9 April 2015

Satu Beban Terlewati

Semester ini menjadi semester terberat saya selama perkuliahan, sepertinya. Berbulan-bulan saya mengerjakan proposal. Bolak-balik menemui dosen pembimbing. Buka materi ini, buka materi itu. Begadang berhari-hari. Terkadang lupa makan. Tak punya kesempatan dan ruang lagi untuk mengerjakan hal lain. Sebab saya sadar, saya bukanlah seseorang yang berotak cerdas. 

Tapi saya tetap optimis untuk wisuda pada periode Juni. Dengan modal nekat dan tekad, 27 Maret 2015 pada pukul 09.45 WITA saya melaksanakan seminar proposal. Akhirnya yah, Nuu....



Seminar proposal yang disepelekan oleh sebagian orang ternyata tidak sesepele yang saya kira. Kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi saya saat itu mungkin, berantakan. Ya, bahkan jika kepingan semangat yang hancur itupun disatukan kembali, hasilnya tidak akan seutuh seperti di awal. Selama dua minggu saya mengalami kegalauan, depresi, mogok kerja, dan frustasi. Meskipun begitu, sesekali saya menyempatkan diri untuk menengok folder "skripsi akooh" yang jika dengan melihatnya saja dapat menimbulkan trauma. 

Hari ini saya memberanikan diri untuk melihat nilai seminar saya di buku catatan dosen yang menjadi koordinator seminar saat itu. Ucapan syukur tak henti saya lafazkan saat meninggakan ruang dosen. Harapan dan semangat yang mulanya kecil kini berubah seketika. Saya mulai bangkit, mulai berbaik sangka, dan melihat tahapan selanjutnya sebagai sebuah tantangan. Sebab perjuangan masih berlanjut, masih ada seminar hasil dan ujian sidang. Yah, setidaknya satu beban telah terlewati. Tetap semangat ya, saya.

Wajah dipaksa senyum usai seminar :'(

3 Januari 2015

Ada Apa di Tahun Ini?

Tibalah masa di mana saya akhirnya berhadapan dengan salah satu fase wajib yang dialami seluruh mahasiswa Indonesia, yakni skripsi. Yap, sejak Desember kemarin, saya sudah terbebas dari segala bentuk perkuliahan dan kesibukan selama menjadi asisten lab. Meskipun IPK saya nilainya pas-pasan, saya kekeuh tidak akan mencoba untuk memperbaiki beberapa mata kuliah. Satu-satunya mata kuliah yang saya ulangi yaitu Statistika Matematika, yang awalnya D menjadi B-, huft.

Untuk menghadapi seminar skripsi/tesis di jurusan saya, kita diwajibkan untuk mengikuti Ujian Komprehensif dari lima bidang/lab; Aljabar, Analisis, Komputasi, Terapan, dan Statistik. Kelima lab ini masing-masing memiliki dosen penguji yang nantinya akan mengevaluasi sejauh mana materi yang telah dikuasai. Sampai saat ini, saya baru melulusi tiga lab dari semuanya, ckck. Trus kenapa berani bahas skripsi, Nuu?

Sekadar kalian tahu, saya memang tipikal orang yang terkadang melakukan sesuatu dengan sangat tidak beraturan. Pada saat pengumpulan KRS saja, yang lebih dahulu menandatangani KRS saya adalah dosen PA saya daripada saya sendiri. Iya, kebangetan kan? Nah, begitu juga dengan masalah skripsi. Dari jauh-jauh hari sebelum melulusi beberapa ujian kompre, saya sudah menemukan pembimbing skripsi-disertai-dengan-kebaikan-hati yang memberikan saya beberapa jurnal untuk penentuan judul. Meskipun begitu, saya masih saja mengalami kendala dalam pemilihan konsentrasi. 


Gambar di atas adalah beberapa target yang saya tempel di dinding kamar guna memotivasi saya setiap melihatnya. Namun, pemilihan materi dari skripsi yang sudah saya rencanakan sepertinya akan berubah. Dosen pembimbing yang sebelumnya saya ceritakan di atas memberikan saya materi yang lebih rumit.

“Seniormu sudah banyak yang ambil Aljabar,” katanya.
“Jadi, Pak?”
“Ambil Koding saja, ya. Nanti saya ajar.”

Dan inilah saya si mahasiswi paling sok jagoan sejagad raya, berani mengambil materi Teori Koding untuk skripsi, yang mata kuliahnya saja saya belum ambil :’(
                    
                                                                             ***

Sebagai mahasiswa semester akhir, saya tidak akan menuliskan resolusi atau daftar pencapaian yang harus terlaksana di tahun ini. Cukup dengan menyebutnya harapan, mungkin terdengar lebih ringan untuk seseorang yang otaknya pas-pasan seperti saya, hiks. Semoga dua lab yang tersisa dari ujian kompre dapat saya lalui dengan cepat, dan pengerjaan skripsi-yang-belum-jelas-ini dimudahkan serta dilancarkan.


Anyway, selamat menyambut tahun 2015, kalian! dan selamat menjadi calon wisudawan 2015 untuk saya! Aamiin..

9 Desember 2014

Genk Cabe

Mengajar sempoa aritmatika adalah program kerja individu saya saat di lokasi KKN. Saya memang sempat menamatkan kursus sempoa selama kurang lebih tiga tahun saat duduk di bangku Sekolah Dasar. Meskipun sudah cukup lama, tapi saya masih mahir dalam menggunakan sempoa disebabkan operasi aritmatika (seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari. 

Selama dua bulan menjalani KKN di desa Tappale, saya menerapkan materi sempoa di dua tempat yang berbeda. Di pagi hari saya mengajar di SDN 186 Tappale, dan malamnya saya membuka kursus di posko untuk adik-adik tetangga. Peserta kursus sempoa saya berjumlah sepuluh orang, dengan kisaran umur 13-16 tahun. Masing-masing dari mereka bernama Nadia, Tenri, Sarinah, Irma, Wati, Winda, Sari, Syahrul, Yayat, dan Rendi.

Kak Nunuu dan adik-adik sempoa

Di awal-awal pertemuan, kesepuluh anak ini lumayan awam dengan istilah sempoa. "Apa itu, kak?," begitulah respon mereka ketika saya bertanya, pernah melihat atau menggunakan sempoa atau tidak. Namun seiring malam berganti, beberapa dari mereka mengalami kemajuan yang kilat. Saya sampai menahan haru ketika mereka begitu ulet berlatih di luar jam kursus, bahkan menggunakan biji asam ketika tidak kebagian sempoa. 

Lambat laun, beberapa dari mereka mulai mengompakkan gaya berpakaian serta aksesoris saat akan kursus di posko. Ya, saat belajar sempoa, bando ala-ala 7 icons tidak pernah absen bertengger di kepala mereka. Bahkan, gurunya juga ikutan.......... ckck


bando lucu - cukup tiga ribu saja

Akhirnya, posko kami (re: saya dan teman-teman) tidak hanya dijadikan sebagai tempat belajar dan mengerjakan PR oleh adik-adik sempoa, tetapi juga sebagai tempat bermain, tempat ngumpul, bahkan tempat meluapkan keahlian masak-masak mereka. Saya sampai menjuluki mereka dengan sebutan "genk cabe" dikarenakan hobi mereka sering naik motor bertiga bahkan berempat, suka tertawa histeris kalo lagi ngomongin orang, dan punya gaya khas ketika sedang bertemu.

katanya, lagi bikin eci-eci.. oh, rupanya bakwan

Menjelang penarikan, saya mengadakan lomba untuk mereka dengan bersaing mengerjakan soal menggunakan sempoa maupun mental (sempoa bayangan). Dengan iming-iming yang pekerjaannya paling bagus dapat hadiah, akhirnya dari jauh-jauh hari mereka berlatih dan tidak lupa meminta bocoran soal. Pada hari yang telah ditentukan, anggota genk cabe sudah meramaikan ruang tamu posko dengan keriuhannya. Sembari menunggu saya yang saat itu masih bersiap-siap, Tenri dengan semangat bertanya, "kak Nunuuu.. apa hadiahnya kah? Lalu Yayat, si murid paling usil menimpali, "kak Nunuu, tidak minta jeka saya hadiah yang mahal-mahal, kasi meka saja sempoa ta'," dan direspon dengan anggukan oleh murid-murid yang lain. "Iya dek, nanti kalo balik ke Tappale lagi, saya bawakan sempoa nah," jawabku penuh haru.

Final test


Usai membagi-bagikan coklat sebagai hadiah atas pencapaian soal yang mampu mereka kerjakan, mereka melanjutkan malam dengan bermain kartu dan karambol bersama. Ya, sebab malam itu merupakan malam kedua dari terakhir saya di sana. Sampai akhirnya malam semakin larut, si genk cabe pun memutuskan untuk pulang dan menyempatkan menulis beberapa kalimat di karton yang biasa saya dan teman-teman gunakan untuk menuliskan agenda-agenda penting selama melaksanakan KKN. Sebenarnya, saya sempat mengabadikan tulisan-tulisan yang termuat di karton tersebut, tapi memory card saya rusak, dan alhasil semua gambarnya hilang, hikshiks. Beberapa kalimat yang masih mengena di kepala saya, yaitu:

"Kak Nunuu, terima kasih karena sudah sabar mengajari kami sempoa, terutama Winda dan Sari...."
"Kak Nunuu, jalan-jalan ki' lagi ke Tappale ajarki genk cabe..."
"Kak Nunuu, datang ki' lagi berenam sama teman-temanta"
...............................

Dan, tidak ada hal lain yang mampu saya lakukan kecuali, .................... terisak.

                                                                          ***

Pada saat acara perpisahan bersama warga desa Tappale, tidak ketinggalan genk cabe juga turut serta. Setelah menangkap ikan, membakar ikan, dan kemudian melahapnya sampai puas, kebanyakan anak-anak melanjutkan acara dengan mandi-mandi di sungai. Namun, saya yang notabene bukan anak-anak, malah ikutan basah kuyup disebabkan keusilan personil genk cabe, huft. Meskipun begitu, saya senang bisa membuat mereka tertawa lepas karena telah berhasil menceburkan saya dan kedua teman saya yang lain, yaitu Kezia dan Ira. 

di balik rangkulan Syahrul, ada motif penceburan yang tersembunyi

Selamat tinggal desa Tappale.. selamat tinggal adik-adik sempoaku.. tentu saja kita akan berjumpa di lain kesempatan :)

31 Oktober 2014

21

Hmm baiklah. Sebelum bulan Oktober berlalu, izinkan saya untuk menuliskan satu dua paragraf perihal satu hari yang selalu menjadi dan dibuat beda dalam hidup saya, yakni hari ulang tahun.

Ketika jam tepat menunjukkan pukul 00:00, nada dering pertanda sebuah pesan masuk berbunyi. 

"Selamat ulang tahun, Nur Rahmah Makmur."

Ya, pesan ringkas itu darinyaseseorang di luar sana yang begitu irit dalam berucap, pun merangkai kata. Keharuan pasca membaca pesan darinya tiba-tiba terhenti dengan adanya panggilan masuk. Belum sempat kujawab dengan halo, kalimat selamat ulang tahun kembali terucap darinya. Hahaha, saya tertawa dan kembali menahan haru.

Dan kejutan darinya belum terhenti sampai disitu...


Sepulang dari kampus, alangkah terkejutnya saya ketika mendapati Lhya, kak Iyda, plus kakak Uci (kakak ipar saya) bersorak "Selamat ulang tahun" dengan kencang sambil membawa kue berlilin dan balon yang berwarna-warni. Lhya dan kak Iyda adalah dua sohib saya di organisasi kepalangmerahan sewaktu SMA. Selang beberapa jam kemudian, Acik, Khatmi, Keong, dan Nindasahabat sejak SMA yang setiap tahunnya selalu bersusah-payah untuk memberi kejutan di rumah tapi selalu gagal, kembali meniatkan raganya untuk ke rumah dengan lima buah cupcake (kue mangkok) serta kantongan yang berisi jilbab.

