16 Desember 2013

beberapa hal yang orang pikir tidak saya lakukan

Sebenarnya, saya agak tidak pede untuk menuliskannya. Sebab tulisan ini terinspirasi dari situs blog seseorang, dan seseorang yang lain juga menuntut saya untuk membuat postingan lagi #hakz #apabanget .

Berikut adalah beberapa hal yang orang pikir tidak saya lakukan, tapi nyatanya saya lakukan:

1. molor di angkot.
saya termasuk golongan orang-orang yang sangat mudah tidur, di mana dan kapan saja. saya dapat tidurentah dengan posisi berbaring, duduk, pun berdiri. tidur di angkot menjadi salah satu agenda rutin saya setiap harinya. kursi favorit saya adalah kursi yang terletak di belakang supir, tepat di depan pintu angkot. dampak dari kebiasaan buruk saya ini tidak hanya sering melampaui lorong rumah, bahkan saya pernah nimbrung hingga tempat tinggal sang supir ._. *jangan tiru adegan ini*. beberapa teman menjuluki saya si tumor; tukang molor.

2. korban drama korea.
tahun ini adalah tahun di mana saya diperkenalkan dengan segala macam tontonan yang berbau korea. berawal dari ketidaksengajaan saya mengambil drama korea teman yang begitu populer pada tahun 2004. tidak cukup tiga hari saya menyelesaikannya, dan saya menjadi kepikiran bahkan kecanduan untuk menonton serial lainnya. karenanya, saya cenderung sensitif dan berlebihan ketika dihadapkan pada kasus yang terjadi berulang layaknya drama. Huh. Ottoke? :(

3. mudah sebal dan menyebalkan.
surprised? I'm okay :p

4. mengutamakan cermin.
mereka yang beranggapan bahwa tujuan saya sering bercermin semata-mata untuk merapikan kerudung, nampaknya kurang tepat. dengan menatap cermin, saya bersemangat ketika melihat bayangan saya ikut tersenyum. tersenyum lebar, sambil memamerkan deret gigi yang tak beraturan. masih sambil menatap bayangan, terkadang saya juga suka meniru atau berakting layaknya aktris korea dengan penuh percaya diri. dan pada akhirnya, cermin dan bercermin menjadi sangat primer dibandingkan benda serta aktivitas lainnya.

5. never been in love (?)
"The only thing that will ever make me fall in love is: if I fall in love..."
Saya pernah membaca, ketika seseorang jatuh cinta, maka perasaan tersebut akan bertahan selamanya. Mengaplikasikan materi logika, saya mengasumsikan kalimat tersebut sebagai premis 1, maka dapat dituliskan p=>q (baca: p maka q). Selanjutnya, premis 2 dari saya adalah ~q. So, konklusinya adalah ~p, saya tidak jatuh cinta. :ppp

Yah, pada akhirnya persepsi diri mengenai seseorang tidak bermakna apa-apa tanpa sebuah kejelasan. Semoga masing-masing dari kita tidak akan berhenti untuk menebar kepedulian. Love ya!


25 November 2013

Malam Ramah Tamah

Malam semakin larut. Senior-senior dari berbagai angkatan mulai berdatangan. Teman-teman pengurus menyambut mereka dengan ramah. Adik-adik panitia mulai repot menyiapkan servis serta hidangan. Aula sesak akan manusia.

Pukul sepuluh malam, acara malam ramah tamah diselenggarakan. Dosen, alumni, warga, pengurus, panitia, peserta, semuanya berkumpul. Saya duduk menghadap peserta, bersama rombongan teman pengurus yang lain. Dari perkenalan beberapa alumni, berlangsunglah tebak-tebakan angkatan bersama para peserta. Suasana mulai menggelikan tatkala dua orang peserta berasumsi bahwa kak Eros (angkatan 2005), masuk di Unhas pada tahun 1999. 

Selanjutnya, sharing ke-Matematika-an. Kak Eros menyuruh setiap peserta untuk menaikkan jari berdasarkan pilihan ke berapakah jurusan Matematika saat mereka ingin mendaftar. Wah, ternyata lumayan banyak yang memilih Matematika sebagai pilihan pertama. Saya sempat terkejut ketika melihat seorang peserta menaikkan jarinya membentuk angka empat. Ow, jalur tertulis sekarang bisa mengambil empat pilihan, yah.

Dari empat ragam jawaban, tersisa tujuh peserta yang menaikkan kedua tangannya. Mereka adalah peserta yang melulusi sebuah jalur masuk di kampus dengan pilihan maksimal dua prodi. Kak Eros pun menyodorkan sebuah pertanyaan yang ditujukan untuk tiga orang dari mereka. "Kalian mau jadi apa setelah lulus dari jurusan Matematika?"

"mau jadi owner Lembaga Bimbingan Belajar, kak." - Peserta 1
"mau jadi pegawai Badan Pusat Statistika, kak." - Peserta 2
"mau jadi apa saja, yang penting halal." - Peserta 3

Seisi ruangan terkekeh.

Seorang mahasiswi tahun ketiga juga ikut terkekeh. Pertanyaan demi pertanyaan berotasi di ruang pikirnya. Mau jadi apa setelah lulus nanti? Ah, bukan. Mampukah saya lulus? *masih sambil terkekeh*

photo by kak @trihairil


25 November 2013, dini hari
Pelatihan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar XX
Gedung LPTQ Talasalapang

20 November 2013

Menunggu Bulan

Semuanya bermula ketika saya menghadiri kegiatan "Kampanye Indonesia Menulis" pada hari Sabtu bersama utusan dari komunitas kepenulisan di Makassar. Setiap peserta yang ingin memasuki ruangan diberikan paket souvenir yang berisi buku panduan, buku catatan, alat tulis, serta rundown acara. Tiba-tiba Kak Syahrir, salah seorang senior di FLP, menghampiri saya dan memamerkan kantongannya. "Nuu, isi kantonganmu apa saja?" "Kenapa kah, Kak? Sama semua jih kayaknya deh..." "Ah, masa? Punyaku ada giniannya loh," sambil mengeluarkan sebuah buku.

OMO!

"Menunggu Bulan" merupakan judul antologi cerita pendek dari 20 cerpenis yang tergabung dalam komunitas Forum Lingkar Pena Ranting Universitas Hasanuddin. Kebetulan, saya salah satu diantaranya. Sejak Desember telah dilakukan penyeleksian naskah dan memakan waktu yang cukup lama. Saya mengirim tiga cerpen, dan sejujurnya saya tidak menjagokan cerpen berjudul "Kamu dan Matematika" yang pada akhirnya berhasil lolos pada penyeleksian tersebut.

Hampir semua cerpen yang terhimpun dalam "Menunggu Bulan" bertemakan cinta. Yaaa boleh jadi karena para cerpenis memang masih berusia muda, dan karena cinta merupakan subject matter universal yang daya pukaunya tak pernah pupus. Mengutip dari pengantar cinta dalam "Menunggu Bulan", terdapat satu hal yang sulit dibantah, yakni kenyataan yang menunjukkan bahwa cinta yang disajikan dalam antologi tersebut bukanlah cinta murahan, melainkan sebuah bisikan lembut yang seolah-olah berkata: cintailah manusia, namun lebih cintailah Yang Menciptakannya.

