KKN? Apa sih KKN itu? Buat yang belum tahu, KKN yang merupakan singkatan dari Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu kewajiban yang diikuti oleh setiap mahasiswa perguruan tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat selama dua bulan penuh (kalau di kampus saya) dengan membuat beberapa program kerja guna membangun dan memajukan suatu desa. Ok, here's my story...
Pertengahan Mei hingga awal Juni adalah masa-masa ribetnya saya mengurus KKN. Mulai dari pendaftaran, pembekalan, pendaftaran KKN Tematik, seleksi KKN Tematik, hingga akhirnya saya tidak lolos dan diarahkan untuk mengikuti KKN reguler seperti mahasiswa pada umumnya. Setiap memikirkan KKN, saya selalu bertanya-tanya, mampukah saya jauh dari orang tua? Mampukah saya hidup di desa orang dengan kemampuan masak yang ala kadarnya? Mampukah saya menjalani hari tanpa update di jejaring sosial? Lha...
Pada awalnya, jadwal pemberangkatan KKN ditetapkan pada akhir Juni. Namun karena masalah Pemilu dan lain hal, maka diundurlah keberangkatan kita hingga tanggal 10 Juli. Lantas, persediaan cemilan yang telah saya siapkan dari jauh-jauh hari malah ludes dalam beberapa hari hanya karena penundaan keberangkatan, hiks.
Mendekati hari keberangkatan, tentunya saya meluangkan waktu untuk bertemu dengan mereka, sahabat-sahabat kesayangan cabang mana saja. Hihihi.
Amsky: teman SD, teman SMP, teman bimbel, teman jogging, teman ke Gramedia, teman....
(Nunu Muhlis - Nunu Anis - Nunu Ama)
Genk Nunu saat SMP
(Popi.Hilda.Khatmi.Keong.Acik.Ninda.Nunuu)
mulai bersahabat ketika masa SMA akan berakhir
Afifah - Nunuu - Lhya
dua orang paling kosong dan ajak-able di jagad raya
*gambar ini diambil saat mereka "menculik" saya di malam sebelum keberangkatan T...T
Barongsss: kelompok belajar di kampus, kelompok kuliner-an, kelompok cabe-cabean
**
Tibalah hari di mana pengumuman lokasi diumumkan. Saya ditempatkan di Incheon, Korea Kecamatan Libureng, Bone. Dan ternyata saya tidak sendiri di kecamatan itu, ada Nita dan Wawan juga, salah dua member barongs pada gambar di atas. Pada tanggal 11, hari kedua keberangkatan, saya diantar oleh Mama dan Bapak ke kampus, tak lupa berpamitan dengan kakak-kakak dan ponakan saat di rumah. Ya, ini merupakan pertama kalinya saya jauh dari keluarga, terutama orang tua. Ada rasa sedih karena harus mandiri di tempat orang, pun rasa penasaran karena akan berpuasa dengan lingkungan dan suasana yang baru.
Sungguh. Momen di mana bus yang saya tumpangi pelan-pelan melaju meninggalkan lapangan PKM, di saat itu pulalah saya melihat ibu saya menitikkan air mata sembari melambaikan tangan. Huhu. Setelah melewati perjalanan kurang lebih empat sampai lima jam, akhirnya saya tiba di Kantor Camat Libureng dan diadakan penyambutan mahasiswa KKN untuk kecamatan tersebut.
Sebenarnya, pada malam sebelum keberangkatan, saya menerima pesan yang berisi nama desa di mana saya ditempatkan; yakni desa Mario, yang alangkah kagetnya saya saat mengetahui bahwa saya dengan Nita berada di desa yang sama, yang berarti kami seposko. Namun, ketika acara penyambutan berakhir, supervisor mengabsen nama-nama kami dan.... nama saya berada di desa Ponre-ponre. Akhirnya saya menemui supervisor dengan membawa bukti sms dari koordinator kecamatan yang mengatakan bahwa saya di Desa Mario. Dengan pertimbangan bahwa saya dan Nita se-jurusan dan kuota pada setiap posko terbatas, maka saya pun dengan tabah harus berpisah dengan Nita. Namun, kemalangan saya tidak hanya sampai disitu. Sesaat setelah saya berhasil menemui koordinator dari desa Ponre-ponre, seseorang memohon-mohon kepada saya agar saya bersedia ditukar dengan temannya dari desa lain. Ya sudah, saya kembali berurusan dengan supervisor dan ditempatkan di desa Tappale.
Dengan menaiki mobil pick up, saya diangkut menuju desa Tappale bersama lima orang lainnya. Saat di perjalanan, saya memberanikan diri untuk menanyai nama dan asal jurusan mereka. Dan wow, tidak hanya jurusan, fakultas bahkan asal daerah kami pun berbeda. Tiba di desa Tappale, rupanya kami ditempatkan di rumah kosong, tidak begitu jauh dari rumah Pak Kades. Ya, rumah kosong. Bukannya beristirahat karena lelah usai perjalanan jauh, kami malah menghabiskan sore dengan membersihkan rumah tersebut.
Ah, ya. Saya bersyukur mendapatkan teman-teman posko yang tidak hanya baik dan unik, tapi mereka juga hobi menonton drama Korea seperti saya, ngahaha. Alhasil, waktu senggang di posko selalu kami gunakan dengan menonton drama atau film bersama. Kelima orang ini bernama: Bayo (Teknik Geologi), Kezia (Ilmu Hukum), Try (Ilmu Ekonomi), Abu (Kehutanan), dan Ira (Perikanan). Karena kami menempati rumah kosong, maka kami dituntut untuk melakukan segala sesuatu dengan mandiri. Tidak jarang kami selalu melakukan apa saja secara bersama-sama; mulai dari memasak, membersihkan rumah, mencuci piring dan gelas, berbelanja ke pasar, shalat berjamaah di masjid, menghadiri acara buka puasa dari dusun ke dusun, bahkan kesiangan sahur.
Tanggal 25 kemarin, kami kembali ke Makassar untuk menikmati libur hari raya selama sepekan. Saat tiba di rumah masing-masing, masih saja kami menghabiskan waktu entah itu dengan teleponan, atau saling berbalas pesan. Bagaimana tidak, hidup serumah secara sederhana dan menghadapi berbagai situasi sulit bersama-sama membuat keterikatan di antara kami semakin kental, layaknya keluarga. Maka dari itu, saya selalu berharap, sekembalinya kami ke posko, enam kepala dengan watak dan ego yang masing-masing berbeda, mampu melebur jadi satu demi melalui hari-hari berat ke depannya serta mewujudkan program kerja yang telah kami rancang. Aamiin!
(Try ~ Ira ~ Nunuu ~ Bayo ~ Abu ~ Kezia)
berfoto bersama di depan posko
observasi (?)
bersama adik-adik dari SD 186 Tappale
usai seminar desa.. hurraaaaay!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar