Tidak seperti biasanya, hari ini saya berniat rajin. Kamar yang berbulan-bulan tidak pernah dibersihkan oleh si empunya (yang ceritanya sibuk), selalu menjadi penyebab saya dimarahi Ibu. Alhasil saya memutuskan untuk tidak bepergian kemana pun, dan dengan terpaksa tulus berbenah kamar.
Semenjak saya kewalahan dengan segala rutinitas, saya jarang tidur di kamar. Seharian di luar, pulang, melempar pakaian di sebarang tempat, dan terlelap di depan TV. Tak usah ditanyakan bagaimana repotnya saya ketika akan bergegas ke kampus. Telat bangun, bingung membedakan antara pakaian bersih dan kotor sebab semuanya bercampur, bolak-balik menjumpai cermin setiap kamar hanya untuk memastikan tingkat kerapian jilbab, dan terakhir; kaos kaki hilang sebelah. Bahkan beberapa hari yang lalu saya terpaksa meminjam kaos kaki Riza dikarenakan hal serupa.
Tatkala beberes tadi, saya menemukan ransel hitam di belakang pintu ditemplok banyak debu. Ransel tersebut jarang saya pakai, hanya ketika akan bepergian jauh dan memerlukan banyak pakaian. Saat membukanya, saya terheran-heran melihat banyak pakaian dan barang di dalamnya. Astaga. Terakhir kali saya kenakan, bulan lalu; sepulang dari Bulukumba.
*
Ini merupakan kedua kalinya saya bertandang ke Bulukumba. Tiga tahun yang lalu, bersama sepuluh orang teman, saya melakukan penelitian untuk mata kuliah WSBM di sana. Hm, Bulukumba memang terkenal dengan pantainya yang indah. Tidak jarang beberapa tempat wisata Bulukumba banyak dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun asing.
Di sela-sela riuhnya perkuliahan, dari jauh-jauh hari saya dan beberapa sobat kampus berencana untuk melepas penat dengan bersama-sama ke Bulukumba. Kebetulan ada rumah Aidil di sana. Usai mengikuti kuliah Analisis Riil pada hari Jumat, segeralah kami berangkat dengan mengendarai motor. Bersama Ainun, Nita, Riza, Ilha, Aidil, Akra, Asdar, Afhy, dan Wawan, kami melakukan perjalanan ketika hari mulai gelap. Dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam dikarenakan letak rumah Aidil yang sangaaaaat jauh, keluhan demi keluhan pun mengudara saat kami tiba hingga kami tertidur pulas.
Esok harinya, kami menyempatkan diri untuk berjalan-jalan di sekitar sebelum mengunjungi beberapa tempat wisata di sana. Whoaaaa...
Berpetualang ke Bulukumba tentu tidak afdal jika tidak mengunjungi Pantai Tanjung Bira, pantai dengan sejuta pesona alam. Karena cuaca masih terik, sesampainya di sana kami melancong ke Pulau Liukang dengan menyewa kapal + banana boat. Pada Pulau Liukang, terdapat pusat penangkaran penyu terapung dan pembibitan teripang. Tapi, kami lebih memilih untuk menyantap bekal makan siang yang dibuat oleh Ibu Aidil ketimbang menyelam untuk melihat penyu.
Sekembalinya kami ke Bira, di tengah perjalanan saya mengalami sedikit kecelakaan. Hmm, apa masih bisa dikatakan sedikit jika sudah tenggelam? Iya, tenggelam :(( Tak perlulah saya paparkan bahwa di tengah perjalanan Liukang-Bira yang berjarak sepuluh menit, saya kecemplung di tengah laut, memakai baju pelampung yang kondisinya tidak begitu erat, dengan kapal yang ditumpangi teman-teman yang tetap melaju, tidak menyadari kemalangan saya. Ah, membayangkannya saja membuat saya kembali bergidik ngeri.
Masih dengan suasana pasca jatuhnya saya dari banana boat, rupanya saya belum jera menyambangi laut. Usai dari Bira, kami ke Pantai Bara. Pantai Bara belum setenar Bira sebab jarak yang lumayan jauh membuat pantai ini jarang didatangi pengunjung. Tapi, bagi kalian yang menyukai ketenangan, Pantai Bara merupakan tempat yang cocok. Menjelang sore, kami bersiap-siap untuk kembali ke rumah, tak lupa mampir dan berfoto-foto cantik di Kebun Karet.
Saya pernah membaca buku dari seorang travel writer, Agustinus Wibowo. Kutipannya seperti ini: "Ada orang yang pergi ke ratusan negara, sampai sudah tak ingat lagi mana-mana saja yang pernah didatangi, selain bukti foto-foto dan cap di paspor yang menjadi piala kebanggaan. Juga ada orang, yang berjalan perlahan-lahan, mendalami negeri-negeri, menyelami manusia, menganalisa sejarah, mempelajari budaya, dan mencatat setiap cerita." - Titik Nol
Di sela-sela riuhnya perkuliahan, dari jauh-jauh hari saya dan beberapa sobat kampus berencana untuk melepas penat dengan bersama-sama ke Bulukumba. Kebetulan ada rumah Aidil di sana. Usai mengikuti kuliah Analisis Riil pada hari Jumat, segeralah kami berangkat dengan mengendarai motor. Bersama Ainun, Nita, Riza, Ilha, Aidil, Akra, Asdar, Afhy, dan Wawan, kami melakukan perjalanan ketika hari mulai gelap. Dengan jarak tempuh sekitar 5-6 jam dikarenakan letak rumah Aidil yang sangaaaaat jauh, keluhan demi keluhan pun mengudara saat kami tiba hingga kami tertidur pulas.
CABS YUK!!
(Aidil - Wawan - Ainun - Nunuu - Ilha - Akra)
@ Monumen Balangtaroang Bertani
Berpetualang ke Bulukumba tentu tidak afdal jika tidak mengunjungi Pantai Tanjung Bira, pantai dengan sejuta pesona alam. Karena cuaca masih terik, sesampainya di sana kami melancong ke Pulau Liukang dengan menyewa kapal + banana boat. Pada Pulau Liukang, terdapat pusat penangkaran penyu terapung dan pembibitan teripang. Tapi, kami lebih memilih untuk menyantap bekal makan siang yang dibuat oleh Ibu Aidil ketimbang menyelam untuk melihat penyu.
Yeaaaay
(kiri-kanan) Ilha - Nunuu - Nita - Riza - Ainun - Akra - Aidil - Asdar - Wawan
Sebelum......... T^T
duh! #IYKWIM
Selamat berakhir pekan!!
2 komentar:
tulisannya menarik.. mohon izin copas ke http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/, trims....
http://kabupatenbulukumba.blogspot.com/2014/04/berkunjung-ke-bulukumba-lagi.html
Posting Komentar