Ketika acara berakhir, teman-teman FLP pun mempromosikan antologi "Menunggu Bulan" kepada pemateri handal di depan, di antaranya Mas FX Rudi Gunawan (sastrawan), Ibu Pangestu Ningsih (perwakilan dari penerbit Mizan), serta Ibu Poppy Savitri (sekretaris Ditjen Ekonomi Kreatif berbasis Media dan IPTEK). Dan yang sangat mengharukan, mereka meminta kesediaan saya dan beberapa teman lain yang tulisannya dimuat dalam antologi tersebut untuk menandatangani buku mereka. Wow!


Salam Kreatif :)

Saat saya memutuskan untuk bergabung di Forum Lingkar Pena, keinginan saya semata-mata hanya ingin belajar mengenai cara menulis yang baik. Tak pernah terlintas di khayalan saya untuk menghasilkan karya, apalagi untuk dimuat dalam sebuah buku. Tak pernah terlintas sedikit pun di pikiran saya bahwa pada akhirnya antologi ini terbit. Terbitnya antologi ini adalah hal yang luar biasa bagi saya pribadi.


Rifkah - K'Isma - Ahmad - Ranti - Nunuu - Ainun


Semoga warna-warni dalam "Menunggu Bulan" dapat membuka peluang untuk diperbincangkan secara panjang lebar. Semoga "Menunggu Bulan" dapat memberikan sesuatu yang berbekas pun berguna untuk para pembaca.
Terima kasih. Selamat membaca.

(Husna, Aninda, Fauziah, Khatmi) dan Menunggu Bulan

6 November 2013

Hello, Justin!

Justin. Nama yang saya kutip dari pelantun lagu 'Mirror'. Saya mengusulkan nama itu untuk menyamarkan seseorang yang akhir-akhir ini selalu menghadirkan jutaan debar yang sulit saya pahami. Berawal dari ketidaksengajaan saya menangkap sepasang mata dari pantulan cermin, hingga akhirnya sengaja mencuri pandang di hari dan waktu yang selalu saya (dan mungkin ia) nantikan.

Justin. Ia tak setampan Adly Fayruz, pun tak sekekar Taecyeon '2PM'. Tak pula ramai diperbincangkan, disanjung, apalagi dipuji. Diam adalah sapaan akrab yang ia berikan dari jauh maupun dekat. Meskipun begitu, belakangan ini saya sangat tertarik untuk selalu membahas tentangnya. 

Justin. Di kalangan kami, ia terbilang cerdas dan cukup mempesona. Dan sebaliknya saya, hanya huru-hara dan kebisingan yang mampu saya hadirkan. Kami berbeda, layaknya sosok yang mendewakan hening serta sosok lainnya yang gemar akan macet. Namun, tenang saja. Kita masih dalam satu langit yang sama. Langit yang mungkin sengaja mempertemukan kita.

Justin. Tahukah kau jika kuberi nama Justin? Sadarkah kau bahwa di setiap Kamis pagi semangat belajarku membumbung tinggi? Ah, apa pedulinya kamu. Maaf jika selama ini saya kelihatan mengganggu, cukup kau sadar bahwa ada yang sedang menunggu. Tenang saja, anganku terlalu rancap untuk kau telan buru-buru. 

Justin. Semoga kita didekatkan...

2 November 2013

Surat Datang di Bulan Oktober

Tepat seminggu yang lalu, saya dikagetkan dengan hadirnya sepucuk surat di kamar. Saat melihat nama pengirimnya, jujur saya senang. Adalah salah satu blogger yang tulisannya selalu meramaikan dasbor saya beberapa tahun terakhir ini. Surat tersebut merupakan surat balasan dari #SuratBulanJuli yang sempat saya kirim di bulan kelahirannya. 


Sama halnya si pengirim, saya pun terharu ketika membaca tulisan dari kenalan yang terikat secara emosi, meski belum pernah bertatap muka. Terlebih lagi, surat ini hadir di bulan Oktober, bulan kelahiran saya. 

Terima kasih, Juandha. Mengutip kalimatmu, semoga ada kesempatan untuk kita bertemu dan bersahabat di dunia nyata. Makasih juga untuk kado imutnya :')

20 Oktober 2013

Ketika Usia Menapaki Angka 20

15 Oktober 2013

1. Kusambut hari pagi dengan terlalu dini. Bukan. Bukan karena saya ada kuliah pagi. Melainkan gemuruh takbir dari corong masjid terdekat membuat tubuh lebih cepat beranjak dari biasanya. Selain itu, hari ini adalah hari yang istimewa. Pada tanggal dan bulan ini, hari kelahiran saya telah terulang sebanyak dua puluh kali. Meskipun bahagia, ada cemas yang menuntunku untuk segera menuntaskan hari ini.

Dalam perjalanan ke masjid, kutengok ponselku yang tak henti-hentinya berdering oleh nada notifikasi dari beberapa jejaring sosial. Serangkaian ucapan dan do'a dari merekaorang-orang terkasih, membuatku gagap didekap perasaan haru yang amat teramat sangat. 

Tiba di rumah, ucapan "selamat ulang tahun" kembali dilayangkan saudara dan keluarga. Sebagian dari mereka tak menyangka bahwa usia saya sudah sebanyak ini. Sudah setua ini.

Bertepatan dengan terdengarnya kumandang adzan maghrib, saya kedatangan beberapa tamu. Auliah, Yulia, Jihan, Ilha, Nita, Ipul, Tirta, Dayat, Ade, dan Wawan meramaikan kediamanku. Beberapa dari mereka adalah teman akrab di jurusan, kenalan baik dari fakultas ekonomi, dan sisanya mahasiswa kampus tetangga, haha. Entah bagaimana mereka mempersiapkannya, sekembalinya saya dari mengambil piring dan sebagainya, sepiring "buras/burasa" telah bertengger sempurna dengan lilin-lilin di atasnya. 

ciyan, kue ultahnya Nunuu :))

batua raya geger akibat suara tawa mereka -...-


2. Sepulangnya beberapa kawan tadi, rumah kembali sepi dan saya memutuskan untuk membalas beberapa ucapan di twitter hingga larut. Ah ya, ketika membuka dasbor blog, saya menemukan sebuah postingan dari seorang sahabat, saudara, sekaligus seseorang yang selama sebulan lebih ini membuat saya galau karena kesalahpahaman :p Hei, Cupsky.. saya nangis membaca tulisan INI x))

Akhirnya saya memberanikan diri untuk menyapanya di line. Dia membalasnya, dan suasana akrab kembali hadir di perbincangan kami. Tepat pukul 00.00, percakapan harus terhenti dikarenakan ada keperluan mendesak yang harus dia kerjakan.

16 Oktober 2013

3. Beberapa detik setelah membalas pesan terakhir Cupsky, Afifah menghubungi saya. Pasti ingin memberikan ucapan, pikirku.

