Lagi dan lagi. Merasa sendiri. Meratapi sepi di
malam hari. Malam kesekian di desember ini. Aku tak mengerti, mengapa
desemberku seakan mati. Begitu pilu, begitu menyayat hati. Mungkin ini rindu,
mungkin juga iri hati. Iri kepada mereka yang dapat mengukir senyum seperti
pelangi. Tapi, aku tak dapat membohongi diri. Aku masih disini. Merangkul malam
dan menangisi mimpi.
Langit-langit kamar tetap menjadi saksi. Aku tak
sanggup lagi. Aku ingin berlari, kemudian bersembunyi. Hingga mentari
menyambutku di pagi hari.
Kupejamkan mata ini, mencoba mengingat kembali.
Mengingat semua kenangan yang melekat di hati. Mengingat sosok bayangan yang
selalu menghiasi hari. Mengingat sejuta kejadian yang mengundang arti.
Tiba-tiba, rintik hujan terdengar lirih. Sepi
semakin menjadi-jadi. Seakan-akan mereka sedang berinteraksi. Memojokkanku yang
sedang patah hati. Apa kabar kamu? Apakah malammu dirundung sunyi? semoga
tidak.
Benar saja, aku melihat bentangan pelangi.
Warna-warni yang mendamaikan hati. Warna-warni yang menguatkan mimpi. Tenang,
aku masih disini. Menikmati desember di malam hari. Mengumpulkan harapan dan
menunggumu kembali. Untukmu, wahai terkasih.
* 23 Desember di malam hari
sedang menikmati senandung hujan, dan sedang rindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar