31 Desember 2015

Sarjana, lalu?

Ah… rasanya sudah lama sekali tidak berkunjung disini. Meskipun sudah tidak ada lagi kesibukan kampus yang menjadi alasan saya untuk berberat hati menuliskan beberapa tulisan, namun beban setelah lulus memaksa saya untuk tidak terlalu sering meluangkan waktu menjajaki dunia maya. Sejak tanggal 24 Juni kemarin, saya resmi berstatus “sarjana pengangguran”. Sefavorit-favoritnya perguruan tinggi, memang tidak ada yang menjamin lulusannya sukses di dunia kerja. Bahkan, serumit-rumitnya jurusan suatu universitas, jurusan tersebut pun belum tentu menjamin lulusannya mendapatkan pekerjaan dengan mudah.

Saya termasuk tipikal orang yang selalu terpacu dengan kesuksesan orang lain. Melihat orang-orang yang sukses di bidang akademiknya, yang diberikan kelancaran sampai meraih gelarnya, yang diberikan kemujuran hingga memperoleh pekerjaannya, dan masih banyak lagi. Namun ternyata ini tidak berlaku ketika beberapa sahabat seperjuangan saya di kampus diberi rezeki mendapatkan pekerjaan dengan cepat. Saya kepikiran berhari-hari, merasa payah akan diri sendiri, dan akhirnya sakit karena membebani diri.

Beruntung saja, sebulan setelah menganggur saya ditawari oleh senior untuk menjadi mitra kerja di BPS (Badan Pusat Statistik) Makassar. Selama setengah bulan saya membantu mengentri data dan alhamdulillah penghasilannya memuaskan ehehe. Honor tersebut saya gunakan untuk memperbaiki susunan gigi saya yang sangat berantakan dan tadaaaa

Anabel = Anak Berbehel

Setelah pergi pagi pulang petang dan duduk di komputer selama berhari-hari, terasa singkat ketika saya kembali menganggur dan hanya sesekali belajar di rumah. Namun apapun kondisi yang diberikan, sepatutnya saya syukuri. Sejak tidak disibukkan dengan apapun, saya jadi lebih sering berkumpul dan bercengkrama dengan sahabat-sahabat saya sejak SMA. Disebabkan rumah Popi yang tidak begitu jauh dari rumah, jadilah saya selalu mampir kesana. Oleh ide yang dicetuskan Keong, kami sepakat untuk menjadikan pertemuan-pertemuan kami lebih bermanfaat. Tidak hanya bertemu, ketawa ketiwi, dan sebagainya, tetapi kami akan membuat suatu usaha agar kami tidak lagi menengadahkan tangan kepada orang tua untuk meminta uang saku.

Berdasarkan gaya hidup kebanyakan orang saat ini yang pada momen-momen tertentu memberikan bunga untuk orang yang dikasihinya, kami belajar dari internet untuk membuat buket bunga cantik dari kain flanel. Awalnya kami hanya mempromosikannya dari kenalan-kenalan saja, namun banyaknya permintaan membuat kami memutuskan untuk turun langsung di beberapa lokasi wisudahan serta mempublikasikannya di internet. Tidak hanya itu, proposal usaha kami yang dibuat oleh Keong lulus seleksi dan diutus ke Jakarta untuk mengikuti tahap selanjutnya. Tapi sayangnya Keong tidak berhasil lolos dan tidak menimbulkan kekecewaan sedikitpun untuk kita berenam.

Sebenarnya kami bersahabat sebanyak tujuh orang, tetapi karena Hilda masih berkutat dengan skripsinya dan berkuliah di Bandung, dia tidak bisa bergabung. Sedangkan kami berenam sudah pada menyelesaikan kuliah dan hanya Acik yang mempunyai pekerjaan tetap. Sembari menjemput rezeki (pekerjaan, berkeluarga, atau melanjutkan sekolah) kami di masa mendatang, kami berenam akan tetap melanjutkan usaha ini sebisa mungkin. Jika dikatakan banyak sarjana yang malu untuk berjualan, itu tidak berlaku untuk kami. Sebab malu yang sesungguhnya yakni ketika kita tidak melakukan dan menghasilkan apa-apa :)

Sebelum berjualan

Setelah berjualan wkwk

mau pesan atau sekedar tanya seputar buket handmade lucu dari kami? follow instagram ge's florist dan klik link di bio aja yaa
*GE merupakan singkatan dari Girls Entrepreneur