"Nuu, bisa ka' minta tolong?," sambut Afifah dengan nada suara sedih.
"Iye, kenapa Pip?"
"Percaya ko, di Makassar ka' sekarang. Ada ka' di depan rumahmu." (Afifah mahasiswi UMY, dan setahu saya dia masih berada di Jogja)
"Astaga, kenapa bisa? Terus, mauko apa?" *masih bingung*
"Nuuuuuu, bukakanka' pagaaaar... mauka numpang pipiiiis," ucapnya semakin sedih.

Segeralah saya keluar rumah, dan... AFIFAH BENAR-BENAR ADA. Bukannya membuka pagar, saya malah meninggalkannya seorang diri di sana. Kemudian saya naik ke lantai atas, mengintip dari jendela, barangkali masih ada beberapa orang lagi yang tak terlihat. Setelah beberapa menit saya tinggal, hasilnya nihil. Afifah masih setia di depan, memasang tampang sedih, dan saya masih sangat sangat tidak mengerti.

Usai buang air kecil, dengan wajah polosnya Afifah menyapa saya. Lalu dari kejauhan, tampak Wantos dan Lhya membawa obor lilin besar sambil cekikikan. Naik motor bertiga, bertamu pukul dua belas malam, dan mereka masih bisa cekikikan T-T

datang, duduk, bajak status :"

Perlu kalian ketahui, selain bersama Cupsky, saya juga terlibat kesalahpahaman bersama mereka. Dan selama seharian penuh, saya memang tidak memperoleh ucapan apa-apa dari mereka. Makanya, Lhya sempat berucap, "ge-er ko pasti bakal dikasi ucapan sama kita, toh.... ." Duh.........

Album kumpulan lagu Banda Neira, dari Oxapisi (teman Cupsky di Semarang) :')


Benda di sebelah kiri pada gambar tersebut adalah sebuah "buku manis kumpulan tulisan dan gambar sejak tahun 2008" yang ditulis tangan oleh merekaAbdul Maghfir Zakir (Cupsky), Wahyu Wardianto S. (Wantos), Nur Awaliah (Lhya), Afifah Islamiyah (Afifah), dan Nur Aisa Pratiwi (Aiyy), sahabat-sahabat saya di organisasi Palang Merah SMA. Masih di lembar ketiga, rasanya saya sudah ingin menangis sejadi-jadinya. Tapi karena ulah dari ketiga tamu tak diundang ini, akhirnya saya jadi gagal-cedih :((

4. Sahabat saya yang bernama Amsky, (bisa dibaca di sini), akhirnya berkunjung ke rumah. Dia membawa banyak cerita usai mengikuti student exchange di negara Kangguru. Karena kepulangannya ternyata dipercepat, ia mengira jika tidak sempat memberikan ucapan. Maka ia menyiapkan gambar ini. 

aaaaak, Amskyyy :*

buku dan kartu ucapan UNYU! from Aussie

18 Oktober 2013

5. Seharian ini saya berseliweran di kampus mengurus berbagai macam keperluan. Mulai dari persuratan pelantikan salah satu organisasi, mid test Kalkulus Variasi, mempertanyakan masalah kehadiran di mata kuliah Optimasi karena bolos kuliah pengganti, dan rapat yang menguras banyak pikiran. Selama rapat, saya ditemani oleh Lhya dan Afifah yang kegirangan nongkrong di Sospol :)) Usai maghrib, kami meninggalkan kampus lalu bertemu Phye dan melampiaskan kepenatan. Saya tak menyangka, lagi-lagi saya dikejutkan dengan kedatangan sahabat-sahabat kelas XII jaman SMA yang hadir dengan membawa sekotak kue dan siluet ala-ala cindera mata PAS MANTAB :'3


Keong, teman sebangku selama dua tahun di SMA :*

Acik - Nunuu - Keong - Afifah - Phye - Lhya

Thankyouuu Acik Khatmi Ninda Keong *kecup*

19 Oktober 2013

6. Hari ini saya mengikuti acara pelantikan pengurus FLP di kampus sejak pagi. Saat acara selesai, saya menemui Riza dan Ainun untuk mengajak pulang bersama. Rupanya mereka berdua sudah ada janji katanya. Sebenarnya ini sangat aneh, mengingat Riza yang selama ini hanya mempunyai dua alasan jika ingin pulang cepat dari kampus, "mau nyuci atau ngajar" :D Ya sudah, saya memutuskan untuk pulang lebih awal. Sorenya, saya dibangunkan oleh Bapak, katanya "ada temanmu datang, LAGI". Oh, tidak. 

Auliah, Ainun, Riza, Nunuu, Nita, Ilha

Mereka berlima adalah sahabat-sahabat saya di kampus. Sebenarnya masih ada Ulfah dan Yulia, tapi entah, mungkin ada kesibukan lain. Oh ya, kue-enyak yang mereka bawa dibuat oleh si Riza MCI (Master Chef Indonesia)Dia sangat mahir dalam hal memasak, tapi ya gitudeh, anaknya agak lemot :v

cermin dan kartu ucapan yang zzz beudh -.-


Selamat Ulang Tahun, Nur Rahmah Makmur. Semoga keimanan, kebaikan, kesejahteraan, keselamatan, kesehatan, kesuksesan, kelengkapan harapan, serta kebahagiaan selalu menjagamu. Terima kasih untuk segala do'a, ucapan, serta berbagai bentuk pemberian yang kalian bubuhkan. Pada semesta raya aku pun meminta, kiranya kebahagiaan serta kesehatan juga dan selalu menyertai kalian. :')

24 September 2013

Ketika Kau Lupa

Kau akrab dengan lupa, entah sejak kapan. Kalian berteman baik, sama halnya ketika kita memutuskan untuk berbagi obrolan yang panjang. Berisik. Berbagai tajuk sering kita hadirkan, dari yang sangat sederhana hingga yang paling ruwet; mengenai masa depan, misalnya. Ah, itu kesukaanku. 

Ada yang bilang, teman baik tak banyak tanya. Namun, percakapan yang menggantungkan banyak tanda tanya selama ini akhirnya membantah pendapat tersebut. Aku gemar bertanya, dan kau tak bosan-bosannya menjawab. Karena teman baik akan selalu mengingatkan sekaligus mudah merasa bosan, maka jangan segan untuk mengingatkan jika kau bosan.

Kukira percakapan kita selama ini seharusnya lebih berat dibandingkan dengan ringannya kesalahpahaman. Tapi apa boleh buat, ini bukan pertama kalinya kau memaklumkan tingkah kekanak-kanakan seseorang yang selama ini menganggapmu lebih dari saudara. Anggap saja ini adalah proses baginya untuk terus berintrospeksi demi menyeimbangkan logika dan perasaannya.

Konon katanya, manusia ditakdirkan terjebak dalam dunia. Termasuk dengan ketidak berdayaannya ketika ditumpahkan berbagai prasangka. Tertipu oleh rutinitas, menjumpai kesibukan baru, dan cenderung memutuskan ikatan.

Kau akrab dengan lupa, entah sejak kapan. Tatkala kekecewaan menghampiri dan kau memilih untuk lupa, tenang saja. Akan ada kenangan yang mengingatkanmu bahwa sebelum lupa, kau berteman baik dengannya.