Tepat di Sabtu sore, dengan wajah kumel baru bangun, belum cuci muka, apalagi sikat gigi, teman se-genk saya di kampus menghambur masuk ke rumah dengan sangat gaduh. Mereka menghadiahkan saya sebuah tirai kamar horor layaknya tirai kamar praktek dukun, ckck. Malam menyambut, kami bersembilan melanjutkan aktivitas dengan bermain kartu remi dan UNO hingga subuh. Ya.. kami menghabiskan Sabtu hingga Minggu waktu itu dengan bertingkah gila-gilaan.


Akhirnya, seperti itulah orang-orang di sekitar saya memperingati momen pergantian tahun saya yang ke-21. Selamat ulang tahun, Nuu. Berbahagialah.

30 Juli 2014

K K N

KKN? Apa sih KKN itu? Buat yang belum tahu, KKN yang merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu kewajiban yang diikuti oleh setiap mahasiswa perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat selama dua bulan penuh (kalau di kampus saya) dengan membuat beberapa program kerja guna membangun dan memajukan suatu desa. Ok, here's my story...

Pertengahan Mei hingga awal Juni adalah masa-masa ribetnya saya mengurus KKN. Mulai dari pendaftaran, pembekalan, pendaftaran KKN Tematik, seleksi KKN Tematik, hingga akhirnya saya tidak lolos dan diarahkan untuk mengikuti KKN reguler seperti mahasiswa pada umumnya. Setiap memikirkan KKN, saya selalu bertanya-tanya, mampukah saya jauh dari orang tua? Mampukah saya hidup di desa orang dengan kemampuan masak yang ala kadarnya? Mampukah saya menjalani hari tanpa update di jejaring sosial? Lha...

Pada awalnya, jadwal pemberangkatan KKN ditetapkan pada akhir Juni. Namun karena masalah Pemilu dan lain hal, maka diundurlah keberangkatan kita hingga tanggal 10 Juli. Lantas, persediaan cemilan yang telah saya siapkan dari jauh-jauh hari malah ludes dalam beberapa hari hanya karena penundaan keberangkatan, hiks. 

Mendekati hari keberangkatan, tentunya saya meluangkan waktu untuk bertemu dengan mereka, sahabat-sahabat kesayangan cabang mana saja. Hihihi.

Amsky: teman SD, teman SMP, teman bimbel, teman jogging, teman ke Gramedia, teman....

(Nunu Muhlis - Nunu Anis - Nunu Ama)
Genk Nunu saat SMP

(Popi.Hilda.Khatmi.Keong.Acik.Ninda.Nunuu)
mulai bersahabat ketika masa SMA akan berakhir

Afifah - Nunuu - Lhya
dua orang paling kosong dan ajak-able di jagad raya
*gambar ini diambil saat mereka "menculik" saya di malam sebelum keberangkatan T...T

Barongsss: kelompok belajar di kampus, kelompok kuliner-an, kelompok cabe-cabean

**

Tibalah hari di mana pengumuman lokasi diumumkan. Saya ditempatkan di Incheon, Korea Kecamatan Libureng, Bone. Dan ternyata saya tidak sendiri di kecamatan itu, ada Nita dan Wawan juga, salah dua member barongs pada gambar di atas. Pada tanggal 11, hari kedua keberangkatan, saya diantar oleh Mama dan Bapak ke kampus, tak lupa berpamitan dengan kakak-kakak dan ponakan saat di rumah. Ya, ini merupakan pertama kalinya saya jauh dari keluarga, terutama orang tua. Ada rasa sedih karena harus mandiri di tempat orang, pun rasa penasaran karena akan berpuasa dengan lingkungan dan suasana yang baru. 

