLP itu adalah singkatan dari Forum Lingkar Pena, yaitu sebuah wadah bagi para penulis, yang ingin menjadi penulis, dan berminat pada dunia kepenulisan. Sempat terbersit keinginanku saat itu "aku ingin menjadi anggota FLP".

Dengan kegemaran membaca itu saya selalu menulis di setiap saat bahwa hobi saya adalah membaca. Sampai akhirnya saya bertemu guru Bahasa Inggris saya ketika menginjak kelas 3 SMP, Mrs. Damaris, dia mengatakan "Membaca itu bukan kegemaran maupun hobi. Membaca itu adalah suatu kewajiban". Semenjak saat itu saya selalu teringat kata-katanya. Ya, membaca memang suatu kewajiban. Kewajiban bagi mereka yang ingin menguasai dunia dengan ilmu. Oleh karena itu, kita harus membiasakannya dengan menjadikan membaca sebagai suatu kegiatan penting dalam aktivitas kita setiap harinya. 

Ketika masih SMP, saya sempat menonton film "Virgin", dimana pada tahun 2004 sempat mengalami pencekalan dan penghentian penayangan di Makassar, karena katanya jauh dari nilai-nilai budaya orang Makassar dan dikhawatirkan memberi pengaruh negatif bagi yang menontonnya. Ketika selesai menontonnya, saya lumayan memikirkan adegan demi adegan di film itu beberapa hari setelahnya. Apalagi, saya yang masih berumur sekitar dua belas tahun waktu itu agak syok juga melihat film itu yang mempertontonkan bagaimana kerasnya kehidupan di Ibukota dan realita cara pergaulan yang berkembang disana. Hingga akhirnya saya tertarik dengan salah satu akting pemainnya, Bian, yang diperankan oleh Ardina Rasti. Setiap harinya dia menulis semua kejadian manis-pahit yang dialaminya bersama sahabat-sahabatnya. Sampai akhirnya tulisan-tulisan itu menyelamatkannya dari sebuah kejadian yang seharusnya merenggut kesuciannya. 

Saya termotivasi untuk menulis karenanya. Bukan karena memikirkan bakal menjual tulisan itu juga seperti yang dilakukan oleh Bian. Tapi, saya suka dengan aktivitas yang dilakukannya setiap hari. Sesibuk apapun dan sebanyak apapun masalah yang diperolehnya, dia tetap menyempatkan diri untuk menyalakan komputernya dan menulis sepuasnya. Berhubung saya belum memiliki komputer waktu itu, jadi saya hanya membeli diary dan menulis disana sebelum memejamkan mata tiap harinya. Awalnya sangat mengasyikkan. Namun, pada akhirnya kesibukan mengalahkan segalanya.

Sekarang, saya sudah menjadi seorang mahasiswi di Universitas Hasanuddin. Beruntunglah karena saya memperoleh informasi dari salah seorang senior saya di SMA, kak Adityar, bahwasanya di kampus ada komunitas FLP. Dengan memberanikan diri, saya bergabung di FLP demi mewujudkan keinginan saya ketika kecil dulu. Selain itu, saya ingin belajar banyak mengenai cara menulis yang baik. Mengenai hasil karya berupa novel atau cerpen, itu urusan belakangan. yang jelas saya mampu menulis dengan kosakata yang baik dan bisa bermanfaat bagi pembacanya :')


logo yang dulu sama sekali tak kumengerti


Majalah Annida, salah satu bacaan favorit ketika masih kecil

2 komentar:

iancarloz mengatakan... Balas

wah kamu punya banyak koleksi buku annida ya... buku yang menarik

cumi-cumi! mengatakan... Balas

@Ian Carloz: Iya dulu, tapi sekarang sudah pada hilang hehe