Makassar, 2013
yang tak henti-hentinya diliputi rasa sesal

Tahun Ketiga

Tahun ini adalah tahun ketiga di mana saya masih berstatus sebagai mahasiswa. Tak ada perubahan yang mencolok, cukup adik-adik tingkat yang semakin bertambah serta minimnya waktu meski itu hanya untuk berleyeh-leyeh di kelas. Pada pekan pertama dan kedua saya memulai rutinitas di kampus, saya sampai terkejut ketika menghadapi jadwal kuliah dan agenda rapat di berbagai tempat berbenturan. Tidak hanya itu, tugas berseliweran berbanding lurus dengan isi kepala yang juga awut-awutan.

Nah, di semester ini saya mengambil sebuah mata kuliah wajib yang bernama Pengantar Analisis Real. Dengar-dengar dari beberapa senior, mata kuliah tersebut merupakan mata kuliah yang paling sulit dimengerti oleh mahasiswa jurusan Matematika. Salah seorang senior yang lumayan pandai saja sampai berujar, "Mengapa kita harus belajar analisis real?". Entahlah, kak.

Untuk mata kuliah yang satu ini, saya sampai berunding bersama teman terdekat untuk menentukan kelas terbaik sekaligus mengompakkan teman-teman lainnya yang juga menjadi penghuni kelas kami. Pertemuan pertama berjalan dengan rumit namun tetap lancar. Di pertemuan selanjutnya, ketika sang ketua kelas memberikan absen, nama saya menghilang dan secara sepihak dipindahkan ke kelas lain. Dengan alasan agar setiap kelas berimbang jumlahnya, keluhan saya pada staf tata usaha tak dihiraukan. Saya tidak tahu apakah ini merupakan pengaplikasian dari materi permutasi apa tidak. Jika ya, oh malangnya diri ini.

Sebagai contohnya, soal Analisis Real yang biasa kami singkat dengan sebutan Aril, seperti berikut: Mengapa 1+1=2 merupakan sebuah pernyataan yang benar? Dan, soal tersebut harus dijawab dengan pembuktian, teorema, penyangkal, dan semacamnya. Bukan main. Kini saya tahu, mengapa Aril yang selalu diperbincangkan, mengapa Aril yang selalu dipermasalahkan, mengapa Aril...

Saya pernah membaca beberapa kutipan, dan favorit saya adalah kutipan dari M. Anis Matta,

Jika cinta adalah matematika
maka yang mencintai kita akan
mengalikan kebahagiaan sampai tak hingga
membagi kesedihan hingga tak berarti
menambah keyakinan hingga utuh
mengurang keraguan hingga habis...

Jika cinta adalah matematika, maka satu ditambah satu tidak hanya menghasilkan dua, melainkan tiga, empat, dan seterusnya.. heheu ~ Nunuu, anti Analisis Real


mahasiswa tahun ketiga.
Riza - Nunuu - Ainun - Nita

22 September 2013

Jarang Menulis

Hampir tiga pekan saya tidak mengunjungi blog ini. Berbagai kesibukan di kampus menjadi kendalanya. Perkuliahan, kepanitiaan, kepengurusan di beberapa organisasi, oh... sungguh tega merenggut waktu luang saya. Setiap hari saya selalu dihantui rasa bersalah karena seringkali mengabaikan kesempatan untuk menulis, apapun itu. Padahal, inspirasi datang dan pergi hanya dalam hitungan detik.

Ah ya, sebenarnya faktor lain mengapa saya jarang menyambangi blog ini dikarenakan notebook yang telah mendampingi saya selama empat tahun terakhir ini telah uzur dan tidak dapat digunakan lagi. Untung saja, beberapa data penting dan drama korea berhasil diselamatkan. 

terima kasih karena kau setia kudekap
tatkala sunyi mencercap
terima kasih karena kau membuatku mengungkap
segala hal yang tercekat

terima kasih
terima kasih


Sebab perpisahan adalah kepastian, dan kesibukan bukan sebuah alasan #nahloh

Makassar, 22 September 2013

5 September 2013

Selamat Berjuang, Amsky.

Namanya Rahmawati Nasir. Dia merupakan murid pindahan di kelas saya saat saya menginjak kelas 3 SD. Karena sebagian besar guru di sekolah memanggil saya Rahmah, maka sejak kedatangan Rahma, mereka agak kesusahan untuk membedakan nama saya dengan namanya. Saya masih ingat jelas ketika salah seorang guru harus memanggil saya Rahma 1 dan Rahma 2 untuk Rahma sendiri. Oh, betapa membingungkannya kami ini.

Beberapa bulan kemudian, secara kebetulan saya dan Rahma menempati tempat kursus yang sama. Tempat kursus tersebut menyediakan kursus sempoa dan Bahasa Inggris untuk anak seusia kami. Saya memilih untuk belajar sempoa sedangkan Rahma, entah dia mengambil keduanya atau hanya kursus Bahasa Inggris. Yang pasti, dia pernah menjadi perantara antara saya dengan teman kursus Bahasa Inggrisnya untuk saling berbalas surat cin*a #doh. 

saya dan Rahma saat perkemahan Sekolah Dasar

Bisa dikatakan saya dan Rahma tidak begitu dekat sejak awal kami bertemu. Bahkan itu berlanjut saat kami kembali dipertemukan di SMP yang sama. Kelas yang berbeda, organisasi yang berbeda, serta kesibukan yang berbeda membuat saya dan Rahma tidak banyak berinteraksi ketika berpapasan di sekolah. Setelah lulus SMP, Rahma melanjutkan pendidikan di salah satu Sekolah Kejuruan di Makassar. Setelah beberapa tahun tak mendengar kabarnya, akhirnya kami bersua di salah satu tempat bimbingan belajar. Dan oh, kami sekelas lagi. 

Hampir setahun saya dan Rahma berada di kelas yang sama dalam rangka mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional dan SNMPTN. Lambat laun, kami semakin akrab dan saling mengenal satu sama lain. Ketika kegiatan midnight tiba, layaknya simbiosis mutualisme yang menguntungkan dua jenis makhluk hidup, saya akan mengerjakan soal-soal Matematika dan Rahma mengambil bagian untuk soal-soal Bahasa Inggris. Setelah itu, kami akan bertukar jawaban masing-masing karena saya lemah di pelajaran Bahasa Inggris, begitu juga Rahma sebaliknya. 

kelas XII SMA. memakai baju persatuan dari tempat bimbel

Dari mulai membeli pin SNMPTN, mendaftar di beberapa kampus cadangan, bahkan gagal di tahapan test Sekolah Kedinasan, saya dan Rahma selalu barengan. Dan alangkah bahagianya kami ketika akhirnya kami lulus di jalur penerimaan yang sama, bahkan di kampus yang sama. Tidak hanya itu, kami berdua lulus di jurusan yang kami inginkan sejak sebelumnya kami memikirkan beberapa jurusan yang cocok saat di tempat bimbingan. Rahma di jurusan Ilmu Komunikasi, sedangkan saya jurusan Matematika. 