Sungguh. Momen di mana bus yang saya tumpangi pelan-pelan melaju meninggalkan lapangan PKM, di saat itu pulalah saya melihat ibu saya menitikkan air mata sembari melambaikan tangan. Huhu. Setelah melewati perjalanan kurang lebih empat sampai lima jam, akhirnya saya tiba di Kantor Camat Libureng dan diadakan penyambutan mahasiswa KKN untuk kecamatan tersebut.

Sebenarnya, pada malam sebelum keberangkatan, saya menerima pesan yang berisi nama desa di mana saya ditempatkan; yakni desa Mario, yang alangkah kagetnya saya saat mengetahui bahwa saya dengan Nita berada di desa yang sama, yang berarti kami seposko. Namun, ketika acara penyambutan berakhir, supervisor mengabsen nama-nama kami dan.... nama saya berada di desa Ponre-ponre. Akhirnya saya menemui supervisor dengan membawa bukti sms dari koordinator kecamatan yang mengatakan bahwa saya di Desa Mario. Dengan pertimbangan bahwa saya dan Nita se-jurusan dan kuota pada setiap posko terbatas, maka saya pun dengan tabah harus berpisah dengan Nita. Namun, kemalangan saya tidak hanya sampai disitu. Sesaat setelah saya berhasil menemui koordinator dari desa Ponre-ponre, seseorang memohon-mohon kepada saya agar saya bersedia ditukar dengan temannya dari desa lain. Ya sudah, saya kembali berurusan dengan supervisor dan ditempatkan di desa Tappale.

Dengan menaiki mobil pick up, saya diangkut menuju desa Tappale bersama lima orang lainnya. Saat di perjalanan, saya memberanikan diri untuk menanyai nama dan asal jurusan mereka. Dan wow, tidak hanya jurusan, fakultas bahkan asal daerah kami pun berbeda. Tiba di desa Tappale, rupanya kami ditempatkan di rumah kosong, tidak begitu jauh dari rumah Pak Kades. Ya, rumah kosong. Bukannya beristirahat karena lelah usai perjalanan jauh, kami malah menghabiskan sore dengan membersihkan rumah tersebut. 

Ah, ya. Saya bersyukur mendapatkan teman-teman posko yang tidak hanya baik dan unik, tapi mereka juga hobi menonton drama Korea seperti saya, ngahaha. Alhasil, waktu senggang di posko selalu kami gunakan dengan menonton drama atau film bersama. Kelima orang ini bernama: Bayo (Teknik Geologi), Kezia (Ilmu Hukum), Try (Ilmu Ekonomi), Abu (Kehutanan), dan Ira (Perikanan). Karena kami menempati rumah kosong, maka kami dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Tidak jarang kami selalu melakukan apa saja secara bersama-sama; mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencuci piring dan gelas, berbelanja ke pasar, shalat berjamaah di masjid, menghadiri acara buka puasa dari dusun ke dusun, bahkan kesiangan sahur. 

Tanggal 25 kemarin, kami kembali ke Makassar untuk menikmati libur hari raya selama sepekan. Saat tiba di rumah masing-masing, masih saja kami menghabiskan waktu entah itu dengan teleponan, atau saling berbalas pesan. Bagaimana tidak, hidup serumah secara sederhana dan menghadapi berbagai situasi sulit bersama-sama membuat keterikatan di antara kami semakin kental, layaknya keluarga. Maka dari itu, saya selalu berharap, sekembalinya kami ke posko, enam kepala dengan watak dan ego yang masing-masing berbeda, mampu melebur jadi satu demi melalui hari-hari berat ke depannya serta mewujudkan program kerja yang telah kami rancang. Aamiin!

(Try ~ Ira ~ Nunuu ~ Bayo ~ Abu ~ Kezia)
berfoto bersama di depan posko

observasi (?)

bersama adik-adik dari SD 186 Tappale

 usai seminar desa.. hurraaaaay!!!