Karena jarak antara rumah saya dan rumah Rahma lumayan dekat, maka seringkali kami melakukan lari pagi sembari berbincang tentang apa saja. Ah ya, kami mempunyai nama panggilan khusus masing-masing. Saya memanggilnya Amsky, dan dia memanggil saya Cumsky :3 Jadi, saya melihat banyak perubahan pada diri Amsky sejak ia bergelut di jurusan Komunikasi. Dia tidak canggung lagi saat berada di keramaian, semakin supel, dan tentunya semakin update mengenai perkembangan informasi. Sejak dulu, Amsky selalu bercita-cita ingin studi ke luar negeri. Tak jarang dia mengungkapkan hal tersebut di sela-sela kami berbincang. Karena Amsky, saya akhirnya banyak tahu mengenai penulis-penulis luar. Mulai dari Mitch Albom, Chitra Banerjee Divakaruni, dan masih banyak lagi. Saya paling senang jika berkunjung ke toko buku bersama Amsky. Pendapatnya mengenai banyak buku selalu menambah wawasan saya sedikit demi sedikit. 

Amsky merupakan salah satu motivasi saya untuk terus membaca. Dia mengajarkan saya banyak hal mengenai buku. Dari memilah plastik pembungkus buku yang baik, cara membungkus buku yang rapi, hingga bagaimana ia menghemat agar dapat memperbanyak koleksi-koleksi bukunya. Dikarenakan sejak akhir semester kemarin Amsky sangat disibukkan dengan magang di salah satu kantor redaksi televisi lokal Makassar, kami pun jarang bertemu. Sampai akhirnya ia mengabari saya beberapa hari yang lalu bahwa ia lulus seleksi Student Exchange ke Australia dan berangkat tanggal 15 mendatang. Wooooooow, Amskyyyy :O

"Dulu kami tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukan masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. ... . Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar" - Ahmad Fuadi, Negeri 5 Menara

Selamat berjuang, Amsky. Impian lambat laun akan menjadi nyata, pada waktu yang tidak pernah kita sangka-sangka. :')


31 Agustus 2013

Karena Terburu-buru

Kau tahu, semua ini karena terburu-buru
akulah yang terburu-buru
tersinggung
berlalu dengan angkuh
meninggalkan tanpa ragu

Akulah yang terburu-buru
marah
berlindung pada tiang-tiang penyangga
mengunci desah tawa
hingga lelah

Akulah yang terburu-buru
menutup diri rapat-rapat
bersembunyi di balik petang
tersenyum indah penuh riang
sementara kegundahan kian datang

Maka di sinilah, aku terjaga
melayangkanmu beberapa sajak
sementara udara
mengawasimu yang kerap tabah
mengulang kecewa

Sebab kutahu
hari mendatang akan hujan
dan aku, tinggal kenangan

Sajak ini pun hadir dengan terburu-buru
sebongkah kata
yang akan menjadi sampah
sia-sia
semoga saja kau memahaminya

23 Agustus 2013

Berani Main Game Ini?

Pukul sebelas siang. Nada pemberitahuan dari mention yang bertubi-tubi membangunkanku. Baru jam segini, Maghfir sudah menyuruh saya dan beberapa kawan lainnya untuk berkumpul di rumahnya. Iya, katanya dia kelaparan dan minta dibuatkan makanan. Ada-ada saja. Segeralah kami bergegas menuju rumah Maghfir, Perumahan Dosen Unhas Tamalanrea.

Karena saya dan Wantos tiba lebih dulu, kami pun segera menuju dapur dan memasak nasi. Untuk urusan masak-memasak, memang Wantos jagonya. Sedangkan saya, duh..... payah. Maghfir saja sampai berujar, "hemdedeh, Nunuu. Cewe' bedeeee...." #jleb

Kebetulan, ada sekantong cumi-cumi beku di kulkas Maghfir. Bermodalkan pengetahuan dari iklan tepung bumbu instan, saya dan Wantos membuat Cumi Goreng Tepung ala dadakan. But yeah, hasilnya tidak begitu buruk dan lumayan nikmat. Selang beberapa menit kemudian, Lhya, Afifah, dan Kak Iyda tiba. Hampir sebulan saya tidak bertemu dengan Lhya, duh kangennya... Mereka bertiga pun menggantikan posisi saya dan Wantos di dapur dengan membuat bakso yang sebelumnya memakan waktu hampir setengah jam karena beradu pendapat memilih panci, ck. 

Afifah, Nunuu, Wantos, Lhya, Maghfir

Tatkala matahari mulai tenggelam, kami memutuskan untuk berpindah tempat menuju rumah makan lesehan, tidak begitu jauh dari rumah Maghfir. Ketika sedang menunggu pesanan makanan, Kak Iyda tiba-tiba memperlihatkan kami sebuah gambar yang ia temukan di salah satu jejaring sosialnya. Gambarnya seperti ini.


Lhya dan Maghfir bergumam hampir bersamaan, "ayok deh... ayoook". Bergiliran kami mengumpulkan handphone (tentunya setelah check-in #teteeup) di bagian tengah dengan posisi layar menghadap ke bawah. Nada dering demi nada dering mulai bersahut-sahutan. Kami hanya bisa saling bergantian menertawakan siapa saja yang handphone-nya sering berisik. 

Pada dasarnya, hampir setiap orang tidak bisa lepas dengan gadget atau handphone. Ketika sedang malas, ada waktu senggang, bahkan sibuk sekalipun kita mengecek handphone kita secara terus-terusan. Sehingga, terkadang jika kita berkumpul bersama teman-teman, masing-masing dari mereka akan sibuk dengan handphone-nya. Akibatnya, pembicaraan semakin minim, kurang berbaur, dan tentunya keakraban akan merenggang. 

Hampir empat jam kami bertahan untuk tidak menyentuh handphone. Beberapa panggilan dari salah seorang teman se-jurusan tidak saya gubris. Ringtone Line milik Wantos, nada Blackberry Massenger dari handphone Afifah, semuanya hanya bisa kami jawab dengan gelak tawa. Percayalah, permainan ini benar-benar menyenangkan. Kita bisa merasakan bagaimana kembali ke zaman di mana orang-orang belum berurusan dengan gadget. Dan yang terpenting, keterikatan kita bersama orang-orang terdekat akan semakin erat.


So, wanna try it? :')


Makassar, 21 Agustus 2013

KRS Oh KRS

KRS merupakan singkatan dari Kartu Rencana Studi yang berupa kartu berisi daftar mata kuliah yang akan diambil oleh setiap mahasiswa dalam satu semester. Pengurusan KRS di kampus saya memang cukup rumit. Sebelum memilah mata kuliah, kami diharapkan berkonsultasi kepada dosen Pembimbing Akademik (PA) terlebih dahulu agar mudah untuk menentukannya. Setelah itu kami dibebani dengan berbagai pilihan kelas yang akan kami masuki. Ditambah lagi waktu yang kami gunakan untuk berburu dosen PA. Berbasa-basi sedikit, meminta persetujuannya, dan akhirnya KRS dikumpul. Kemudian setelah itu teman-teman di kampus malah memutuskan untuk pindah kelas. Huuuuuuft.

Senin kemarin, saya dibuat terlunta-lunta di jurusan karena KRS. Tiba di kampus pukul sepuluh pagi, mendapati teman-teman yang memasang tampang sedih di koridor akibat galau menentukan mata kuliah, memeluk satu-satu teman terdekat, kemudian dengan santainya menuju Ruang Diskusi Analisis, ruangan PA saya. Setelah melihat keberadaan saya, Pak Loeky segera menggeser kursinya dan mempersilakan saya masuk. 

Pak Loeky salah satu dosen tersabar yang pernah saya temui. Dia selalu sabar ketika menghadapi kelas yang begitu gaduh, sabar ketika kami lupa mengerjakan tugas, dan sabar jika kami tidak mengerti dengan penjelasannya ._. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan saya, Pak Loeky pun menawarkan saya untuk mengambil mata kuliah di semester tujuh. "Pak, di semester tiga saja otak saya sering kusut, bagaimana mau ambil semester tujuh?" batin saya. 

Cukup lama saya bertanya ini-itu kepada Pak Loeky. Curhat colongan juga tak lupa saya haturkan.
"Bagusnya ambil Matematika Biologi saja untuk semester ini"
"Duh, Pak. Saya kurang pintar di Biologi..."
"Matematika Terapan juga bagus..."
"Hehe, tidak bisaka' kayaknya Pak"
"Ekstra Kurikuler juga enak, bisa ambil mata kuliah dari fakultas lain"
"Ngngng, jangan mih juga itu deh Pak..."
*kemudian diusir*

Enam mata kuliah telah saya centang di portal. Tak lupa saya memamerkannya kepada teman-teman terdekat, seolah-olah hanya saya yang sukses bertemu dengan dosen PA #haks. Setelah dilihat dengan seksama, rupanya tidak seorang pun dari mereka yang memilih sebuah mata kuliah yang saya ambil di semester tujuh. Sedangkan selembar hasil print out KRS telah berada di genggaman saya, okesyip. Setelah menimbang, mengingat, dan memutuskan dengan waktu yang tidak singkat, juga setelah mencetak KRS entah untuk yang keberapa kalinya (iya, nama file KRS terakhir di flashdisk saya "KRS Nunuu Fix Fix Sekaliyya"), akhirnya "KRS sementara" selesai juga. 

Beberapa saat setelah itu, saya harus mondar-mandir Jurusan-Ruangan Pak Loeky lagi untuk meminta sedekah berupa 1 SKS karena IP saya yang sangat mengenaskan di semester lalu. Pak Loeky ini memang benar-benar sabar. Meskipun kehadiran saya sebenarnya membuat dia terusik karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya, dia masih bisa tersenyum dan bersikap ramah kepada saya. 
"Jadi, apa yang harus saya lakukan supaya SKSmu bertambah?"
"Kalau bisa ditulis pernyataan di KRS sementara saya, Pak"
Pak Loeky kemudian menulis, "Tolong tambahkan 1 SKS untuk Nur Rahmah Makmur agar menjadi 21 SKS." Tahan tawa saya membacanya. 

***

Portal Akademik saya telah membaik. Berkat Pak Sutamin, saya bisa menambahkan satu mata kuliah lagi. Bersama Auliah, Riza, Ainun, Nita, Asdar, Ade, Wawan, dan Frederix, kami berembuk memilih kelas yang sama sesuai dengan mata kuliah yang telah kami ambil sebelumnya. Oh, mereka masih sempat-sempatnya mengerjai saya. Dengan sengaja mereka memilih kelas A untuk mata kuliah Analisis Riil, setelah itu pindah secara berjamaah ke kelas C. Sementara saya, lagi-lagi KRS saya telah dicetak rapi dan masih menempati kelas A, errghhh...

Saya termasuk beruntung dibandingkan mereka, teman-teman yang belum sempat bertemu dengan dosen PAnya. Bahkan Ade, teman saya yang mengutuk dirinya sebagai "anak PA tena dijampangi", mengikut saja untuk mengambil mata kuliah yang kebanyakan diambil oleh teman-teman lainnya. Di samping itu, KRS saya akhirnyaaaaaah rampung. Saatnya meminta tanda tangan dari dosen PA. Tapi, ada yang terlupa ...........

mekanisme untuk tanda tangan seharusnya dimulai dari saya -_-

Tadi pagi, saya mendapat kabar bahwa ada perubahan jadwal pada portal. Ya, dua mata kuliah saya jadwalnya bertabrakan. Atas saran dari beberapa teman, saya harus menggantinya dengan mata kuliah lain agar tidak bentrok. Duuuuuuh :((

Pak Loeky, sepertinya saya akan merepotkanmu lagi.........

16 Agustus 2013

Anti Durian

Memang benar jika ada yang mengatakan bahwa durian adalah buah yang kontroversial. Dari sekian banyak orang yang menyukainya, banyak juga yang muak akan aromanya yang begitu menyengat. Saya termasuk golongan orang-orang yang sangat tidak menyukai durian.

Ketika saya masih balita, saya menaiki bus di mana salah seorang penumpangnya membawa durian yang begitu banyak. Bayangkan saja bagaimana tersiksanya kami sebagai penumpang karena tak kuat menahan aroma durian yang sudah menguar ke seluruh penjuru bus. Ditambah lagi udara yang begitu panas dan pengap, suasana pun semakin riuh akibat keluhan dari setiap penumpang. Alhasil, sepanjang perjalanan saya mabuk berat. 

Semenjak kejadian tersebut, saya sangat anti dengan bau durian. Menghirup aromanya sedikit saja membuat kepala saya pening bahkan ingin muntah. Ya, sama halnya ketika mencium bau mobil angkutan antar daerah. Terkadang, jika ada orang yang menyebut kata "panther" saja, perasaan saya menjadi tidak enak. Duh, malah bahas panther ._. *kemudian muntah*

yags -.-

Saya pernah mencicipi durian itu pun setelah dipaksa-paksa oleh sahabat saya, Ainun dan Anti. Waktu itu kami hanya bertiga di rumahnya Anti, sedang melepas rindu setelah satu semester tidak bertemu dengannya. Karena banyak durian dan mereka berdua doyan durian, ya sudahlah saya mendekat saja menyaksikan mereka menikmati buah itu. Dan karena mereka usil, mereka meletakkan seonggok-benda-lembek tersebut di telapak tangan saya. Saya mencoba mencicipinya (tentunya sambil menutup hidung), mengemutnya perlahan, kemudian menjadi bingung dengan rasanya. Entahlah, rasanya aneh tak terhingga dan tak terdefinisi, halah.

Terkadang saya juga menjadi korban keusilan Auliah, sahabat saya di kampus. Jika musim durian telah tiba, dia tiba-tiba memberikan saya tumpangan di motornya dan setelah itu sengaja melewati kios-kios pedagang durian sambil memperlambat kecepatan agar saya bisa berpapasan dengan buah-buah tersebut. Huh. 

Beberapa minggu yang lalu, bersama teman-teman genk (Lhya, Afifah, Kak Iyda, Cupsky, Wantos), kami bermaksud ingin menonton film "The Conjuring" setelah sebelumnya menghadiri acara buka puasa bersama. Karena kehabisan tiket dan kelaparan, akhirnya kami memutuskan untuk makan lagi di salah satu rumah makan sekitaran pantai. Berkumpul dengan mereka yang notabene adalah makhluk-makhluk yang tidak bisa diam, untuk memesan makan dan minum saja butuh waktu yang sangat lama karena kebanyakan komentar. Tak lama, menu makanan yang kami pesan akhirnya satu persatu berdatangan. Komentar juga mulai berdatangan. "Eh, kenapa begini bentuknya bakso ikan?" "Astaga, belumpa' makan sakitmi sariawanku" "Bisaja' habisi ini kah?" zzzz -_____-

Beberapa menit setelahnya, kami pun disuguhi minuman yang telah kami pesan sebelumnya. Cupsky memesan jus terong belanda yang sangat tidak mainstream, dan kami semua bergiliran mencobanya. Sedangkan Afifah memesan jus tomat yang terlihat pucat dari luar, lalu kami pun secara bergiliran mengendusnya. Oh ya, masih saja meja kami dipenuhi dengan komentar. Tak lama setelah itu, jus sirsak saya datang. Saya gembira menyambutnya. Mengambil ancang-ancang untuk meminumnya, tetapi ada aroma aneh yang membatalkan niat saya. "Cup, jus terongmu bau durian ya?," sambil mengambil tisu untuk menutup hidung. "Dari gelasmu kayaknya, Nuu," ucap Wantos sok tahu. Lalu saya mendekatkan gelas jus sirsak tadi ke hidung saya, dan...... "JUS DURIAAAAN, HUAAAAAH."

*nemu dari google*

Postingan ini diketik sembari merindukan Lhya, Afifah, Kak Iyda, Cupsky, dan Wantos. Tapi tidak sedang rindu dengan durian.

Makassar, 16 Agustus 2013

14 Agustus 2013

Ketika Salah Kostum

Beberapa hari yang lalu, Hilda, sahabat saya sejak SMA yang baru beberapa minggu ini menginjakkan kaki di Kota Makassar, mengajak saya dan beberapa kawan lainnya untuk menghadiri acara syukuran di rumah barunya. Hilda melanjutkan kuliahnya di Unpad, Bandung. Jadi, saya hanya bertemu Hilda ketika libur semester telah tiba.

Karena acara syukurannya dilaksanakan setelah dhuhur, maka saya sempatkan saja ke kampus terlebih dahulu untuk membayar SPP sekaligus menemui dosen PA (Pembimbing Akademik). Setelah semua urusan tidak rampung, saya pun menghubungi Acik, sahabat saya juga. Sambil menentukan tempat dan pukul berapa kami akan berkumpul terlebih dahulu, Acik juga mengirimi saya pesan untuk memakai dress. Katanya, Ninda dan Khatmi (sahabat saya lainnya) juga akan mengenakan dress ke acara tersebut. Saya pun bertanya, "Cik, sebenarnya ini acara apa? Saya tidak salah terima undangan, kan?". "Haha, tidak kok nuu. Cuma Ninda dan Khatmi nya saja yang lagi pengen pake dress". Jleb. Saya pun panik. Bagaimana tidak, saya masih sibuk berkelana di kampus, hanya mengenakan kaos dan cardigan, sedangkan jarak antara kampus dan tempat kami untuk berkumpul lumayan jauh. Ya sudahlah, akhirnya saya menyuruh Acik untuk mengenakan kaos juga :))

Saat tiba di rumah Khatmi, saya begitu terkejut ketika melihat Acik dan Khatmi yang sudah sangat rapi. Acik meminta maaf karena membatalkan niatnya untuk menemani saya memakai kaos, katanya dia dipaksa untuk mengenakan pakaian-cetarrr-membahana juga. Duh.... mereka benar-benar membuat saya merasa ingin pulang saja *nangis*. Setelah berpamitan dan bersalam-salaman dengan orang tua Khatmi, kami pun berangkat menuju rumah Ninda. Hiaaaaat, yang benar saja, Ninda menyambut kami dengan busana ala-ala kondangan berwarna kuning dan jingga yang membuat kami bertiga kompak tertawa. 

Selama di perjalanan, ternyata mereka juga panik membayangkan bagaimana suasana syukuran di kediaman Hilda. Apakah acaranya ramai, atau justru tidak ada kerabat yang diundang sama sekali. Karena alamat rumah Hilda sangat jauh dan memusingkan, akhirnya kami tiba setelah Hilda menjemput kami di depan jalan. Dan, apa yang membuat saya sangat bersemangat saat melihat suasana rumah Hilda dari kejauhan? Yap, tamu-tamunya sudah banyak yang pulang sehingga saya tidak perlu terlalu sungkan untuk melangkah masuk ke dalam rumah. Lalu, apa yang membuat ketiga sahabat saya ini begitu ragu-ragu dan pesimis menuju rumah Hilda? Seperti dugaan saya sebelumnya, hampir semua tamu di rumah Hilda hanya mengenakan busana kasual, hakhakhak.

"Dear Zaskia Adya Mecca, Fatin Shidqia Lubis, dan Nuri Maulida, Adiba Khanza masuk duluan yaaah.....*peluk Ninda, Khatmi, dan Acik*

(ki-ka) Hilda, Ninda, Nunuu, Khatmi, Acik

bersama Zaskia A. Mecca, Nuri Maulida, dan Fatin Shidqia -__-

9 Agustus 2013

Lebaran Tahun Ini

Tak terasa, sebulan penuh kita berpuasa melawan lapar dahaga serta segala cobaan. Kini, gema takbir bersemilir di angkasa, semesta gembira menyambut hari raya, serta pintu maaf hadir sebagai pelebur dosa. Dua tahun terakhir selama ramadhan ini, saya menikmati sahur hingga berbuka puasa serta menunaikan shalat Ied hanya bertiga bersama kedua orang tua. Ketiga kakak saya telah berkeluarga, sehingga hari-hari saya lalui sebagai anak kesayangan sekaligus tumbal omelan #becanda. 

Wajar saja saya selalu kena marah. Di bulan puasa yang seharusnya menjadi momen untuk berkumpul bersama keluarga, saya malah sering keluar rumah hingga larut guna menghadiri berbagai ajakan buka puasa bersama dari teman. Ditambah lagi dengan kasus jam tidur saya yang benar-benar tidak normal, setiap harinya ibu saya hanya bisa mengurut dada melihat tingkah laku anak perempuannya yang mirip kelelawar (tidur di siang hari, mencari makan di malam hari -_-).

Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, saya dan keluarga tidak bisa berlebaran di kampung halaman, Kabupaten Watansoppeng. Mungkin minggu depan kami baru sempat untuk berkunjung kesana. Susahnya mengompakkan waktu luang kakak-kakak saya salah satu kendalanya. Sedangkan saya, libur atau sibuk tidaknya saya tidak pernah dipertimbangkan, hiks #SaveAnakBungsu.

Kemarin, setelah melaksanakan ibadah shalat Ied di masjid, kakak pertama saya dan suaminya datang ke rumah. Beberapa menit setelahnya, kakak kedua saya bersama suami dan kedua anaknya juga turut meramaikan suasana rumah yang sebelumnya cukup hening. Keponakan kedua saya yang berumur empat tahun, Azzam, memang menjadi pusat segala perhatian tercurah dikarenakan celotehannya. Dengan polosnya dia mencetuskan dirinya sebagai pria dewasa hanya karena kini dia memakai *maaf pakaian dalam berwarna gelap serta sudah pernah terkena air hujan (jangan tanyakan mengapa). Setelah itu, suasana semakin ramai setelah kami bertemu istri, anak, serta keluarga dari istri kakak saya yang ketiga. Sayangnya, kakak saya yang bernama Wawan itu tidak hadir, dia masih berada di Malino huhu. Dan tidak seperti keluarga-keluarga lainnya yang mengabadikan momen lebaran dengan berfoto bersama, saya dan keluarga jarang melakukannya. Mungkin karena semua saudara saya sudah dewasa dan agak jaim, sehingga tidak ada yang berinisiatif untuk itu.

Jika ada perilaku atau tingkah yang menoreh luka, mohon dimaafkan dengan segala keikhlasan. Minal aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin :') - Nur Rahmah Makmur dan keluarga

huehehe~

4 Agustus 2013

Merindukan Lhya

Delapan tahun yang lalu, saya dan Lhya bertemu di sebuah organisasi kepalangmerahan sekolah. Saking akrabnya, kami berdua sepakat untuk melanjutkan pendidikan di SMA yang sama, tentunya dengan kembali bergabung di dalam organisasi kepalangmerahan di sekolah tersebut. Syukurlah, harapan kami untuk diterima sebagai siswa di sekolah yang sama benar-benar terwujud. Selain itu, saya dan Lhya juga disambut dengan baik oleh beberapa kakak kelas yang sebelumnya telah mengenal kami di organisasi palang merah. Selama enam tahun saya dan Lhya tidak pernah ditakdirkan untuk mengikuti proses belajar di dalam ruangan yang sama (re: sekelas), namun hubungan pertemanan kami melebihi dari itu. Karena organisasi pada hakikatnya adalah sebuah keluarga, maka dari itulah keterikatan diantara kami cukup kuat.

Jika bertemu Lhya, rasanya berat untuk berpisah. Topik pembicaraan yang kami hadirkan selalu beragam. Dari yang paling serius, sampai hal-hal yang sangat konyol. Tak jarang kami juga menciptakan istilah atau nama-nama samaran yang kami rahasiakan saat berbincang di keramaian. Lhya sangat bersemangat dalam melakukan apapun, terutama saat berbicara. Saking semangatnya, saya sering tidak paham dengan apa yang dia ucapkan. 

saat dihukum oleh guru BK karena terlambat 

Ketika saya berulang tahun, Lhya selalu hadir sebagai orang pertama yang memberikan saya ucapan dengan pesan berlembar-lembar. Selain itu, hanya dengan Lhya saya mampu menghabiskan waktu berjam-jam lamanya untuk ngobrol di telepon rumah, YM-an hingga larut, serta webcame-an saat ramadhan tiba. 


Selama liburan semester ini, saya sering bertemu Lhya. Bahkan, selama dua hari saya menginap di rumahnya. Menghabiskan waktu di malam hari dengan menonton video klip boyband korea sambil ngemil hingga waktu sahur tiba, dilanjut dengan menonton film, sesekali bercanda sambil merencanakan kegiatan yang akan kami lakukan di pagi hari. Seketika semuanya buyar karena kami ketiduran. 

Kemarin malam, saya memutuskan untuk tidur lebih awal. Sedangkan Lhya sedang asyik mengunduh beberapa video reality show korea yang katanya akan dia tonton saat tiba di kampung halamannya. Beberapa saat setelah itu saya mendengar dia sedang cekikikan sambil menempelkan telepon genggamnya di wajah saya. Saya terbangun dan kebingungan. Masih sambil tertawa, dia menjelaskan bahwa selama saya tidur, saya mengigau sambil menyebut-nyebut nama Laura Basuki dan beberapa tokoh dari serial drama Princess Hours. Hm, rupanya dia berniat untuk merekamnya.

***

Tadi pagi, Lhya memberi kabar kalau dia telah tiba di Palopo. Dia ingin berlebaran disana katanya. Tiba-tiba saja saya sangat rindu padanya. Apalagi pesannya tiba ketika saya sedang menyaksikan episode terakhir dari Princess Hours. Iya, Princess Hours merupakan serial drama favorit kami berdua. Seketika wajah ini kuyup dengan air mata. Saya terenyuh ketika melihat adegan Shin Chae-Gyeoung berlari mengejar mobil yang membawa Shin Goon untuk disomasi. Di sisi lain, saya juga sangat merindukan Lhya. Setiap menonton atau mendengarkan soundtrack dari drama korea, saya pasti teringat Lhya. Itu disebabkan karena kami berdua mulai tergila-gila dengan drama korea ketika umur kami hampir menginjak angka dua puluh. Ya, anggap saja kami telat alay.....................

Lhya itings, cepat pulang. Bogoshipeo ~~~

- 03 Agustus 2013
sayup-sayup terdengar Perhaps Love (Sarang In Ga Yo) 

26 Juli 2013

Padahal Letakku Dekat Saja...






Selamat hari puisi, kak Fiqah. Sahurnya nikmat sekali... :')


26 Juli 2013 - dini hari

Kepikiran

"Tidak ada persahabatan yang sempurna di dunia ini. Yang ada hanya orang-orang yang berusaha sebisa mungkin untuk mempertahankannya" - Winnda Efendi

Toh, hubungan persahabatan juga terbentuk dari individu-individu yang tidak sempurna. Masing-masing dari kita mempunyai tujuan dan kepentingan tersendiri. Lalu, apakah mereka ditakdirkan hanya untuk menjadi pelengkap kita dalam menjalani kehidupan? 

23 Juli 2013

#SuratBulanJuli

Hari ini, salah seorang blogger yang selama ini tulisan-tulisannya rutin menghiasi dasborku berulang tahun. Juandha namanya. Beberapa minggu yang lalu, dia membuat sebuah postingan dimana isinya berupa tantangan kepada siapa saja untuk mengiriminya surat di bulan Juli. Iya, katanya untuk menenangkan dia yang sedang panik dalam menyambut usia ke dua puluh satu. Hm, seru juga, pikirku. Akhirnya, kuputuskan untuk mengikuti tantangan tersebut.

Kemarin siang, saya bermaksud menuliskan sebuah surat yang sederhana saja. Cukup dengan beberapa kalimat ucapan selamat dan do'a. Namun entah kenapa penjelasan saya malah ngelantur kemana-mana. Selembar kertas saja ternyata tidak cukup. Dan setelah dua semester tidak dibebani dengan laporan Fisdas, tulisan tangan saya ternyata semakin tidak karuan bentuknya. Tapi surat saya akhirnya selesai juga, fiuh. Yaaah, semoga ia tiba tepat waktu di tempat tujuan.



Selamat ulang tahun, Juandha yang lahir di bulan Juli. Dan selamat membalas surat-surat yang berdatangan di bulan Juli :')